Penghukuman terhadap Pelaku Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi

kewajiban tersebut didasarkan suatu perjanjian interansional maupun kebiasaan internasional. 66 Berkaitan dengan tanggung jawab negara, F.Sugeng Istanto menggunakan isltilah pertanggungjawaban negara memberikan arti sebagai berikut,” Pertanggungjawaban berarti kewajiban memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkannya”. 67 Pada tahun 1971, Majelis Umum PBB mengeluarkan suatu resolusi yang menegaskan negara yang menolak bekerja sama untuk menangkap, mengekstradisi, mengadili, dan menghukum orang-orang yang dituduh atau didakwa melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan yang Penyelesaian terhadap pelanggaran HAM secara hukum pada dasarnya mengacu pada mekanisme forum pengadilan nasional. Berbagai upaya yang dilakukan sebuah negara dalam menyelesaikan kasus pelanggran HAM adalah sebagai berikut:

1. Penghukuman terhadap Pelaku

Tuntutan agar dilakukan penghukuman terhadap para pelaku pelanggaran HAM merupakan kewajiban negara yang telah dibebankan oleh orang-orang yang dituduh telah melakukan pelanggran HAM yang dapat ditemukan dalam berbagai perjanjian internasional, antara lain terdapat dalam Konvensi Genosida, Konvensi Jenewa beserta Protokol Tambahan I, Konvensi Anti Penyiksaan dan sebagainya. 66 Supra, catatan kaki no.43 67 F.Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Yogyakarta: Atma Jaya Yogyakarta,1998,hlm.77. Universitas Sumatera Utara bertentangan dengan Piagam PBB dan norma-norma hukum internasional yang telah diakui secara umum. Sikap yang sama juga dinyatakan oleh Komite HAM PBB, manakala terjadi penyiksaaan, pasal 2 ayat 3 ICCPR menempatkan pemerintah “di bawah kewajiban” untuk melakukan penyelidikan terhadap keadaan dari si korban penyiksaan, menghukum orang yang terbukti bersalah melakukan penyiksaan dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin suapaya pelanggaran sarupa tidak terjadi di masa yang akan datang. 68 Terdapat lima sistem pemberian kompensasi dan restitusi bagi korban kejahatan,

2. Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi

Setiap pelanggaran terhadap HAM , apakah dalam kategori ‘berat” atau bukan, senantias menerbitkan kewajiban negara untuk mengupayakan pemulihan reparation kepada para korbannya. Dengan demikian, pemenuhan terhadap hak- hak korban harus dilihat sebagai bagian dari usaha pemajuan dan perlindungan HAM secara keseluruhan. 69 a. Ganti Rugi damages yang bersifat keperrdataan, diberikan melalui proses pidana. Sistem ini memisahkan tuntutan ganti rugi korban dari proses pidana; b. Kompensasi bersifat keperdataan, diberikan melalui proses pidana; c. Restitusi bersifat perdata bercampur dengan sifat pidana, diberikan melalui proses pidana. Walaupun restitusi disini bersifat keperdataan, namun tidak diragukan sifat pidananya. Salah satu bentuk restitusi menurut sistem ini adalah “denda kompensasi”. Denda ini merupakan “kewajiban yang bernilai uang” yang dikenakan kepada terpidana sebagai suatu bentuk pemberian ganti rugi kepada korban di samping pidana yang seharusnya diberikan; d. . 68 of the human Rights Committee, UN.GAOR,39th sess., Supp. No40,Annex XIII,para.13,at 188,U.N.Doc.A3940 1984dalam ibid,, hlm.324. 