Konvensi Menentang Penyiksaan dan Kekejaman lainnya, Perlakuan atau Instrumen Internasional Lainnya tentang Hak Asasi Manusia

seorangpun dalam wilayah hukum suatu Negara Pihak Protokol ini dapat dihukum mati. Berdasarkan Pasal 3 Protokol, Negara-negara Pihak harus mencantumkan informasi tentang upaya-upaya yang diambil untuk mewujudkan Protokol, dalam laporan yang diserahkan kepada Komite Hak Asasi Manusia. Pasal 5 Protokol Opsional Kedua menyebutkan bahwa sehubungan dengan suatu negara yang menjadi Pihak Protokol Opsional Pertama, kompetensi Komite Hak Asasi Manusia untuk meneriam dan membahas komunikasi dari individu yang berada di bawah wilayah hukum Negara tersebut mencakup pula ketentuan yang ada dalam Protokol Opsional Kedua, kecuali jika Negara Pihak yang bersangkutan telah membuat pernyataan yang sebaliknya pada saat ratifikasi atau aksesi. Berdasarkan Pasal 6, ketentuan dalam Protokol Opsional Kedua berlaku sebgai ketentuan tambahan bagi Kovenan. Protokol Opsional Kedua Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang bertujuan menghapuskan hukuman mati berlaku pada 11 Juli 1991 setelah menerima sedikitnya 10 dokumen ratifikasi atau aksesi sebagaimana dipersyaratkan. Hingga 30 September Protokol telah diratifikasi oleh 28 negara.

E. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Kekejaman lainnya, Perlakuan atau

Penghukuman yang Tidak Manusiawi atau Yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment Pada tanggal 10 Desember 1984, Majelis Umum PBB telah mengeluarkan sebuah resolusi, yaitu Resolusi Nomor 3946 tentang pengesahan sebuah konvensi Universitas Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment Konvensi Menentang Penyiksaan dan Kekejaman lainnya, Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi atau Yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan, yang selanjutnya disebut konvensi. Semenjak itu, Konvensi ini terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi, atau diaksesi oleh negara-negara anggota maupun bukan anggota PBB. Konvensi ini mulai berlaku enter into force pada tanggal 28 Juni 1987 sesuai dengan pasal 27 ayat 1 Konvensi. Sebelum lahirnya konvensi ini, jauh sebelumnya yaitu pada tanggal 9 Desember 1975, Majelis Umum PBB telah mengeluarkan resolusi Nomor 3452 XXX yang berisi suatu deklarasi yang dikenal dengan Declaration on the Protection of All Persons from Being Subjected to Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment Deklarasi tentang Perlindungan Semua Orang dari Penyiksaan dan Tindakan Kejam Lainnya, Perlakuan atau Penghukuman yang tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Kemanusiaan 58 58 I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi, Bandung, Yrama Widya,2004, hlm239-240. .

F. Instrumen Internasional Lainnya tentang Hak Asasi Manusia

Pengaturan hukum internasional terhadap HAM dimulai dari piagam PBB 1945, yang akhirnya menetapkan Deklarasi Universal tentang hak-hak asasi manusia tahun 1948, yang dilanjutkan pada tahun 1949 melalui konvensi Jenewa dimana dimuat bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Universitas Sumatera Utara Lebih dari 50 perangkat hak-hak asasi manusia yang sudah dirundingkan maupun sudah ditetapkan di bawah pengawasan PBB . Sebagian besar dirancang oleh kelompok kerja dari komisi PBB mengenai hak asasi manusia yang berada di bawah dewan ekonomi dan sosial. Konvensi pemusnahan satu golongan bangsa yang mulai berlaku pada tahun 1951 yang disetujui oleh Majelis Umum satu hari sebelum deklarasi universal tentang hak-hak asasi manusia tahun 1948, merupakan tanggapan langsung terhadap kekejian yang berlangsung selama Perang Dunia II. Konvensi ini menyebutkan tindakan pemusnahan kelompok bangsa, suku bangsa maupun agama adalah salah satu kejahatan dibawah hukum internasional. Tahun 1957, ada 3 perjanjian yang lahir mengenai HAM yaitu pertama, adalah perjanjian internasional mengenai hak perekonomian, sosial , kebudayaan, kedua perjanjian internasional tentang hak-hak politik dan sipil. Ketiga Protokol Opsional atas perjanjian internasional tentang hak –hak politik dan sipil. Dilanjutkan dengan deklarasi tentang pemberian kemerdekaan kepada negara dan rakyat jajahan pada tahun 1960 yang menyatakan kemerdekaan merupakan hak dari suatu bangsa untuk menentukan nasib sendiri self determination. Konvensi mengenai Penghapusan Diskriminasi Rasial pada tahun 1965, yang berlaku mulai tahun 1969., Konvensi ini menyakinkan negara bahwa” doktrin apapun yang didasarkan pada superioritas perbedaan ras secara ilimiah salah secara moral terkutuk, secara sosial tidak adil dan berbahaya, dan bahwa tak ada pembenaran bagi diskriminasi rasial baik dalam teori maupun praktek. Universitas Sumatera Utara Konvensi ini merupakan satu diantara perangkat internasional mengenai hak-hak asasi manusia yang paling banyak mendapatkan pengakuan universal. Lanjutan dari Deklarasi Universal tentang hak-hak asasi manusia 1948 adalah Proklamasi Teheran tahun 1968 dan Konferensi Wina tahun 1993. Dua dokumen ini merupakan bagian dari hukum kebiasaan internasional. Konvensi mengenai penekanan dan penghukuman terhadap kejahatan apartheid pada tahun 1973 yang mulai berlaku tahun 1976. Menegakkan kembali diskriminasi rasial yang disahkan secara sistematis yang di Afrika Selatan dikenal dengan aparheid adalah suatu kejahatan di bawah hukum internasional perorangan atau kelompok yang “bersengkokol” mendorong atau bekerjasama dalam melaksanakan apartheid. Konvensi mengenai Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita tahun 1979, yang berlaku pada tahun 1981, meliputi langkah-langkah yang harus diambil untuk menghapuskan diskriminasi terhadap wanita di bidang politik dan kehidupan bermasyarakat, kewarganegaraan, pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, perkawinan, dan keluarga. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Penghukuman Lain yang kejam Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia tahun 1984, yang berlaku mulai tahun 1987. Mendefinisikan penyiksaan dan mengharuskan negara untuk bertanggungjawab mencegah penyiksaan selama batas yurisdksi mereka dan membuatnya secara hukum bisa dihukum. Universitas Sumatera Utara Konvensi mengenai hak-hak anak yang dicetuskan dan mulai berlaku pada tahun 1989. Konvensi ini memuat sejumlah deretan hak-hak anak dan setiap pelanggaran terhadap hak anak. Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak pada tahun 2000. Konvensi PBB Melawan Kejahatan Transnasional Terorganisasi Konvensi Palermo tahun 2000. Dan yang paling mendapat perhatian besar dari masyarakat internasional, sekaligus merupakan lahirnya Makhamah Pidana Internasional yang bersifat permanen adalah Statuta Roma tahun 1998. Statuta ini beriisikan tentang definisi genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahataan perang dan juga memuat jurisdiksi Makhamah Pidana Internasional . Statuta Roma 1998 juga bertujuan untuk memutuskan rantai impunity yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Ada beberapa perangkat hukum internasional tentang kemanusiaan yang merupakan cetusan-cetusan dari negara-negara Eropa seperti Konferensi Paris tahun 1989, Konferensi Kopenhagen tahun 1990, Konferensi Moskow tahun 1991, Konferensi Helsinky tahun 1992. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENAHANAN AUNG SAN SUU KYI