B merupakan korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pacarnnya sendiri. Sebagaiman kebanyakan remaja B juga ingin punya
pacar. Menurut pandangan B punya pacar bisa senang-senang seperti jalan-jalan, bercerita. B tidak pernah membayangkan pacarnya akan
melakukan hal tersebut. Kekerasan sekssual yang dialami B terjadi tidak hanya sekali. Pertama dalam keadaan tidak sadar setelah B diberi
minum. Setelah kejadian B diancam oleh pacarnya untuk tidak bercerita kepada orang lain. Kalau B bercerita ia bisa nekat
mengancam keluarga B. setelah kejadian tersebut B mulai menjaga jarak, namun pelaku mulai memndekati B lagi dan berjanji akan
berubah. Kejadian berikut terjadi ketika pelaku memaksa B, ketika B menolak B ditampar dan dipukul.
Setelah kejadian B mengalami perubahan sikap di rumah. B mulai suka melamun, marah dengan tidak terkontrol dan bahkan sampai sakit
bila ada berita yang berhubungan dengan kekerasan jantung B berdetak kencang, tanganya mulai berkeringat sehingga orang seksual tuanya
curiga. B berterus terang dengan kedua orang tua tentang apa yang terjadi. Kejadian tersebut membuat orang tua B juga merasa kecewa.
Ayah dan ibu juga sering sakit.
B. Hasil analisis data
Perbedaan hasil pretest dan posttes dilihat dengan menggunakan analisa deskriptip kualitatif dengan membandingkan skor skala hasil analisis data
kelompok masing-masing subjek saat pretes dan posttest.
Universitas Sumatera Utara
1. Hasil Analisa data secara umum
20 40
60 80
100 120
140 160
Pret est Post t est
S K
o r
D E
R S
Pengukuran
Subjek A Subjek B
Gambar 4.1. Gambar Perbandingan Skor Subjek
Grafik 4.1 menunjukkan ada penurunan skor total DERS antara prettes
dan posttes baik pada subjek A maupun subjek B yang menunjukkan kesulitan dalam meregulasi emosi pada subjek A dan B
mulai berkurang dalam arti kemampuan regulasi emosinya meningkat. Skor subjek A sebelum pelaksaan terapi adalah 152 kategori tinggi
dan setelah pelaksanaan terapi menjadi 113 kategori sedang yang mengalami penurunan sebesar 39 point. Pada subjek B juga terjadi
penurunan skor DERS, sebelum pelaksanaan terapi 133 kategori tinggi menjadi 56 kategori rendah setelah pelaksanaan terapi dimana
A mengalami penurunan skor sebesar 77 skor. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh REBT terhadap peningkatan
regulasi emosi pada kedua subjek.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Perbandingan Skor Aspek DERS Subjek Aspek
Subjek A Subjek B
Pre- Test
Post- Test
Penurunan skor
Pre- Test
Post- test
Penurunan skor
Nonaccept 22
15 7
30 10
20 Goals
25 20
5 19
10 9
Impulse 30
24 6
20 8
12 Aware
22 17
5 15
11 4
Strategy 40
26 14
34 10
24 Clarity
17 12
5 17
7 10
Gambar 4.2. Perbandingan Skor Aspek DERS Subjek
Masing-masing aspek DERS juga mengalami penurunan. Secara keseluruhan subjek B lebih banyak mengalami penurunan disemua
aspek skor DERS dibandingkan dengan subjek A. Dari kedua subjek penurunan yang paling banyak adalah pada aspek “Strategy” pada
subjek A terjadi penurunan 14 poin sedangkan subjek B 24 poin. Strategy
adalah ketidak mampuan untuk menemukan suatu cara yang
Universitas Sumatera Utara
dapat mengurangi emosi negatif. Ini berarti setiap subjek sudah mulai menemukan cara untuk mengurangi emosi negatif. Sebelum
melakukan intervensi subjek A bila mengalami emosi negatif untuk menguranginya lebih suka berkumpul dengan teman-temannya dan
pulang jika ia sudah merasa marahnya berkurang namun perilaku A masih negatif karena ia bisa tidak pulang 1-2 hari tanpa memberitahu
orang tua. Setelah melakukan terapi A mulai memahami berbagai teknik yang bisa dilakukan dalam meregulasi emosi.
Subjek B sebelum melakukan intervensi strategi yang dilakukan adalah mengurung diri di kamar sambil menghidupkan musik rock
keras-keras dan ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Ini bisa berlangsung seharian. Setelah melakukan intervensi B juga mulai
menerapkan metode yang didapatnya seperti kognitif dan behavioristik seperti menentang pikiran negatif.
2. Hasil analisis data individual
Analisis individual dilakukan dengan membandingkan skor DERS setiap subyek pada saat pretes dan posttes. Hasil analis individual juga
dilengkapi dengan data yang diperoleh dari lembar tugas subyek maupun wawancara pada tahap tindak lanjut followup. Setiap subyek
diberi inisial huruf abjad secara berurutan. Berikut ini hasil data dari masing-masing subyek.
Universitas Sumatera Utara
a. Subyek A
Gambar 4.3. Perbandingan Skor Subjek
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan A mengalami perubahan dalam kemampuan regulasi emosinya. Ini ditunjukkan
adanya penurunan skor DERS yang didapat oleh A 37 poin setelah melakukan terapi yang artinya tingkat A dalam meregulasi
emosi semakin baik. Berdasarkan lembar kerja yang dilaksanakan oleh A pada
lembar kerja 1 pada awalnya A masih sulit membedakan antara pikiran dan perasaan emosi. Setelah dilaksanakan diskusi lembar
kerja yang ditelah diiisi oleh A, ia mulai memahami perbedaan peristiwa, pikiran, perilaku dan perasaan. Lembar kerja 2 adalah
membedakan mana pikiran yang irasionalnegatif dan mana pikiran
Universitas Sumatera Utara
yang rasionalpositif. Pada lembar kerja terdapat contoh pikiran yang rasional dan yang tidak rasional, peneliti memberikan
penjelasan apa perbedaan keduanya sehingga untuk baris berikutnya A mulai sedikit memahami perbedaannya. Lembar kerja
ini juga sangat membantu A dalam melakukan bantahan terhadap pikiran irasional yang muncul pada diri A.
Kejadian yang memicu masalah emosi pada A adalah kekerasan seksual yang dialaminya. A mengalami kekerasan
seksual oleh laki-laki yang lebih tua darinya ketika A berada dalam keadaan tidak sadar. Konsekwensi kejadian tersebut adalah
sulitnya A dalam mengontrol emosi marah yang disebabkan munculnya keyakinan tidak rasional pada diri A yaitu ia merasa
tidak berharga lagi karena A menganggap lingkungan terutama lingkungan rumah sering tidak memberikan kepercayaan lagi
padanya. Sebelum mengisi lembar REBT self help, peneliti menggunakan metode imagery, sehingga A bisa merasakan dan
benar-benar yakin dengan emosi yang dirasakannya, serta apa yang ada dalam pikirannya ketika emosi tersebut muncul. Setelah proses
tersebut dilakukan relaksasi sehingga kondisi emosi A kembali normal. Pada saat melakukan imagery A merasa dadanya sesak
namun berkurang setelah dilakukan relaksasi Kegiatan berikutnya adalah mengisi lembar “hubungan A-
B-C” melalui lembar ini A memahami munculnya marah karena ia
Universitas Sumatera Utara
merasa tidak berharga lagi, orang tua tidak mempercayainya lagi dan ia juga berbeda dari teman-temannya di sekolah sehingga A
sering sulit mengontrol marahnya terutama bila ada yang melecehkannya, memanfaatkan dirinya dan diberi aturan yang
banyak di rumah. A mampu mengenali emosi yang sering muncul tidak terkendali karena ada pikiran yang salah yaitu merasa tidak
berharga. Menghilangkan keyakinan irasional dengan mengisi lembar
kerja “ Menghilangkan keyakinanpikiran yang irasioanal”. A mampu menilai bahwa keyakinannya menganggap diri tidak
berharga lagi adalah salah. Peneliti juga menggunakan metode logical argument
dalam menentang pikiran A. kejadian A memang menyakitkan, tapi apakah tidak ada lagi yang bisa A lakukan untuk
masa depan? A menyadari bahwa ini memang menyakitkan ia menjadi tidak berharga tapi ia masih punya kelebihan untuk bisa
dihargai orang lain. Pada lembar tugas rumah metode lain dalam REBT dalam