69 Wemmer,Victims in the Criminal Justice System, Amsterdam: Kugler Publication, 1996,hlm.105-109 dalam Theo, Upaya Perlindungan Korban Kejahatan melalui Lembaga Restitusi dan Kompensasi, Teropong MaPPI-FHUI,vol.II,No.9,Juni 2003,hlm.30-31. Universitas Sumatera Utara Kompensasi yang bersifat perdata, diberikan melalui proses pidana dan didukung oleh sumber-sumber penghasilan negara. Di sini kompensasi tidak mempunyai aspek pidana apapun, walaupun diberikan dalam proses pidana. Jadi, kompensasi tetap merupakan lembaga keperdataan murni, tetapi negaralah yang memenuhi atau menanggung kewajiban ganti rugi yanng dibebankan pengadilan kepada pelaku; e. Kompensasi yang bersifat netral, diberikan melalui prosedur khusus. Sistem ini diterapkan dalam hal korban memerlukan ganti rugi, sedangkan si pelaku dalam keadaan bangkrut dan tidak dapat memenuhi tuntutan ganti rugi kepada korban. Pengadilan perata atau pidana tidak berkompeten untuk memeriksa, tetapi prosedur khusustersendiri dan independen yang menuntut campur tangan negara atas permintaan korban. 70 Junta Myanmar tidak melakukan tanggung jawabnya sebagaimana yang telah diatur dalam instrumen-instrumen hukum internasional. Aung San Suu Kyi telah dipenjara selama hampir 14 tahun dari 20 tahun hukumannya. dan hukumannya diperpanjang selama 4 tahun karena telah melanggar syarat tahanan rumah dengan mengizinkan seorang warga negara Amerika Serikat, John Yettaw. John Yettaw dijatuhi hukuman penjara dan kerja paksa selama tujuh tahun karena menyelinap masuk secara ilegal ke kediaman pemimpin pro demokrasi Myanmar. Tetapi, John Yettaw dibebaskan serta dideportasi dari Myanmar karena seorang senator senior Amerika Serikat, Jim Webb yang merundingkan hal ini dengan Junta militer. 71 Negara Myanmar melalui aparatur negara yakni junta militer tidak melakukan tanggung jawab sebagai negara terhadap warganya yang telah dirampas hak-haknya sebagai manusia, khususnya haknya dalam berpolitik. Seperti yang telah diketahui, bahwa Aung San Suu Kyi merupakan seorang tokoh demokrasi yang memenangkan pemilu di Myanmar pada tahun 1999 dan karena 70 Ifdhal Kasim, op.cit.,hlm.xvi-xvii. 71 www.bbc . com Universitas Sumatera Utara kemenangan tersebut Aung San Suu Kyi ditahan secara sewenang-wenang oleh pemerintahan Myanmar. Namun, di lain pihak Myanmar mempunyai kewenangan tersendiri terhadap hukum di negaranya. Dalam penahanan Aung San Suu Kyi yang menjadi pelaku terhadap pelanggaran atas Hak Asasi Manusia adalah negara Myanmar itu sendiri yang dilakukan oleh organ negara yakni militer yang memerintah Myanmar. Maka pertanggungjawaban ini terletak pada masing-masing subjek hukum dalam pelanggaran hak asasi manusia. Tanggung jawab yang dimaksud yaitu: A. Konstruksi Pertama pada tataran internasional Negara sebagai pihak atau subjek hukum yang berkewajiban menghormati dan melindungi hak-hak asasi manusia, jika ternyata negara itu sendiri melanggar hak-hak asasi manusia dari seseorang seseorang itu bisa warganegaranya ataupun orang yang bukan warganegaranya dalam kasus ini adalah warganegaranya sendiri yakni Myanmar. Maka orang yang bersangkutan dapat mengklaim negara itu, melalui mekanisme tertentu ke hadapan lembaga internasional yang berwenang menangani pelanggaran hak-hak asasi manusia. Sudah tentu hak-hak asasi manusia yang dilanggar oelh negara itu adalah hak-hak asasi manusia yang sudah diformulasikan dalam bentuk instrument-instrumen hukum internasional, seperti konvensi tentang hak-hak asasi manusia. B. Konstruksi Kedua pada tataran nasional Suatu negara memiliki undang-undang tentang hak asasi manusia disertai dengan mekanisme pelaksanaan dan pemaksaannya misalnya, Universitas Sumatera Utara undang-undang tentang hak asasi manusia dan undang-undang komisi nasional hak asasi manusia serta undang-undang tentang pengadilan hak asasi manusia. Di dalam undang-undang itu, setiap warga negara ataupun orang asing yang berada di dalam wilayah negara yang bersangkutan yang merasa hak-hak asasinya dilanggar oleh negara, dapat mengklaim negara pemerintah negara, misalnya ke hadapan komisi dan jika terpenuhi kriterianya dapat diajukan lagi ke hadapan pengadilan hak-hak asasi manusia. Jika misalnya diputuskan bahwa negara pemerintah negara itu dinyatakan bersalah telah melanggar hak asasi orang yang bersangkutan, maka putusan itu harus dieksekusi. 