Saran Penelitian Terdahulu Spritual Quotient X3

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan atau kelemahan yang memerlukan pengembangan-pengembangan dan perbaikan oleh peneliti selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Intelligent Quotient IQ, Emotional Quotient EQ, dan Spiritual Quotient SQ saja. Faktor-faktor lainnya memiliki kemungkinan untuk dapat mempengaruhi pemahaman akuntansi 2. Tempat penelitian hanya terpusat pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera sehingga tidak mencerminkan reaksi pemahaman akuntansi di universitas lain. 3. Subjek pengamatan di dalam penelitian ini terdiri atas dua stambuk 2012 dan 2013 sehingga menyebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas

5.3 Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang dihasilkan, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk: a. Dapat memperluas populasi, sehingga populasi penelitian tidak hanya diambil dari Universitas Sumatera Utara. b. Kuesioner yang diajukan dapat disesuaikan dan mudah dimengerti dan diisi oleh responden seperti memberikan penjelasan sebelum diisi oleh responden. c. Menambah variabel-variabel bebas lainnya yang memiliki kemungkinan adanya berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara d. Memperluas penelitian, mungkin lebih baik dilakukan penelitian pada objek dan subjek penelitian yang berbeda dan dengan profesi yang berbeda. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Multiple Intelligences MI Pada awal 1980-an, psikolog Howard Gardner memperkenalkan suatu teori kognitif baru yang dinamakannya teori Multiple Intelligences teori MI, sebagai sebuah alternatif. Teori ini mempertahankan suatu pandangan yang pluralistik mengenai pikiran, mengakui banyak aspek kognisi yang berlainan dengan memiliki kekhasan masing-masing, dan memandang setiap individu memiliki kekuatan-kekuatan kognitif yang berbeda-beda dan gaya-gaya kognitif yang tidak sama. Menurut Gardner 2006 dalam Zakiah 2013 kecerdasan intelligence adalah seperangkat kapasitas, bakat-bakat, atau kecakapan-kecakapan mental. Kapasitas di sini khususnya adalah suatu kapasitas komputasional, yakni kapasitas untuk memproses suatu jenis tertentu informasi. Kapasitas ini berbasis pada neurobiologi insani dan psikologi insani. Sebagai suatu kapasitas mental, kecerdasan muncul dan berkembang tidak dalam suatu kevakuman, tetapi terkait erat dengan latar sosiobudaya dan dengan pendidikan dan pengasuhan. Dengan kecerdasan yang kita miliki, kita mampu memecahkan masalah-masalah, atau untuk menciptakan produk-produk yang dihargai tinggi di dalam satu atau lebih latar kultural. Kecuali di kalangan individu yang tidak normal, berbagai jenis kecerdasan yang ada pada seseorang dapat bekerja bersamaan dan terfokus pada satu tujuan. Dalam diri seorang dewasa yang memiliki kekuatan kognitif luar biasa, beberapa kapasitas mentalnya malah lebur menjadi satu. Dalam pandangan Gardner, menetapkan peringkat kecerdasan seseorang hanya berdasarkan tes IQ yakni tes atas kemampuan nalar logis matematis, Universitas Sumatera Utara bersama dengan kemampuan linguistik, berarti mengabaikan kemampuan- kemampuan kognitif lain yang ada dalam diri setiap manusia, yang tidak kalah signifikansinya jika dibandingkan dengan kecerdasan logis matematis. Sementara tetap menghargai instrumen psikometrik tes IQ, dia menyatakan dengan tegas bahwa instrumen ini sama sekali tidak adil. Jika dilihat dari teori ini kecerdasan manusia hanya berdasarkan IQ. Namun, di jaman sekarang ini kecerdasan manusia sangat berkembang. Bisa dilihat dengan munculnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual juga. Maka dari itu, penulis ingin meneliti apakah ketiga kecerdasan tersebut berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 2.1.2 Intellegent Quotient IQ 2.1.2.1 Pengertian Intellegent Quotient IQ Intellegent quotient IQ dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kecerdasan intelektual yang merupakan “bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis”. Kecerdasan intelektual ini dipopulerkan pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yang terkemuka dari Inggris Joseph, 1978 dalam Trihandini 2005. Binet Simon dalam Azwar 2006 : 45 mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu: a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan. b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan. Universitas Sumatera Utara c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Menurut Pratiwi 2011 kehidupan sehari-hari orang adalah bekerja, berfikir menggunakan pikiran inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung pada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelektualnyanya, kita dapat mengatakan cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, yang mempunyai kecerdasan tinggi terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman. Sedangkan menurut Dwijayanti 2009 untuk memahami akuntansi adanya intelligent quotient IQ merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. IQ merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80 IQ diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai prediktor keberhasilan individu di masa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat tes IQ dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja. Dari beberapa definisi diatas, kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah.

