Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari sampai dengan Juni 2015.
4.3.2. Sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode total sampling, dimana sampel yang digunakan adalah semua populasi yang sesuai
dengan kriteria penelitian. Kriteria inklusi dari penelitian ini:
1. Seluruh pasien yang didiagnosis penyakit jantung koroner dan telah dilakukan kateterisasi jantung.
2. Pasien yang terbukti memiliki penyempitan arteri koroner 70 dari hasil kateterisasi jantung.
Kriteria eksklusi dari penelitian ini: Status rekam medik penderita penyakit jantung koroner yang tidak lengkap.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Pertama melakukan pengumpulan data pasien yang menjalani kateterisasi di ruang Cath Lab Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan kemudian dilakukan observasi untuk mengetahui pasien yang memiliki penyempitan arteri koroner 70. Setelah itu, hasil data yang diperoleh
dari ruang Cath Lab Pusat Jantung Terpadu tersebut dilakukan observasi untuk mengetahui prevalensi faktor resiko mayor dan minor pada penderita Penyakit
Jantung Koroner yang dirawat di Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Alur Penelitian
Gambar 4.1. Alur Penelitian
4.6. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dengan pengumpulan data, kemudian pengolahan data, penyajian data,
analisisinterpretasi data, dan pengambilan kesimpulan. Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan program komputer.
Instalasi Kateterisasi Jantung Cath Lab Pusat Jantung
Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Pengumpulan data pasien PJK yang terdiagnosis CAD 1 VD,
CAD 2 VD, CAD 3 VD dengan atau tanpa Left Main Disease.
Inklusi Eksklusi
Sampel yang dicari
Analisis Data Faktor Risiko Mayor
Faktor Risiko Minor Instalasi Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara
4.7. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi Operasional No
. Variabel
Cara Ukur
Alat Ukur
Kategori Skala
Pengukuran
1. PJK adalah Penderita
Penyakit Jantung Koroner dari kateterisasi jantung
atau yang dijumpai adanya penyempitan koroner yang
bermakna 70 dari hasil angiografi koroner.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. CAD 1 VD ii. CAD 2 VD
iii. CAD 3 VD Nominal
2. Merokok adalah penderita
yang tercatat sebagai perokok di dalam rekam
medik. Rekam
Medik Rekam
Medik i.
Merokok ii. Tidak
Merokok Nominal
3. Hipertensi adalah
keadaan dimana subjek penelitian atau penderita
hipertensi oleh dokter, pernah atau masih
mendapatkan pengobatan anti hipertensi,
berdasarkan tekanan darah mengalami peningkatan di
atas normal sesuai dengan kriteria JNC7.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. Hipertensi
ii. Non- Hipertensi
Nominal
Universitas Sumatera Utara
4. Diabetes Mellitus adalah
suatu keadaan dimana subjek penelitian atau
pasien sebelumnya telah dinyatakan oleh dokter
menderita diabetes mellitus dan mendapatkan
terapi diet, olahraga, dengan atau tanpa
menggunakan obat antihiperglikemia.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. Diabetes ii. Non-
diabetes Nominal
5. Hiperlipidemia adalah
keadaan dimana subjek penelitian atau pasien
mengalami peningkatan kadar kolesterol darah di
atas normal. Rekam
Medik Rekam
Medik i. 200 mgdl
ii. 200-239 mgdl
iii. 240 mgdl Interval
6. Jenis kelamin adalah
perbedaan secara biologis yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan. Rekam
Medik Rekam
Medik i. Laki-laki
ii. Perempuan Nominal
7. Usia adalah lamanya
waktu hidup subjek penelitian dimulai sejak
lahir sampai dengan dilakukan kateterisasi.
Terukur dalam tahun sesuai yang tertera di
dalam catatan rekam medik.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. 45 tahun ii. 45- 54 tahun
iii. 55-64 tahun iv. 65-74 tahun
v.
