Hak untuk hidup merupakan hal yang paling penting. Hak ini tidak hanya sekedar hak alamiah yang penting. Namun juga menjadi urutan yang pertama
yang terkandung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pasal 3 DUHAM menegaskan, “Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan
keselamatan pribadi.” Penekanan lebih lanjut bagi setiap negara dalam melindungi dan menjamin hak untuk hidup terkandung dalam Pasal 6 Ayat 1 Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik :” Setiap orang mempunyai hak utnuk hidup melekat pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak
seorang pun boleh dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang”. Dan diteruskan dengan ayat 6 :” Tidak seorang pun dalam Pasal ini yang dapat
digunakan untuk menunda atau mencegah penghapusan hukuman mati oleh Negara Peserta Kovenan ini”
Jaminan perlindungan hak untuk hidup dalam Pasal 4 ayat2, telah dikuatkan kembali pelaksanaan perlindungannya dalam Protokol Opsional Kedua
pada Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik yang Ditujukan unutk Penghapusan Hukuman Mati Second Optional Protocol on International
Covenant on Civil and Political Rights Regarding to Eliminnation of Death Penalty. Negara yang menjadi peserta Protokol ini diharuskan menghapuskan
hukuman mati dalam yurisdiksinya.
b. Hak untuk Hidup Diperbudak
Tidak seorang pun boleh diperbudak. Perbudakan bukann hanya merendahkan martabat manusia, namun juga menempatkan seseorang tidak
Universitas Sumatera Utara
mempunyai apa pun dan menjadi sesuatu yang dapat diperjualbelikan. Pelarangan ini diwajibkan bagi setiap negara sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 4
DUHAM :” Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperrhambakan, perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun wajib dilarang”.
Setiap manusia sama sekali tidak boleh diperlakukan sebagai budak. Perlakuan atas seseorang utnuk melakukan kerja paksa, juga disamakan sebagai
perbudakan
51
Perlindungan terhadap penyiksaan torture merupakan hak fundamental yang wajib dijamin dalam keadaan apa pun. Penyiksaan yang menimpa seseorang
dapat mengakibatkan penderitaaan yang hebat baik fisik maupun psikis atau mental. Penyiksaan akan merusak hak fundamental, yakni hak atas integritas
pribadi the right to personal integrity. Karena itu memperlakukan seseorang denngan penyiksaan dan kekejaman lainnya wajib dilarang.
. Bila dalam suatu wilayah kekuasaan negara masih berlaku atau berlangsung hubungann perbudakan, pemerintah atau negara bersangkutan dapat
dipersalahkan telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Selain melanggar Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, perbudakan
juga melanggar Konvensi Perbudakan, Konvensi Pelengkap tentang Pneghapusan Perbudakan, Perdagangan Budak, serta Lembaga-Lembaga dan Praktek-Praktek
Serupa dengan Perbudakan, Konvensi untuk Penindasan Orag dan Eksploitasi Pelacuran Orang Lain, Konvensi Kerja Paksa ILO, Konvensi Penghapusan Kerja
Paksa ILO.
c. Hak untuk Tidak Disiksa
51
Lihat Pasal 8 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5 DUHAM menegaskan,” Tidak seorang pun boleh disiksa dan diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat. Khususnya, tidak seorang pun dapat dijadikan sebagai obyek eksperimen medis atau ilmiah tanpa persetujuannya”.
Pelarangan terhadap penyiksaan telah menjadi komitmen internasional dengan adanya Konvensi Anti Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
d. Hak untuk tidak dipenjara