5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan atau kelemahan yang memerlukan pengembangan-pengembangan dan perbaikan oleh peneliti selanjutnya.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Intelligent
Quotient IQ, Emotional Quotient EQ, dan Spiritual Quotient SQ saja. Faktor-faktor lainnya memiliki kemungkinan untuk dapat mempengaruhi
pemahaman akuntansi 2. Tempat penelitian hanya terpusat pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
sehingga tidak mencerminkan reaksi pemahaman akuntansi di universitas lain. 3. Subjek pengamatan di dalam penelitian ini terdiri atas dua stambuk 2012 dan
2013 sehingga menyebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
5.3 Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang dihasilkan, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk:
a. Dapat memperluas populasi, sehingga populasi penelitian tidak hanya diambil dari Universitas Sumatera Utara.
b. Kuesioner yang diajukan dapat disesuaikan dan mudah dimengerti dan diisi oleh responden seperti memberikan penjelasan sebelum diisi oleh responden.
c. Menambah variabel-variabel bebas lainnya yang memiliki kemungkinan adanya berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi selain variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
d. Memperluas penelitian, mungkin lebih baik dilakukan penelitian pada objek dan subjek penelitian yang berbeda dan dengan profesi yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Multiple Intelligences MI
Pada awal 1980-an, psikolog Howard Gardner memperkenalkan suatu teori kognitif baru yang dinamakannya teori Multiple Intelligences teori MI,
sebagai sebuah alternatif. Teori ini mempertahankan suatu pandangan yang pluralistik mengenai pikiran, mengakui banyak aspek kognisi yang berlainan
dengan memiliki kekhasan masing-masing, dan memandang setiap individu memiliki kekuatan-kekuatan kognitif yang berbeda-beda dan gaya-gaya kognitif
yang tidak sama. Menurut
Gardner 2006 dalam Zakiah 2013 kecerdasan intelligence adalah
seperangkat kapasitas, bakat-bakat, atau kecakapan-kecakapan mental. Kapasitas di sini khususnya adalah suatu kapasitas komputasional, yakni
kapasitas untuk memproses suatu jenis tertentu informasi. Kapasitas ini berbasis pada neurobiologi insani dan psikologi insani. Sebagai suatu
kapasitas mental, kecerdasan muncul dan berkembang tidak dalam suatu kevakuman, tetapi terkait erat dengan latar sosiobudaya dan dengan
pendidikan dan pengasuhan. Dengan kecerdasan yang kita miliki, kita mampu memecahkan masalah-masalah, atau untuk menciptakan produk-produk yang
dihargai tinggi di dalam satu atau lebih latar kultural. Kecuali di kalangan individu yang tidak normal, berbagai jenis kecerdasan yang ada pada
seseorang dapat bekerja bersamaan dan terfokus pada satu tujuan. Dalam diri seorang dewasa yang memiliki kekuatan kognitif luar biasa, beberapa
kapasitas mentalnya malah lebur menjadi satu.
Dalam pandangan Gardner, menetapkan peringkat kecerdasan seseorang hanya berdasarkan tes IQ yakni tes atas kemampuan nalar logis matematis,
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan kemampuan linguistik, berarti mengabaikan kemampuan- kemampuan kognitif lain yang ada dalam diri setiap manusia, yang tidak kalah
signifikansinya jika dibandingkan dengan kecerdasan logis matematis. Sementara tetap menghargai instrumen psikometrik tes IQ, dia menyatakan dengan tegas
bahwa instrumen ini sama sekali tidak adil. Jika dilihat dari teori ini kecerdasan manusia hanya berdasarkan IQ.
Namun, di jaman sekarang ini kecerdasan manusia sangat berkembang. Bisa dilihat dengan munculnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual juga.
Maka dari itu, penulis ingin meneliti apakah ketiga kecerdasan tersebut berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi.
2.1.2 Intellegent Quotient IQ 2.1.2.1 Pengertian Intellegent Quotient IQ
Intellegent quotient IQ dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kecerdasan intelektual yang merupakan “bentuk kemampuan individu untuk
berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal serta bertindak secara terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah
logika maupun strategis”. Kecerdasan intelektual ini dipopulerkan pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yang terkemuka dari
Inggris Joseph, 1978 dalam Trihandini 2005. Binet Simon dalam Azwar 2006 : 45 mendefinisikan intelegensi
sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu: a.
Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
Menurut Pratiwi 2011 kehidupan sehari-hari orang adalah bekerja, berfikir menggunakan pikiran inteleknya. Cepat tidaknya dan
terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung pada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelektualnyanya, kita dapat mengatakan cerdas,
berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, yang mempunyai kecerdasan tinggi terutama yg menyangkut pemikiran dan
pemahaman.
Sedangkan menurut Dwijayanti 2009 untuk memahami akuntansi adanya intelligent quotient IQ merupakan
hal yang
penting juga
untuk dipertimbangkan.