≥ 75 tahun
Rasio
Universitas Sumatera Utara
8. Riwayat keluarga adalah
keadaan dimana terdapat PJK pada satu atau lebih
anggota keluarga baik di tingkat pertama orang tua
dan saudara kandung maupun tingkat kedua
kakek, nenek, paman, bibi.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. Ada ii. Tidak ada
Nominal
9. Obesitas adalah keadaan
dimana berat badan pasien yang terukur berdasarkan
IMT melebihi dari kategori normal.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. Non-obesitas : IMT 25
kg ii. Obesitas :
IMT
≥
25 kg
Interval
10. Alkohol adalah suatu
keadaan dari pasien yang memiliki riwayat atau
kebiasaan mengonsumsi minuman alkohol.
Rekam Medik
Rekam Medik
i. Ya ii. Tidak
Nominal
11. Menopause adalah suatu
keadaan dimana telah berhentinya siklus
mestruasi pada wanita. Rekam
Medik Rekam
Medik i. Sudah
menopause ii. Belum
menopause Nominal
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
Pengambilan sampel dan penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan September hingga Oktober 2016. Pertama dilakukan di bagian
kateterisasi jantung yang terdapat di gedung pusat jantung terpadu di RSUP H. Adam Malik Medan. Terdapat 329 orang yang dilakukan tindakan angiografi
koroner pada bulan Januari sampai dengan Juni 2015. Dari 329 orang yang dilakukan tindakan angiografi koroner, didapatkan 242 orang yang memiliki hasil
penyempitan pembuluh darah jantung yang signifikan dan didiagnosis coronary artery disease. Setelah itu penelitian dilanjutkan di bagian rekam medik RSUP
Haji Adam Malik Medan. Terdapat 242 buah rekam medik pasien dengan PJK yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan sebagai sampel. Berdasarkan hasil
pengumpulan dan analisis data rekam medik, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan.
RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335MenkesSKVIII1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik
adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik
juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991 dan secara
resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Prevalensi pasien PJK yang dikateterisasi jantung
Berdasarkan beratnya lesi pembuluh darah, maka diperoleh hasil bahwa pasien PJK yang terbanyak adalah yang memiliki three vessels disease yaitu sebanyak
123 pasien 50,8, kemudian diikuti oleh yang memiliki two vessels disease sebanyak 67 pasien 27,7, dan diikuti oleh yang memilki one vessel disease
sebanyak 52 pasien 21,5. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Pasien PJK yang Dikateterisasi Jantung Berdasarkan Skor Pembuluh Darah.
No. Derajat Beratnya
Sumbatan Pembuluh Darah
Frekuensi Persentase
1 CAD 1 VD
52 21,5
2 CAD 2 VD
67 27,7
3 CAD 3 VD
123 50,8
Total 242
100,0
5.1.3. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK 5.1.3.1. Deskripsi karakteristik pasien
Berdasarkan karakteristik pasien dapat diketahui prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat merokok dari 242 pasien PJK yang
terbanyak adalah yang memiliki riwayat merokok yaitu sebanyak 143 pasien 59,1, kemudian diikuti oleh yang tidak memiliki riwayat merokok sebanyak
99 pasien 40,9. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan riwayat hipertensi, dari 242 pasien PJK yang terbanyak adalah
yang memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 149 pasien 61,6 dan kemudian diikuti oleh yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 93 pasien
38,4. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan hiperlipidemia, dari 242 pasien PJK yang terbanyak adalah
pasien yang memiliki kadar kolesterol total dalam darah 200 mgdl yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 118 pasien 48,8 dan kemudian diikuti oleh yang memiliki kadar kolesterol total dalam darah 200-239 mgdl yaitu sebanyak 66 pasien 27,3 dan
selanjutnya diikuti oleh yang memiliki kadar kolesterol total dalam darah
≥ 240
mgdl yaitu sebanyak 58 pasien 24,0. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan riwayat keluarga, dari 242 pasien PJK yang terbanyak adalah