2.1.2.2 Komponen Intellegent Quotient IQ

Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual mahasiswa di ukur dengan indikator sebagai berikut: Stenberg, 1981 dalam Dwijayanti 2009 1. Kemampuan Memecahkan Masalah Kemampuan memecahkan masalah yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih. 2. Intelegensi Verbal Intelegensi verbal yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan. 3. Intelegensi Praktis Intelegensi praktis yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia keliling, menujukkan minat terhadap dunia luar. Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Emotional Quotient EQ 2.1.3.1 Pengertian Emotional Quotient EQ Goleman 2005 : 4 mendefinisikan kecerdasan emosional adalah “kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain ”. Howes dan Herald 1999 dalam Rachmi 2010 mendefinisikan “kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain ”. Cooper dan Sawaf 1998 dalam Rachmi 2010 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Komponen Emotional Quotient EQ

Goleman 2005 : 19 membagi kecerdasan emosional EQ menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi dan dua komponen berupa kompetensi sosial empati dan keterampilan sosial. Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Diri Self Awareness Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. 2. Pengendalian Diri Self Regulation Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. 3. Motivasi Motivation Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. 4. Empati Emphaty Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. 5. Ketrampilan Sosial Social Skills Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. 2.1.4 Spritual Quotient SQ 2.1.4.1 Pengertian Spritual Quotient SQ Spritual Quotient SQ dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kecerdasan spritual yang ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall 2007 : 7 menegaskan bahwa “kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ ”. Universitas Sumatera Utara “Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual berasal dari bahasa Latin sapientia sophia dalam baha sa Yunani yang berati kearifan” Zohar dan Marshall, 2003 dalam Zakiah 2013. Zohar dan Marshall 2007 : 13 menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

2.1.4.2 Komponen Spritual Quotient SQ

Zohar dan Marshall 2005 : 28 menguji SQ dengan hal-hal berikut: 1. Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis sesuai kegunaan, dan efisien tentang realitas. Unsur-usur bersikap fleksibel yaitu mampu menempatkan diri dan dapat menerima pendapat orang lain secara terbuka. 2. Kesadaran diri yang tinggi, yaitu adanya kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya. Unsur-unsur kesadaran diri yang tinggi yaitu kemampuan autocritism dan mengetahui tujuan dan visi hidup. 3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yaitu tetap tegar dalam menghadapi musibah serta mengambil hikmah dari setiap masalah itu. Unsur-unsur kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yaitu tidak ada penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa. 4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, yaitu seseorang yang tidak ingin menambah masalah serta kebencian terhadap sesama sehingga mereka berusaha untuk menahan amarah. Unsur-unsur kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit yaitu ikhlas dan pemaaf. 5. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, yaitu selalu berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan. Unsur-unsur keengganan untuk menyebabkan kerugian tidak menunda pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak. Universitas Sumatera Utara 6. Kualitas hidup, yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Unsur- unsur kualitas hidup yaitu, prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada kebenaran. 7. Berpandangan Holistik, yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya. Unsur- unsur berpandangan holistik yaitu kemampuan berfikir logis dan berlaku sesuai norma sosial. 8. Kecenderungan bertanya, yaitu kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar unsur-unsur kecenderungan bertanya yaitu kemampuan berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi. 9. Bidang mandiri, yaitu yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima. 2.1.5 Pemahaman Akuntansi 2.1.5.1 Pengertian Pemahaman Menurut Poesprodjo 1987 dalam Panangian 2012 : 7 bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam, berdiri di situasi, atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran, pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. Benyamin 1975 dalam Panangian 2012 : 7 mengatakan bahwa pemahaman sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Menurut suatu terjadinya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam: a. Dengan sengaja ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami,hasilnya akan lebih mendalam. b. Tidak sengaja ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu pengetahuan, hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur. 2. Menurut cara memahaminya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam : a. Secara mekanis ialah menghafal secara mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya, hasil dari pemahaman ini biasanya tidakakan tahan lama dan akan cepat lupa. Universitas Sumatera Utara b. Secara logis ialah menghafal dan mengenal artinya, hasil dari pemahaman ini akan lebih bertahan lama dan tidak akan cepat lupa. Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehension atau pemahaman merupakan unsur yang sangat penting dalam belajar. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan masalah suatu problem tertentu dengan tujuan mendapatkan kejelasan.

2.1.5.2 Pengertian Akuntansi

Akuntansi memiliki berbagai macam pengertian tetapi pada dasarnya sama, hal tersebut dikarenakan akuntansi telah mengalami perkembangan makna. Ada beberapa pengertian akuntansi dalam Zakiah 2013, antara lain: 1. Menurut American Institute of Certified Public Accountants AICPA dalam Baridwan 2004 : 32 akuntansi adalah “suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan ”. 2. Menurut Suwardjono 2002 : 13, akuntansi dapat didefenisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Pengertian seni dalam defenisi tersebut dimaksudkkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan ilmu pengetahuan eksakta, karena dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan judgement. 3. Menurut American Accounting Association dalam Halim dan Kusufi 2012 : 10 mendefinisikan akuntansi sebagai “proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi keuangan dari suatu organisasi Universitas Sumatera Utara atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan ”.

