Hak untuk Hidup the right to life

atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok; c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan fisik baik seluruh ataupun sebagiannya; d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.” Adapun yang dimaksud dengan kejahatan kemanusiaan, 50

a. Hak untuk Hidup the right to life

“suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa: a. pengusiran; b. pemusnahan; c. perbudakan; d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional; f. penyiksaan; g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; i. penghilangan orang secara paksa; atau j. kejahatan apartheid.” Pasal-pasal mengenai kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut di atas substansinya merupakan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Statuta Roma. Dalam perkembangannya, pelanggaran terhadap sejumlah HAM yang bersifat non-derogable rights ada yang memberikan kualifikasi sebagai suatu pelanggaran berat HAM. Pendapat yang mengatakan penggunaan kata “berat: bermaksud untuk menggambarkan tingkat kerusakan, kerugian, atau penderitaan yang sedemikian hebatnya akibat pelanggaran HAM tersebut. 50 Pasal 9 Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Universitas Sumatera Utara Hak untuk hidup merupakan hal yang paling penting. Hak ini tidak hanya sekedar hak alamiah yang penting. Namun juga menjadi urutan yang pertama yang terkandung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pasal 3 DUHAM menegaskan, “Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadi.” Penekanan lebih lanjut bagi setiap negara dalam melindungi dan menjamin hak untuk hidup terkandung dalam Pasal 6 Ayat 1 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik :” Setiap orang mempunyai hak utnuk hidup melekat pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun boleh dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang”. Dan diteruskan dengan ayat 6 :” Tidak seorang pun dalam Pasal ini yang dapat digunakan untuk menunda atau mencegah penghapusan hukuman mati oleh Negara Peserta Kovenan ini” Jaminan perlindungan hak untuk hidup dalam Pasal 4 ayat2, telah dikuatkan kembali pelaksanaan perlindungannya dalam Protokol Opsional Kedua pada Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik yang Ditujukan unutk Penghapusan Hukuman Mati Second Optional Protocol on International Covenant on Civil and Political Rights Regarding to Eliminnation of Death Penalty. Negara yang menjadi peserta Protokol ini diharuskan menghapuskan hukuman mati dalam yurisdiksinya.

b. Hak untuk Hidup Diperbudak