IQ merupakan
pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80 IQ diturunkan dari
orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai
prediktor keberhasilan individu di masa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat tes IQ dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia
pendidikan sekaligus dunia kerja.
Dari beberapa definisi diatas, kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan
menerapkannya dalam menghadapi masalah.
2.1.2.2 Komponen Intellegent Quotient IQ
Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual mahasiswa di ukur dengan indikator sebagai berikut: Stenberg, 1981 dalam Dwijayanti 2009
1. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan
masalah yaitu
mampu menunjukkan
pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.
2. Intelegensi Verbal
Intelegensi verbal yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.
3. Intelegensi Praktis
Intelegensi praktis yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia keliling, menujukkan minat terhadap dunia luar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Emotional Quotient EQ 2.1.3.1 Pengertian Emotional Quotient EQ
Goleman 2005 : 4 mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
“kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain
”. Howes dan Herald 1999 dalam Rachmi 2010 mendefinisikan
“kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan
lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain ”.
Cooper dan Sawaf 1998 dalam Rachmi 2010 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi
menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara
efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2 Komponen Emotional Quotient EQ
Goleman 2005 : 19 membagi kecerdasan emosional EQ menjadi lima bagian yaitu
tiga komponen berupa kompetensi emosional pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi dan dua komponen berupa kompetensi sosial empati dan
keterampilan sosial. Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pengenalan Diri Self Awareness Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan
dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki
kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengendalian Diri Self Regulation
Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati,
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi.
3. Motivasi Motivation
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif.
4. Empati Emphaty
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan
saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.
5. Ketrampilan Sosial Social Skills
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim.
2.1.4 Spritual Quotient SQ 2.1.4.1 Pengertian Spritual Quotient SQ
Spritual Quotient SQ dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kecerdasan spritual yang ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan
tahun 2000. Zohar dan Marshall 2007 : 7 menegaskan bahwa “kecerdasan
spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ ”.
Universitas Sumatera Utara
“Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual berasal dari bahasa Latin
sapientia sophia dalam baha sa Yunani yang berati kearifan” Zohar dan
Marshall, 2003 dalam Zakiah 2013. Zohar dan Marshall 2007 : 13 menjelaskan bahwa
spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan
mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
2.1.4.2 Komponen Spritual Quotient SQ
Zohar dan Marshall 2005 : 28 menguji SQ dengan hal-hal berikut: 1.
Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan
yang pragmatis sesuai kegunaan, dan efisien tentang realitas. Unsur-usur bersikap fleksibel yaitu mampu menempatkan diri dan dapat menerima
pendapat orang lain secara terbuka.
2. Kesadaran diri yang tinggi, yaitu adanya kesadaran yang tinggi dan
mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya. Unsur-unsur kesadaran diri yang tinggi yaitu kemampuan
autocritism dan mengetahui tujuan dan visi hidup.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yaitu tetap
tegar dalam menghadapi musibah serta mengambil hikmah dari setiap masalah
itu. Unsur-unsur
kemampuan untuk
menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan yaitu tidak ada penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, yaitu seseorang
yang tidak ingin menambah masalah serta kebencian terhadap sesama sehingga mereka berusaha untuk menahan amarah. Unsur-unsur
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit yaitu ikhlas dan pemaaf.
5. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, yaitu selalu
berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan. Unsur-unsur keengganan untuk menyebabkan kerugian tidak menunda
pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak.
Universitas Sumatera Utara
6. Kualitas hidup, yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan
memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Unsur- unsur kualitas hidup yaitu, prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada
kebenaran.
7. Berpandangan Holistik, yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain
saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan
memanfaatkan, melampaui
kesengsaraan dan
rasa sehat,
serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya. Unsur-
unsur berpandangan holistik yaitu kemampuan berfikir logis dan berlaku sesuai norma sosial.
8. Kecenderungan bertanya, yaitu kecenderungan nyata untuk bertanya
mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar unsur-unsur kecenderungan bertanya yaitu kemampuan
berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi.
9. Bidang mandiri, yaitu yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan
konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima.
2.1.5 Pemahaman Akuntansi 2.1.5.1 Pengertian Pemahaman
Menurut Poesprodjo 1987 dalam Panangian 2012 : 7 bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak
dari dalam, berdiri di situasi, atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis sumber pengetahuan
tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran, pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam,
menemukan dirinya dalam orang lain.
Benyamin 1975 dalam Panangian 2012 : 7 mengatakan bahwa pemahaman sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Menurut suatu terjadinya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua
macam: a.
Dengan sengaja ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami,hasilnya akan lebih mendalam.
b. Tidak sengaja ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu
pengetahuan, hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur. 2.
Menurut cara memahaminya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam :
a. Secara mekanis ialah menghafal secara mesin dengan tidak
menghiraukan apa artinya, hasil dari pemahaman ini biasanya tidakakan tahan lama dan akan cepat lupa.
