Hak untuk diakui sebagai pribadi Hak atas Kebebasan Berpikir, Berkeyakinan dan Beragama

e. Hak untuk dinyatakan tidak bersalah

Seseorang tidak hanya dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana apabila ia melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bukan tindak pidana. Pasal 11 Ayat 2 DUHAM menyebutkan, “Tidak seorang pun dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana karena perbuatan atau kelalaian, yang bukan merupakan pelanggaran pidana berdasarkan hukum nasional atau internasional ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak boleh dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang berlaku pada saat pelanggaran dilakukan”. Pasal 15 Ayat 1 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik memperkuat perlindungan hak itu 52 Penghormatan dan perlindungan sebagai pribadi manusia dapat dimaksudkan sebagai landasan berpikir untuk mencegah praktek maupun diskriminasi. Pasal 6 DUHAM menyatakan, “Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai pribadi di depan hukum di mana saja ia berada.” Pengakuan sebagai pribadi manusia itu juga diperkuat oleh Pasal 16 Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, “Setiap orang mempunyai hak untuk diakui sebagai . Bahkan dalam pasal 4 Ayat 2, hak ini ditekankan. Karena itu aparat negara berkewajiban melindungi dan menjamin terlaksananya hak ini bagi setiap warganya.

f. Hak untuk diakui sebagai pribadi

52 1 ;” Tidak seorang pun dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bukan merupakan tindak pidana berdasarkan hukum nasional maupun internasional ketika tindakan tersebut dilakukan. Demikian pula tidak dapat dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang berlaku pada saat tindak pidana dilakukan. Bila setelah dilakukannya tindak pidana ketentuan hukum menentukan hukuman yang lebih ringan maka pelaku harus memperoleh keringanan tersebut. Universitas Sumatera Utara pribadi di hadapan hukum di mana pun ia berada”. Hak untuk diakui sebagai pribadi itu mandapat tambahan penegasan dalam pasal 7 DUHAM,” Semua orang sama di depan hukum dann berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasii apa pun. Semua orang berhak untuk mendapatkan perlindungan yang sama terhdap diskriminasi apa pun yang melanggar Deklarasi ini dan terhadap segala hasutan untuk melakukan diskriminasi tersebut”. Dengan demikian, setiap orang berdasarkan prinsip non-diskriminasi sebagai individu manusia harus diakui dan dilindungi hak-haknya dari praktek diskriminasi.

g. Hak atas Kebebasan Berpikir, Berkeyakinan dan Beragama

Pikiran, keyakinan dan agama merupakan hak yang melekat pada setiap manusia. Karena itu kebebasan atas ketiganya dipandang sebagai kebebasan fundamental. Kebebasan ini ditegaskan dalam Pasal 18 DUHAM :”Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir , berkeyakinan dan beragama, hak ini mencakup kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menjalankan agama dan kepercayannya dalam kegiatan pengajaran, peribadatan, pemujaan dan ketaatan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun tersembunyi”. Ini diperkuat oleh Pasal 18 Kovenann Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik 53 53 “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan atas . Namun demikian Pasal 18 mencantumkan pula sebuah pengecualian. Negara berhak membatasi kebebasan tadi dalam kondisi tertentu. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, pelanggaran atas ketujuh hak ini yangg dipersalahkan kepada negara merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Bila negara melakukan salah satu pelanggaran dari ketujuh hak ini, negara dapat dikualifikasi telah melakukan pelanggaran berat. Yang terutama adalah atas hak untuk hidup, hak untuk tidak diperbudak, serta hak untuk tidak disiksa dan diperlakukan secara kejam. pilihannya sendiri, dan kebebasan baik sendiri maupun bersama-sama orang lain , baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaan dalam kegiatan ibadah, ketaatan , pengamalan dan pengajaran; [2] Tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga mengurangi kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya,[3] Kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan hukum yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertibban, kesehatan atau moral masyarakat atau hak mendasar dan kebebasan orang lain, dan [4] Negara Peserta Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasann orangtua dan wali yang sah , untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA

A. Deklarasi Hak Asasi Manusia tahun 1948

Salah satu prestasi kemanusiaan terbesar setelah Perang Dunia ke II adalah konseptualisasi dan penyebaran Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tanggal 10 Desember 1948. Deklarasi ini bersamaan dengan dua Kovenan Internasional yaitu International Covenant on Civil and Political Rights dan International Covenant on Economic, Social, Cultural Rights pada tahun 1966 yang secara umum kemudian dikenal dengan International Bill of Human Rights. Hak asasi manusia telah disebut-sebut dalam Kovenan Liga Bangsa- Bangsa yang diantaranya , menuju pada pembentukan Organisasi Buruh Internasional ILO. Pada Konferensi di San Fransisco 1945, yang diselenggarakakn untuk merancang piagam PBB, sebuah usulan tentang “Deklarasi Tentang Hak Esential Manusia” telah diajukan namun tidak dibahas karena memerlukan pertimbangan yang lebih matang dari yang mungkin dilakukan pada saat itu. Piagam itu secara jelas menyebutkan “memajukan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama” pasal 1 ayat 3. Ide untuk membuat “Ketentuan Internasional tentang Hak Asasi Manusia” juga dianggap oleh banyak pihak yang telah tersirat dalam Piagam tersebut. Komisi persiapan PBB yang segera melakukan pertemuan setelah penutupan sidang Konferensi San Fransisco, merekomnedasikan agar Dewan Universitas Sumatera Utara