yang memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 136 pasien 56,2, kemudian diikuti oleh yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 106 pasien
43,8. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan usia sesuai dengan Riskesdas dari 242 pasien PJK yang
terbanyak adalah yang memiliki usia 55-64 tahun yaitu sebanyak 93 pasien 38,4, kemudian diikuti oleh pasien yang memiliki usia 45-54 tahun yaitu
sebanyak 81 pasien 33,5, kemudian diikuti oleh pasien yang memiliki usia 65- 74 tahun yaitu sebanyak 41 pasien 16,9, kemudian diikuti oleh pasien yang
memiliki usia 45 tahun yaitu sebanyak 19 pasien 7,9, dan kemudian diikuti oleh pasien yang memiliki usia
≥ 75 tahun yaitu sebanyak 8 pasien 3,3. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan riwayat penyakit DM, dari 242 pasien PJK yang terbanyak adalah
yang memiliki riwayat diabetes mellitus yaitu sebanyak 123 pasien 50,8, kemudian diikuti oleh yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus yaitu
sebanyak 119 pasien 49,2. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pasien PJK Berdasarkan Faktor Risiko Mayor
No Karakteristik Pasien
Frekuensi Persentase
Riwayat Merokok
1 Merokok
143 59,1
2 Tidak Merokok
99 40,9
Riwayat Hipertensi
1 Hipertensi
149 61,6
2 Non-Hipertensi
93 38,4
Hiperlipidemia
1 200 mgdl
118 48,8
2 200-239 mgdl
66 27,3
3
≥ 240 mgdl
58 24,0
Riwayat Keluarga
1 Ada
136 56,2
2 Tidak Ada
106 43,8
Usia
1 45 tahun
19 7,9
2 45-54 tahun
81 33,5
3 55-64 tahun
93 38,4
4 65-74 tahun
41 16,9
5
≥ 75 tahun
8 3,3
Riwayat DM
1 Diabetes Mellitus
123 50,8
2 Non-Diabetes Mellitus
119 49,2
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK 5.1.4.1. Deskripsi karakteristik pasien
Berdasarkan karakteristik dapat diketahui bahwa prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin dari 242 pasien yang terbanyak adalah
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 213 pasien 88,0 dan kemudian diikuti oleh yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 pasien 12,0.
Dapat dilihat pada tabel 5.3. Berdasarkan obesitas yang diketahui dari IMT menurut kriteria Asia Pasifik,
dari 242 pasien PJK yang terbanyak adalah pasien yang memiliki IMT dibawah 25 kgm
2
atau dalam kriteria tidak obesitas yaitu sebanyak 184 pasien 76,0, kemudian diikuti oleh yang memiliki IMT diatas sama dengan 25 kgm
2
. Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Berdasarkan riwayat mengonsumsi alkohol, dari 242 pasien yang terbanyak adalah yang tidak memiliki riwayat mengonsumsi alkohol yaitu sebanyak 238
pasien 98,3 dan kemudian diikuti oleh yang memiliki riwayat mengonsumsi alkohol. Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Berdasarkan riwayat menopause pada wanita dari 242 pasien, terdapat 29 pasien perempuan. Dari 29 pasien perempuan yang terbanyak adalah yang
memilki riwayat menopause yaitu sebanyak 29 pasien 100 dari jumlah total pasien perempuan dan tidak ada yang tidak memiliki riwayat menopause 0
dari jumlah total pasien perempuan. Dapat dilihat pada tabel 5.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pasien PJK Berdasarkan Faktor Risiko Minor
No Karakteristik Pasien
Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
1 Laki-laki
213 88,0
2 Perempuan
29 12,0
Obesitas Berdasarkan IMT
1 Obesitas IMT
≥ 25 kgm
2
58 24,0
2 Non-Obesitas IMT 25 kgm
2
184 76,0
Riwayat Mengonsumsi Alkohol
1 Ya
4 1,7
2 Tidak
238 98,3
Riwayat Menopause pada Perempuan
1 Sudah Menopause
29 100,0
2 Belum Menopause
0,0
5.2. Pembahasan 5.2.1. Faktor risiko mayor pada pasien PJK
5.2.1.1. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat merokok
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan riwayat merokok dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang memiliki riwayat merokok
adalah yang paling banyak untuk faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya terhadap pasien-pasien di lokasi yang sama yang menunjukkan prevalensi pasien PJK yang merokok 69,8 lebih banyak dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak merokok 30,2.