Universitas Sumatera Utara
b. Secara logis ialah menghafal dan mengenal artinya, hasil dari
pemahaman ini akan lebih bertahan lama dan tidak akan cepat lupa. Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehension atau pemahaman
merupakan unsur yang sangat penting dalam belajar. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan
yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan masalah suatu problem tertentu dengan
tujuan mendapatkan kejelasan.
2.1.5.2 Pengertian Akuntansi
Akuntansi memiliki berbagai macam pengertian tetapi pada dasarnya sama, hal tersebut dikarenakan akuntansi telah mengalami perkembangan makna.
Ada beberapa pengertian akuntansi dalam Zakiah 2013, antara lain: 1.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants AICPA dalam Baridwan 2004 : 32 akuntansi adalah
“suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari
kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan
”. 2.
Menurut Suwardjono 2002 : 13, akuntansi dapat didefenisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan transaksi yang
bersifat keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Pengertian seni dalam defenisi tersebut dimaksudkkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan
ilmu pengetahuan eksakta, karena dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan judgement.
3. Menurut American Accounting Association dalam Halim dan Kusufi 2012 :
10 mendefinisikan akuntansi sebagai “proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi keuangan dari suatu organisasi
Universitas Sumatera Utara
atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan
”.
2.1.5.3 Pengertian Pemahaman Akuntansi
Pemahaman Akuntansi menurut Napitupulu 2008 adalah dapat dilihat dari hasil mahasiswa yang telah dievaluasi oleh pengajar mata
kuliah akuntansi dan juga akan dilihat dari jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada mahasiswa. Dengan demikian
dapat diberi suatu kesimpulan, bahwa pemahaman akuntansi memiliki tujuan, yaitu :
a. Pemahaman pengetahuan akuntansi tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti akuntansi. Artinya jangan sampai mahasiwa mempunyai wawasan yang
sempit mengenai ruang lingkup akuntansi baik sebagai pengetahuanmaupun sebagai bidang pekerjaan.
b. Menanamkan sifat positif terhadap pengetahuan akuntansi yang cukup luas ruang lingkupnya, khususnya mereka yang tidak mengambil jurusan
akuntansi. c. Memotivasi agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam praktik bisnis
atau organisasi lain yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan.
Sedangkan menurut Sahara 2014, tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan
“seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah
akuntansi ”. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemahaman akuntansi adalah
proses pembelajaran untuk mengerti akuntansi dari apa yang telah diajarkan oleh dosen.
2.1.5.4 Komponen Pemahaman Akuntasi
Dalam penelitian ini komponen pemahaman akuntansi diukur dengan menggunakan nilai mata kuliah yaitu, sebagai berikut:
1. Pengantar Akuntansi I
2. Pengantar Akuntansi II
Universitas Sumatera Utara
3. Akuntansi Keuangan Menengah I
4. Akuntansi Keuangan Menengah II
5. Akuntansi Keuangan Lanjutan I
6. Akuntansi Keuangan Lanjutan II
7. Teori Akuntansi
8. Akuntansi Biaya
9. Akuntansi Manajemen
10. Akuntansi Sektor Publik
11. Akuntansi Perpajakan
2.2 Penelitian Terdahulu
Peran peneliti terdahulu sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu mengatakan hasil yang berbeda-beda
tentang IQ, EQ, dan SQ berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sehingga membuat penulis tertarik untuk menelitinya kembali. Peneliti ingin mengetahui
perkembangan pemahaman akuntansi mahasiswa S-1 fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara. Berikut adalah tabel 2.1 tentang penelitian terdahulu:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian
1. Dwijayanti
2009 Independen:
- Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Intelektual
- Kecerdasan Spiritual -Kecerdasan Sosial
Dependen: Pemahaman Akuntansi
Mahasiswa ABFII Perbanas, Universitas
Pancasila, dan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Secara Parsial,
kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial
berpengaruh terhadap pemahaman akuntani.
Namun, kecerdasan intelektual dan
kecerdasan spritual tidak berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi. Sedangkan, secara
simultan kecerdasan emosional, kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan
sosial berpengaruh signifikan terhadap
pemahaman akuntansi.
2. Rachmi
2010 Independen:
- Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Spiritual,
- Perilaku Belajar Dependen:
Tingkat Pemahaman Akuntansi Universitas
Gajah Mada Dan Universitas Diponegoro
Bahwa secara parsial kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman
akuntansi.
3. Yani
2011 Independen:
- Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Emosional
- Kecerdasan Spritual Dependen:
Pemahaman Akuntansi Mahasiswa FKIP
Universitas Riau Bahwa secara parsial,
kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi, namun kecerdasan spritual tidak
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi
4. Zakiah
2013 Independen:
- Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Emosional
Bahwa secara parsial, kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional,
Universitas Sumatera Utara
h-
Pemahaman Akuntansi
Y - Kecerdasan Spritual
Dependen: Terhadap Pemahaman
Akuntansi Mahasiswa Universitas Jember
dan kecerdasan spritual berpengaruh terhadap
pemahaman akuntansi
2.3 Kerangka Konseptual