2.1.5.3 Pengertian Pemahaman Akuntansi

Pemahaman Akuntansi menurut Napitupulu 2008 adalah dapat dilihat dari hasil mahasiswa yang telah dievaluasi oleh pengajar mata kuliah akuntansi dan juga akan dilihat dari jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada mahasiswa. Dengan demikian dapat diberi suatu kesimpulan, bahwa pemahaman akuntansi memiliki tujuan, yaitu : a. Pemahaman pengetahuan akuntansi tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti akuntansi. Artinya jangan sampai mahasiwa mempunyai wawasan yang sempit mengenai ruang lingkup akuntansi baik sebagai pengetahuanmaupun sebagai bidang pekerjaan. b. Menanamkan sifat positif terhadap pengetahuan akuntansi yang cukup luas ruang lingkupnya, khususnya mereka yang tidak mengambil jurusan akuntansi. c. Memotivasi agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam praktik bisnis atau organisasi lain yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan. Sedangkan menurut Sahara 2014, tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan “seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah akuntansi ”. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemahaman akuntansi adalah proses pembelajaran untuk mengerti akuntansi dari apa yang telah diajarkan oleh dosen.

2.1.5.4 Komponen Pemahaman Akuntasi

Dalam penelitian ini komponen pemahaman akuntansi diukur dengan menggunakan nilai mata kuliah yaitu, sebagai berikut: 1. Pengantar Akuntansi I 2. Pengantar Akuntansi II Universitas Sumatera Utara 3. Akuntansi Keuangan Menengah I 4. Akuntansi Keuangan Menengah II 5. Akuntansi Keuangan Lanjutan I 6. Akuntansi Keuangan Lanjutan II 7. Teori Akuntansi 8. Akuntansi Biaya 9. Akuntansi Manajemen 10. Akuntansi Sektor Publik 11. Akuntansi Perpajakan

2.2 Penelitian Terdahulu

Peran peneliti terdahulu sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu mengatakan hasil yang berbeda-beda tentang IQ, EQ, dan SQ berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sehingga membuat penulis tertarik untuk menelitinya kembali. Peneliti ingin mengetahui perkembangan pemahaman akuntansi mahasiswa S-1 fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara. Berikut adalah tabel 2.1 tentang penelitian terdahulu: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Dwijayanti 2009 Independen: - Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Spiritual -Kecerdasan Sosial Dependen: Pemahaman Akuntansi Mahasiswa ABFII Perbanas, Universitas Pancasila, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta Secara Parsial, kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntani. Namun, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Sedangkan, secara simultan kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. 2. Rachmi 2010 Independen: - Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Spiritual, - Perilaku Belajar Dependen: Tingkat Pemahaman Akuntansi Universitas Gajah Mada Dan Universitas Diponegoro Bahwa secara parsial kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. 3. Yani 2011 Independen: - Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Spritual Dependen: Pemahaman Akuntansi Mahasiswa FKIP Universitas Riau Bahwa secara parsial, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, namun kecerdasan spritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi 4. Zakiah 2013 Independen: - Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Emosional Bahwa secara parsial, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, Universitas Sumatera Utara h- Pemahaman Akuntansi Y - Kecerdasan Spritual Dependen: Terhadap Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Universitas Jember dan kecerdasan spritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Dan Spiritual Quotient terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi S-1 Di Universitas Sumatera Utara

3 58 117

Pengaruh Motivasi, Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Spritual Quotient, dan Pengetahuan Tentang Profesi Akuntan Publik Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Sumatera Utara Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi

0 8 99

Pengaruh Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (Eq), dan Spritual Quotient (Sq) Terhadap Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi S-1 di Universitas Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (Eq), dan Spritual Quotient (Sq) Terhadap Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi S-1 di Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (Eq), dan Spritual Quotient (Sq) Terhadap Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi S-1 di Universitas Sumatera Utara

0 0 6

Pengaruh Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (Eq), dan Spritual Quotient (Sq) Terhadap Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi S-1 di Universitas Sumatera Utara

0 0 17

Pengaruh Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (Eq), dan Spritual Quotient (Sq) Terhadap Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Akuntansi S-1 di Universitas Sumatera Utara

0 0 18

PENGARUH INTELEGENCE QUOTIENT (IQ), EMOTIONAL QUOTIENT (EQ), DAN SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI SISWA DI SMK SUMPAH PEMUDA 2

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient - Pengaruh Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Dan Spiritual Quotient terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi S-1 Di Univer

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Dan Spiritual Quotient terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi S-1 Di Universitas Sumatera Utara

0 0 7