11
2.4.7. Substrat
Menurut Mubarak dan Wahyuni 1981, jenis-jenis substrat yang dapat ditumbuhi oleh alga laut adalah pasir, lumpur dan pecahan karang. Tipe substrat
yang paling baik bagi pertumbuhan alga laut adalah campuran pasir, karang dan pecahan karang. Pada substrat perairan yang lunak seperti pasir dan lumpur, akan
banyak dijumpai jenis-jenis alga laut Halimeda sp., Caulerpa sp., Gracillaria sp.
2.4.8. Kandungan Nitrat dan Fosfat
Makroalga sebagai tanaman yang hidup di perairan membutuhkan nutrien dalam jumlah yang cukup dan seimbang guna mencapai produksi yang optimal.
Makroalga memerlukan unsur hara yang cukup untuk bertumbuh dan berkembang, baik itu unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Jika salah satu
unsur hara tidak tersedia, maka dapat menyebabkan pertumbuhan, perkembangan serta produksi rumput laut terhambat. Unsur utama yang banyak dibutuhkan
adalah nitrat dan fosfat Alamsjah, 2009.
2.4.9. Gerakan Air
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan makroalga adalah pergerakan air, karena akan mempengaruhi ketersediaan makanan, pertumbuhan
epifit dan pengendapan. Tanpa pergerakan air kehidupan di bawah air akan terhambat karena rata-rata difusi gas dan ion di air lebih rendah dibandingkan
dengan di udara Luning, 1990. Arus dan pergerakan air mempunyai pengaruh yang besar terhadap aerasi, transportasi nutrien, dan pengadukan air yang besar
pengaruhnya terhadap keberadaan oksigen terlarut. Peranan yang lain yaitu untuk menghindarkan akumulasi silt dan epifit yang melekat pada talus yang dapat
menghalangi pertumbuhan rumput laut. Semakin kuat arusnya, pertumbuhan rumput laut akan semakin cepat besar karena difusi nutrien ke dalam sel tanaman
semakin banyak sehingga metabolisme dipercepat Soegiarto et al. 1979.
2.5. Peranan dan Manfaat Makroalga
Menurut Atmadja et al. 1996 pada awal 1980 perkembangan permintaan rumput laut di dunia meningkat seiring dengan peningkatan pemakaian rumput laut untuk
Universitas Sumatera Utara
12
berbagai keperluan antara lain di bidang industri, makanan, tekstil, kertas, cat, kosmetika, dan farmasi obat-obatan. Di Indonesia, pemanfaatan rumput laut
untuk industri dimulai untuk industri agar-agar Gelidium dan Gracilaria kemudian untuk industri kerajinan Eucheuma serta untuk industri alginat
Sargassum. Makroalga merupakan salah satu sumber kekayaan laut di Indonesia yang
tumbuh dan menyebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Diperkirakan sepanjang garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi
makroalga yang sangat tinggi. Dari segi ekonomis rumput laut merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan mengingat nilai gizi yang
dikandungnya. Menurut kandungan zat yang terdapat pada rumput, maka rumput laut dapat dijadikan bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue dan
menghasilkan bahan algin, karaginan dan furcelaran yang digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, tekstil dan lain-lain Miarni, 2004.
Keberadaan makroalga di rataan terumbu merupakan sadiaan bahan makanan, obat-obatan bagi manusia juga sebagai ladang pakan bagi biota
herbivor. Makroalga yang dapat dikonsumsi banyak diperoleh dari marga Caulerpa
, Gracilaria, Gelidiella, Eucheuma, dan Gelidium. Kehadiran, pertumbuhan sampai perkembangbiakan makroalga lebih banyak dijumpai pada
substrat yang stabil dan keras, sehingga tidak mudah terkikis oleh arus dan ombak Kadi, 2008.
Khusus mengenai vegetasi makroalga di perairan laut, umumnya merupakan komponen dari ekosistem terumbu karang. Keberadaannya sebagai
makroalga juga berperan dalam upaya pemulihan kualitas air, akibat pencemaran ekosistem perairan payau, khususnya di perairan budidaya, yang dapat dilakukan
dengan berbagai jenis teknologi, baik dengan teknologi sederhana maupun teknologi yang kompleks Atmadja et al. 1996.
Keberadaan makroalga sebagai organisme produser memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan binatang akuatik terutama organisme-
organisme herbivora di perairan laut. Dari segi ekologi makroalga juga berfungsi sebagai penyedia karbonat dan pengokoh substrat dasar yang bermanfaat bagi
stabilitas dan kelanjutan keberadaan terumbu karang Oktaviani, 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pulau Nias adalah pulau di luar pulau Sumatera yang terletak di rangkaian kepulauan yang kurang lebih sejajar dengan Pulau Sumatera. Pulau ini dipisahkan
oleh Selat Mentawai; termasuk pulau Simeuleu yang terletak di sekitar 140 km di sebelah barat laut, dan Pulau Batu yang terletak sekitar 80 km di sebelah tenggara.
Pulau Nias terletak diantara 1
̊
30’ LU dan 97
̊ -
98̊ BT, dan mencakup area seluas 4.771 km
2
Telaumbanua, 2007.
Lahewa merupakan salah satu kecamatan yang ada di Pulau Nias, tepatnya di Kabupaten Nias Utara yang terletak pada posisi 1̊-32̊ LU, 97̊-98̊ BT.
Kecamatan Lahewa terdiri dari 26 desa dan 1 kelurahan dengan luas wilayah 57.460 km
2
yang tersebar di wilayah pantai maupun daratan. Daerah ini memiliki banyak keindahan alam. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah Pantai
Tureloto, Pantai Turedawela, dan Pantai Toyolawa. Pantai Tureloto dan Pantai Toyolawa berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang terkenal
mempunyai ombak besar. Tetapi di pantai ini tidak ditemukan ombak besar, hal itu dikarenakan terdapatnya gugusan karang yang berada beberapa ratus meter
dari bibir pantai yang berjajar menyerupai sebuah benteng sebagai pemecah ombak. Berbeda halnya seperti Pantai Tureloto dan Pantai Toyolawa, kepopuleran
Pantai Turedawela terletak pada ombaknya yang mencapai belasan meter, dan banyak bebatuan karang yang ukurannya sangat luas dan menghiasi bibir pantai.
Selanjutnya melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa ditemukan berbagai spesies makroalga di perairan Pulau Nias,
khususnya di Kabupaten Nias Utara. Makroalga merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat
melimpah di perairan Indonesia yaitu sekitar 8,6 dari total biota di laut Dahuri, et
al. 1996. Potensi makroalga perlu terus digali, mengingat tingginya keanekaragaman makroalga di perairan Indomesia. Van Bosse melalui ekspedisi
Laut Sibolga pada tahun 1899-1900 melaporkan bahwa Indonesia memiliki
Universitas Sumatera Utara