14
Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pada orang yang memiliki riwayat merokok memiliki risiko untuk terkena PJK sebesar
3,64 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat merokok.
14
Merokok dan asap rokok merupakan faktor risiko dominan untuk mempercepat perkembangan dari penyakit aterosklerosis. Hal ini dihubungkan
dengan adanya peningkatan stress oksidatif dan penurunan dari antioksidan dalam tubuh.
14
5.2.1.2. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat hipertensi
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan riwayat hipertensi dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang memiliki riwayat hipertensi
adalah yang paling banyak untuk faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya terhadap pasien-pasien yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2011 yang menunjukkan jumlah pasien PJK yang memiliki riwayat
hipertensi 69,5 lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak hipertensi 30,5.
37
5.2.1.3. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan hiperlipidemia
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan hiperlipidemia dan jika dibandingkang antara 200 mgdl dan
≥
200 mgdl akan menunjukkan bahwa pasien yang memiliki kadar kolesterol dalam darah
≥
200 mgdl adalah yang paling banyak untuk faktor risiko mayor pada pasien PJK
berdasarkan riwayat hiperlipidemia. Pembagian kategori tersebut dibuat karena kadar kolesterol normal dalam darah adalah 200 mgdl. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang sudah dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa faktor utama dalam terjadinya PJK adalah faktor risiko lipid yang meliputi kadar kolesterol dan
trigliserida.
37
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Semarang tahun 2008 juga didapatkan bahwa prevalensi pasien PJK yang memiliki kadar
Universitas Sumatera Utara
kolesterol
≥
200 mgdl 56,3 lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kadar kolesterol 200 mgdl 43,7.
22
5.2.1.4. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat keluarga
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan riwayat keluarga dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang memiliki riwayat keluarga
adalah yang paling banyak untuk faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan riwayat keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
mendapatkan prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat keluarga 58,7 lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga
41.3.
22
Diperkirakan bahwa pasien yang orang tuanya positif memiliki 29 peningkatan risiko untuk terjadinya CAD. Sebuah penelitian juga dilakukan
dengan melakukan observasi pada pasien yang positif orang tuanya mengalami penyakit jantung. Didapatkan hasil dari 2740 sampel wanita, setelah 30 tahun
diobservasi, 481 diantaranya menjadi CAD dan dari 2107 sampel pria didapatkan 606 diantaranya menjadi CAD.
38
5.2.1.5. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan usia
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan usia dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang memiliki usia 55-64 tahun adalah yang
paling banyak untuk faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan usia. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa prevalensi
pasien PJK yang memiliki umur 59 tahun 79 lebih banyak jika dibandingkan dengan yang memiliki umur 18-59 tahun 21.
6
5.2.1.6. Prevalensi faktor risiko mayor pada pasien PJK berdasarkan DM
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan DM didapatkan 123 pasien yang memiliki riwayat DM 50,8 dan 119 pasien yang
tidak memiliki riwayat keluarga 49,2. Dapat disimpulkan bahwa pasien yang memiliki riwayat DM adalah yang paling banyak untuk faktor risiko mayor pada
Universitas Sumatera Utara
pasien PJK berdasarkan DM. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa prevalensi pasien PJK yang memiliki riwayat DM 58,1
lebih banyak jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat DM 41,9.
14
Hal tersebut juga dinyatakan oleh penelitian lain yang menyatakan bahwa kenaikan kadar gula darah puasa
≥ 126 mgdl akan meningkatkan risiko
untuk terjadinya PJK pada umur
≥ 45 tahun sebanyak 4,1 kali dibandingkan
dengan yang memiliki kadar gula darah puasa 126 mgdl.
