Suhu Penetrasi Cahaya Intensitas Cahaya

9 yang terjadi karena limbah pabrik dan industri biasanya dapat menyebabkan kematian organisme air Suin, 2002.

2.4.1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit stenotermal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa seiring dengan meningkatnya suhu air, maka metabolisme organisme akan meningkat, dan akan berbanding lurus dengan pertumbuhan dan penyebaran makroalga Odum, 1994.

2.4.2. Penetrasi Cahaya

Adanya unsur hara yang cukup dan tingkat kecerahan air yang tinggi serta keadaan perairan yang cukup dangkal menyebabkan intensitas cahaya matahari sampai ke dasar perairan sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh alga dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kecerahan air berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula. Tingkat kekeruhan suatu perairan dapat menentukan dalam atau dangkalnya penetrasi cahaya. Alga hanya produktif pada lapisan teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi berlangsungnya fotosintesis Fachrul, 2007.

2.4.3. Intensitas Cahaya

Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Cahaya yang menerangi daratan atau lautan biasanya diukur dalam lux atau meter-lilin 1 meter-lilin = 1 lux. Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam Universitas Sumatera Utara 10 hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut Juwana Romimohtarto, 2001.

2.4.4. Derajat Keasaman pH