72 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ASEAN mencatat sejarah baru dengan ditandatanganinya Terms of Reference ToR ASEAN C. Upaya Dunia Internasional dalam Perlindungan Hak Asasi Manusia Aung San Suu Kyi sebagai Korban Pelanggaran HAM Berbagai upaya telah dilakukan oleh dunia internasional dalam memberikan perlindungan terhadap Aung San Suu Kyi, baik yang dilakukan oleh ASEAN maupun PBB. a. ASEAN 72 Sepanjang yang dapat diketahui, dalam kenyataannya memang tidak ada secara khusus perundang-undangan hak asasi manusia dalam tataran nasional yang membebani pertanggungjawaban kepada negara atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh organ negara organ-organ pemerintah negara. Namun pelanggaran hak asasi manusia dari seseorang oleh organ-organ pemerintah negara ini, sebenarnya telah ditransformasikan ke dalam hukum atau undang-undang pidana formal dan materil dari negara itu sendiri. Misalnya, undang-undang tentanng pemberian ganti rugi kepada orang yang ditahan melebihi batas waktunya tanpa alasan yang sah. Universitas Sumatera Utara Intergovernmental Commission on Human Rights Komisi HAM ASEAN sebagai hasil penyelenggaran KTT ke-15 ASEAN yang berlangsung di Hua Hin, Thailand. Komisi HAM ASEAN diharapkan menjadi ujung tombak baru promosi dan perlindungan HAM di ASEAN. 73 Meskipun, Komisi HAM ASEAN ini telah melakukan diplomasi dengan Jenderal Than Shwe namun diplomasi tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Walaupun dengan jalur diplomasi mengalami kegagalan, namun ASEAN tetap mengupayakan pembebasan terhadap Aung San Suu Kyi. Para pejabat senior Asia Tenggara telah sepakat untuk meminta menteri luar negeri negara masing-masing AICHR beranggotakan 10 orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing negara anggota ASEAN yakni Dr. Sriprapha Petcharamesree dari Thailand yang juga ditetapkan sebagai Ketua AICHR, Om Yentieng Kamboja, Rafendi Djamin Indonesia, dan Bounkeut Sangsomsak Laos. Selanjutnya yaitu Awang Abdul Hamid Bakal Malaysia, Kyaw Tint Swe Myanmar, Rosario G. Manalo Filipina, Richard Magnus Singapura, dan Do Ngoc Son Vietnam. Pemerintahan di kawasan Asia Tenggara menekan junta militer Myanmar untuk menggelar pemilihan umum yang bebas dan adil tahun depan. Negara-negara yang terhimpun dalam ASEAN itu juga mendesak junta membebaskan aktivis pro-demokrasi Aung San Suu Kyi. Seperti diketahui, hukuman tahanan rumah terhadap Suu Kyi bertambah 18 bulan pada Agustus lalu, setelah seorang warga negara AS menyusup masuk ke rumahnya 73 www.portalhi.web.id Universitas Sumatera Utara untuk mengajukan pengadilan banding meskipun ASEAN memiliki kebijakan untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggotanya. 74 Ketidakmampuan dari Komisi HAM ASEAN karena masih di bawah standar , baik dari tingkat internasional yang berada di bawah PBB ada Dewan HAM PBB yang terdapat berbagai mekanisme, prosedur, proses, laporan di suatu negara, dan sebagainya tetapi hal ini sama sekali tidak terdapat di dalam Komisi HAM ASEAN, yaitu ToR AICHR Terms of Reference ASEAN Ingovernmenta Commission on Human Rights. Selain itu di tingkat regional, Komisi HAM ASEAN juga jauh di bawah Uni Eropa, Uni Afrika dan Organisasi Negara-Negara Amerika yang pengaturannya sudah sangat kompleks dan juga sudah terdapat Pengadilan HAM pada organisasi-organisasi regional tersebut. Terhadap kasus pelanggaran HAM bagi Aung San Suu Kyi , anggota negara Uni Eropa maupun Amerika Serikat sudah menjatuhkan sanksi terhadap negara Myanmar yaitu memberikan sanksi ekonomi. 