22
Hal tersebut kemungkinan karena adanya aktivasi dari sitokin-sitokin inflamasi pada pasien
DM dan karena adanya disfungsi endotel pada pasien DM. Disfungsi endotel itu sendiri juga secara umum hadir pada pasien dengan DM yang dapat dibuktikan
dengan meningkatnya kadar endothelin 1 dan menurunnya kadar nitrit oksida. Peningkatan pembentukan trombus juga terjadi pada pasien DM yang diduga
menjadi penyebab terjadinya PJK juga. Namun, tidak semua pasien DM akan menjadi pasien PJK. Akhir-akhir ini ditemukan biomarker baru pada pasien DM
tipe 2 yang memiliki komplikasi menjadi pasien PJK yang meningkat dan secara positif berhubungan dengan tingkat keparahan dari PJK, yaitu Osteonectin
Secretin Acidic and Rich in Cystein SPAR C namun mekanisme bagaimana bisa terjadinya masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
39
5.2.2. Faktor risiko minor pada pasien PJK 5.2.2.1. Prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan jenis
kelamin
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang berjenis kelamin laki-laki
adalah yang paling banyak untuk faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di
RSUP H. Adam Malik menunjukkan bahwa pasien PJK laki-laki 56,7 lebih banyak dibandingkan dengan perempuan 43,3.
14
Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa hipotesa yang menyimpulkan bahwa kadar estrogen yang tinggi
pada wanita dapat menjadi salah satu faktor proteksi terjadinya PJK. Sebuah penelitian yang dilakukan dengan mengambil populasi dari 45 negara juga
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa prevalensi PJK pada perempuan 22,5 dari 33.280 pasien PJK yang menjadi populasi, angka yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-
laki 77,5.
40
5.2.2.2. Prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan Obesitas
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan obesitas dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang tidak obesitas adalah yang paling
banyak untuk faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan obesitas. Hal ini juga sejalan sengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUP H. Adam
Malik yang menunjukkan bahwa prevalensi pasien PJK dengan obesitas 22,7 lebih sedikit dibandingkan dengan pasien PJK yang tidak obesitas 77,3.
14
Hal ini mungkin dikarenakan IMT tidak dapat menggambarkan distribusi lemak di
tubuh. Bahkan terjadi penurunan insidensi PJK pada pasien dengan ekstrim obesitas IMT
≥ 40 kgm
2
walaupun memiliki faktor risiko yang umum untuk terjadinya PJK, seperti diabetes, hipertensi, dan hipertrigliseridemia. Bahkan
sebelumnya juga dikatakan bahwa pasien obesitas memiliki outcome PJK yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak obesitas berdasarkan IMT.
41
5.2.2.3. Prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan riwayat mengonsumsi alkohol
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien berdasarkan obesitas dan dapat disimpulkan bahwa pasien yang tidak memiliki riwayat mengonsumsi
alkohol adalah yang paling banyak untuk faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan riwayat mengonsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan penelitian di
Brazil yang mendapati bahwa tidak ada hubungan yang pasti antara kebiasaan meminum alkohol dengan terjadinya PJK. Bahkan berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan kesimpulan bahwa pasien dengan kategori peminum sedang sampai 15 ghari untuk wanita dan 30 ghari untuk pria memiliki derajat keparahan yang
lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak peminum alkohol ataupun yang dalam kategori berat.
42
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.4. Prevalensi faktor risiko minor pada pasien PJK berdasarkan riwayat menopause pada wanita
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil distribusi pasien perempuan berdasarkan riwayat menopause dan dapat disimpulkan bahwa pasien perempuan
yang menjadi sampel seluruhnya memiliki riwayat menopause. Hal ini karena setelah menopause, antara laki-laki dan perempuan memiliki angka kejadian yang
sama terhadap PJK. Ini mungkin berkaitan dengan estrogen yang berfungsi sebagai bahan untuk protektif terhadap pembentukan aterosklerosis yang
kadarnya menurun pada perempuan setelah menopause.
13
Penelitian di Prancis menyatakan bahwa risiko terjadinya PJK pada wanita pada umur 60 ke atas yang
tidak hanya bisa dihubungkan dengan menurunnya kadar estrogen, namun terkait faktor lain seperti profil lipid yaitu meningkatnya kadar kolesterol total maupun
LDL.
43
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dan didapatkan bahwa prevalensi pasien PJK yang menopause 70,7
lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menopause 29,3. Dan juga telah diteliti bahwa pasien yang menopause akan berisiko sebesar 1,5 kali dibandingkan
dengan yang tidak menopause.
44
Universitas Sumatera Utara
43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan