Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan lebih mengarah pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara peralihan mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat, dalam meningkatkan status soial ekonomi masyarakat desa Pasir bangun, Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada pernyataan M. Iqbal Hasan 2002: 44 bahwa tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. Berdasarkan adanya keinginan penulis untuk memperoleh informasi guna menjawab pertanyaan pada perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui hubungan antara peralihan mata pencaharian dalam meningkatkan status sosial masyarakat Desa Pasir Bangun, Kecamatn Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian Ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial. 2. Manfaat Praktis. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dan dapat menjadi sumbangan bagi khasanah kepustakaan.

1.5. Kerangka Teori

Perubahan pertanian merupakan suatu era kehidupan peradaban manusia yang berhasil mengalami suatu perubahan besar sebagai dampak dari perubahan pola dan tata cara kehidupan umat manusia di dunia yang dalam berbagai tulisan disebut sebagai “revolusi hijau” ciri menonjol dari perubahan adalah berhasil karena ketekunan dan kegigihan manusia dalam upaya mempertahankan diri dan bersaing yang sepenuhnya masih menggantungkan pada sumber daya tenaga manusia secara fisik. Kecanggihan teknologi belum mewarnai deraf dan gerak kehidupan manusia. Disampang itu, ciri lain yang cukup menonjol adalah adanya ketegantungan yang amat sangat terhadap iklim dan cuaca yang sama sekali diluar kemampuan manusia untuk mengendalikannya.Mulyadi:2003:231. Perubahan sosial adalah suatu gejala yang pasti dialami oleh setiap masyarakat. Jadi, pada hakekatnya tidak ada satu masyarakat yang tidak berubah, walaupun masyarakat sesedeharna apapun. Atau dengan kata lain tidak satupun masyarakat yang statis. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya Universitas Sumatera Utara masing-masing, ada masyarkat yang berubah dengan pesat, ada juga yang berubah dengan lambat, bahkan ada juga yang tidak kelihatan perubahannya, tetapi paling tidak berubah dalam hal kualitasnya. Menurut M. Hoogvelt dalam Soekanto 1982; 240 salah satu dari ciri perubahan sosial yang dapat diketahui karena “ tidak ada masyarakat yang stagnant tetap, oleh karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. “ Perubahan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin Dan Gillin dalam Selo Soemardjan Dan Soelaiman Soemardi 1964:67, suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat sekarang ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat. Terlebih dilihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat, apa yang diinginkan dengan apa yang dilakukan dan diperoleh. Menurut Boumandalam I Nyoman Beratha, 1982 desa adalah salah satu bentuk dari kehidupan bersama beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal, kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, dan sebagainya, usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Di desa menurut Bouman selanjutunya terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, taat pada tradisi dan kaidah-kaidah social. Masyarakat desa merupakan sistem Universitas Sumatera Utara sosial yang komprehenshif, artinya di dalam masyarakat desa terdapat semua bentuk pengorganisasian atau lembaga-lembaga yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Namun ini tidak berarti 100 masyarakat itu secara ekonomi betul-betul dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan sendiri.jabal Tarik Ibrahim:2003:31. Pada dasarnya Masyarakat pertanian di pedesaan pada umumnya masih tergolong miskin dan mayoritas hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai sumber utama proses produksi. Pembangunan pertanian yang menganut prinsip efisien telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial masyarakat. Perubahan yang terjadi terutama terkait dengan struktur pemilikan lahan pertanian yang mengakibatkan terjadinya : 1. Petani lapisan atas, yang akses pada sumberdaya lahan, kapital, maupun merespon teknologi dan pasar dengan baik serta mempunyai peluang berproduksi yang berorientasi keuntungan. 2. Petani lapisan bawah yang relatif miskin dari segi lahan dan kapital, tetapi hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja. Faktor ekonomi dalam lapisan sosial merupakan faktor utama atau dominan dalam proses pelapisan sosial masyarakat. Pelapisan sosial berdasarkan faktor ekonomi, kita membedakan orang menurut kesempatan yang dimilikinya dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain dapat dilihat dalam pendapatan yang diperoleh setahun, kekayaan yang dimilinya sekarang yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk meningkatkan kehidupan ekonominya. Universitas Sumatera Utara Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut : 1. Ukuran kekayaan. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan, yang mempunyai kekuasaan dan wewenang terbesar, mencapai lapisan atas. 3. Ukuran kehormatan, Orang yang paling di segani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran seperti banyak dijumpai di masyarakat pedesaan. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa 4. Ukuran Ilmu Pengetahuan. Ilmi Pengetahian sebagai ukuran, dipakai oleh masyarkat yang menghargai Ilmi Pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar. soekanto, 1982: 263 Universitas Sumatera Utara Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu katagori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya, sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani ini. Komunitas petani itu akan terlihat berdasar atas perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alat- alat yang mereka pergunakan., sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi-kondisi pisik geografik lainnya. Di antara gambaran-gambaran yang bersifat diferensiatif pada kalangan masyarakat petani umumnya, adalah perbedaan antara petani bersahaja, yang sering disebut petani tradisional termasuk golongan peasant dan petani modren termauk golongan farmer atau agricultural enterpreneur. Secara garis besar golongan pertama adalah kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai oleh alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka. Produksi mereka lebih ditujukan untuk sebuah usaha menghidupi keluarga, bukan untuk tujuan mengejar keuntungan profit oriented. Sebaliknya, farmer adalah golongan petani yang usahanya ditujukan mengejar keuntungan. Dalam masyarakat yang materialistis seperti sekarang ini faktor ekonomi menjadi sorotan utama dalam stratifikasi sosial masyarakat. Seseorang dikatakan berhasil kalau sudah meraih keberhasilan meningkatkan ekonomi keluarganya. Peralihan matapencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, masyarakat desa sangat terikat oleh ttradisi dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan lingkungannya. Menurut Boeke 1985:25 bahwa ciri tersebut adalah ciri masyarakat pra-kapitalis. Dalam masyarakat ini setiap orang menjadi bagian dari keluarga dalam Universitas Sumatera Utara aturan-aturan yang longgar. Keterbatasan yang ada pada sesorang akan cendrung bersifat kontra. Apabila yang suatu baru dianggap mengganggu hidupnya. Sikap ini muncul apabila masuknya suatu perubahan yang tidak dapat diterima.

1.6. Hipotesis