75 Dalam pasal 1 Piagam PBB, tujuan utama PBB adalah menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. PBB juga mendorong agar sengketa- sengketa diselesaikan melalui cara-cara penyelesaian secara damai. Dua tujuan Oleh karena itu, diharapkan penyelesaian masalah HAM di ASEAN khususnya di Myanmar akan jauh lebih efektif dengan pendekatan dialog yang dilakukan oleh Komisi HAM ASEAN. B. PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa 74 Sinar Indonesia Baru, tanggal 22 Agustus 2009, hlm 6 75 www.kompas.com tanggal posting Senin 8 Maret 2010 Universitas Sumatera Utara tersebuttidak terlepas dari reaksi atas pecahnya Perang Dunia II. Dengan tujuan tersebut, PBB berupaya agar perang dunia terbuka baru Perang Dunia III tidak sampai pecah kembali. Untuk itu, PBB berupaya keras agar sengketa-sengketa antarnegara dapat diselesaikan secara damai. 76 Dalam upayanya menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, PBB memiliki empat kelompok tindakan. Tindakan tersebut masing-masing saling berkaitan dan dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan dari semua negara anggota PBB untuk dapat terwujud. Keempat kelompok tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 77 1. Preventive Diplomacy, yaitu suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengketa di antara para pihak, mencegah meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan suatu sengketa. Cara ini dapat dilakukan oleh Sekjen PBB, Dewan Keamanan, Majelis Umum, atau oleh organisasi- organisasi regional yang bekerja sama dengan PBB. 2. Peace Making, yaitu suatu tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa untuk saling sepakat, khususnya melalui cara-cara damai seperti yang terdapat dalam Piagam PBB Bab IV. 3. Peace Keeping, yaitu tindakan untuk mengerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharaan perdamaian dengan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Biasanya PBB mengirimkan personil militer, polisi PBB, 76 Huala Adolf,S.H.,LL.M.,Ph.D. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta: Sinar Grafika,2004, hlm.95 77 Boutros-Boutros Ghali, An Agenda for Peace, New York:United Nations,1992,hlm.12 Universitas Sumatera Utara dan juga personil sipil, namun mereka bukan pasukan perang atau angkatan bersenjata angkatan perang. 4. Peace Building, yaitu tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukuung struktur-struktur yang ada guna memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik. Dari tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh PBB dalam menciptakan perdamaian dan keamanan interanasional, sejauh ini PBB masih mempergunakan preventive diplomacy dalam menangani kasus pelanggaran HAM di Myanmar. Ban Ki Moon, selaku Sekjen PBB mengutus Ibrahim Gambari dan Razali Ismail sebagai Pejabat Utusan Khusus PBB untuk mendatangi Suu Kyi. Razali Ismail berhasil melakukan diplomasi dengan Jenderal Than Shwe untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dari tahanan rumahnya tetapi untuk sementara waktu. 78 Upaya hukum yang dilakukan oleh Aung San Suu Kyi agar dapat dibebaskan pun tidak memiliki hasil, baik banding maupun kasasi ditolak oleh pengadilan Myanmar. Oleh karena itu, negara-negara Barat dan negara Uni Eropa memberikan sanksi-sanksi kepada negara Myanmar. Sanksi tersebut diantaranya adalah sanksi ekonomi dan mengisolasi negara tersebut. Sejauh ini, upaya yang dilakukan oleh PBB belum menunjukkan hasil yang memuaskan bagi rakyat Yang kemudian masa tahanan rumahnya diperpanjang selama 18 bulan setelah seorang warga negara Amerika Serikat, John Yettaw menyusup ke kediamannya. 78 Suara Pembaruan, 25 Mei 2009. Universitas Sumatera Utara Myanmar serta bagi terciptanya rekonsiliasi nasional dan transisi demokratis di Myanmar. 79 79 Sinar Indonesia Baru, 28 Febuari 2010. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN