Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makroalga

23 Halimeda banyak dijumpai di paparan terumbu karang dengan kedalaman kurang 2 m. Spesies ini tahan terhadap kekeringan yang bersifat sementara waktu. Daya adaptasi ini menyebabkan spesies ini mampu bertahan hidup dan membentuk populasi yang tinggi. Spesies yang memiliki Kerapatan K, Kerapatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK yang terendah diantara seluruh stasiun penelitian adalah Hypnea choroides yang didapatkan pada stasiun 1 sebesar 0,2 indm 2 K, 0,2 KR dan 20 FK. Penelitian Papalia 2012 melaporkan makroalga jenis Gracillaria , Hypnea , Gelidiella , Halimenia , Amphiroa , Acanthophora , Galaxaura , Trioleokarpa alga merah, Sargassum, Turbinaria, Padina australis, algae coklat, Codium intricatum, Caulerpa sertularoides, Caulerpa serrulata dan Caulerpa racemosa alga hijau ternyata mulai muncul pada bulan Desember awal musim peralihan I dengan puncak pertumbuhannya terjadi pada bulan Juli- Agustus, dan mulai menghilang pada akhir bulan Oktober musim barat. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa kepadatan dan keragaman spesies makroalga pada musim Timur hingga musim peralihan II bulan April-September lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan November memungkinkan jumlah kehadiran Hypnea choroides rendah.

4.3. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makroalga

Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makroalga di Setiap Stasiun Penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makroalga Stasiun 1 2 3 Keanekaragaman H’ 0,953 2,396 1,118 Keseragaman E 0,158 0,171 0,186 Berdasarkan Tabel 4 diketahui Indeks keanekaragaman H’ tertinggi diantara seluruh stasiun penelitian terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 2,396, sedangkan indeks keanekaragaman H’ terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,953. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada stasiun penelitian tergolong sedang. Universitas Sumatera Utara 24 Keanekaragaman jenis makroalga ditentukan pula oleh keanekaragaman habitat substrat. Kestabilan, kekerasan, tekstur permukaan dan porositas substrat penting artinya bagi pertumbuhan yang mendukung kelimpahannya. Keanekaragaman jenis makroalga di daerah pasang-surut intertidal antara lain disebabkan pula oleh heterogenitas substratnya. Di tempat-tempat yang memiliki substrat pecahan karang batu mati, karang masif dan pasir yang lebih stabil mempunyai keanekaragaman alga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempat- tempat yang hanya bersubsrat pasir dan lumpur Atmadja et al. 1996. Stasiun 2 memiliki variasi substrat yang bervariasi, yaitu karang mati dalam jumlah banyak, batu, kerikil, dan pasir berwarna cokelat. Indeks keseragaman E tertinggi terdapat pada stasiun 3, sebesar 0,186, sedangkan indeks keseragaman E terendah terdapat pada stasiun 1, sebesar 0,158. Indeks keseragaman E ke-3 stasiun penelitian berkisar antara 0,158- 0,186, sehingga tergolong keseragaman tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keseragaman antar spesies rendah, dimana kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. Menurut Odum 1994, semakin kecil indeks keseragaman E, maka semakin kecil pula keseragaman jenis dalam komunitas, atau dengan kata lain penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada kemungkinan didominasi oleh jenis tertentu.

4.4. Indeks Similaritas IS Makroalga