mengelola emosi selama dua hari yang diberikan A marah karena dikhianati oleh temannya. Sejak kejadian A menjadi korban
kekerasan seksual pergaulan A semakin sulit dikontrol orang tua. Ia lebih memilih teman yang kurang baik pergaulannya dan juga
tidak sekolah. A beranggapan dilingkungan yang seperti itu ia lebih merasa diterima dan tidak jauh berbeda dengan keadaan dirinya
Universitas Sumatera Utara
yang ia anggap tidak berharga lagi. Namun teman-teman tersebut sering memanfaatkan A terutama dari segi materi. A marah dengan
keadaan ini. Biasanya ia sering mengeluarkan kata kasar namun pada saat pelaksaanaan tugas A memilih teknik perilaku yaitu
dengan cara menghindar dan berjalan-jalan. Pada awalnya A sulit untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar namun ia mencoba untuk
menghindar. Pada lembar kerja “Emosiku” A diminta membedakan
emosi negatif yang sehat degan emosi negatif yang tidak sehat sehingga A mampu mengenali emosi dan berespon secara tepat
terhadap suatu kejadian. A juga di berikan psikoedukasi tentang regulasi emosi serta strategi lain untuk meregulasi emosi yang
dilanjutkan dengan diskusi. A menyadari dampak negatif bila kemampuan regulasi emosinya rendah. A juga mulai mengetahui
cara-cara yang bisa dilakukan dalam regulasi emosi meskipun beberapa cara seperti pengalihan perhatian pernah ia lakukan.
Pada saat pelaksanaan tugas rumah yang kedua “ Aku bisa berubah” yaitu penerapan REBT dalam kehidupan sehari-hari
selama dua hari A mengalami beberapa kejadian diantaranya A dimarahi orang tua karena pulang malam. A memiliki keyakinan ia
tidak dipercaya lagi sehingga muncul emosi marah dengan nada yang tinggi. Setelah A masuk ke kamar ia mulai berusaha
mengubah keyakinannya bukan berarti ia tidak dipercaya tetapi
Universitas Sumatera Utara
bila ia menunjukkan perubahan tidak pulang malam lagi, orang tua tidak akan marah dan dapat memberi kepercayaan lagi padanya. A
juga mengalami kejadian dilarang bergaul dengan teman-temannya oleh orang tua yang ada dalam pikiran orang tua selalu mengatur
respon emosi yang muncul adalah marah. A membantah pikiran tersebut dengan rasional yang rasional yaitu “ibu bukannya
mengatur mungkin ibu takut A terjerumus lagi pada masalah yang sama”
Ketika dilakukan evaluasi terhadap tugas A merasa mengalami hambatan dalam mengontrol emosinya dengan cepat
terutama marah namun ia merasa durasi marah dan kesalnya bisa berkurang dan ketika ia ingin berubah terkadang ada juga diantara
temannya yang berusaha mempengaruhinya dalam pergaulan. Pada saat follow up setelah sepuluh hari setelah terapi A
emosi marah masih muncul bila kejadian tidak sesuai dengan keinginanya. Namun menurut A ia mulai menerapkan beberapa
metode seperti pengalihan perhatian attention deployment dengan mendengarkan musik, menantang pikiran negatif. Sebelum
pelaksanaan terapi
A bila
dimarahi orang
tua untuk
mengeksprsiakan marah bisanya berkata kasar dan pergi dari rumah 1-2 hari selam follow up A lebih cenderung di kamar dulu
hingga emosinya reda. A juga mempunyai kegiatan baru sehingga waktunya bisa lebih bermanfaat. Orang tua A memfasilitasi A
Universitas Sumatera Utara
menjadi agen sebuah produk. Menurut orang tua A perubahan A dalam perilaku belum banyak terutama dalam hal pengaruh teman
terhadap diri A. Namun A mulai kurang menjawab perkataan orang tua dengan nada yang tinggi.
Selain data secara umum bisa juga dilihat perbandigan skor subjek dari masing-masing aspek dalam skala DERS antara hasil
pretes dan posttest.
Tabel 4.3. Perbandingan Skor Aspek DERS Subjek A Aspek
Subjek A Pre-
Test Post-
Test Penurunan
skor
Nonaccept 22
15 7
Goals 25
20 5
Impulse 30
24 6
Aware 22
17 5
Strategy 40
26 14
Clarity 17
12 5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Perbandingan skor aspek DERS subjek A
Dari masing-masing aspek DERS juga terlihat penurunan masing-masing skor pada saat pretest dan posttest. Pada subjek A
perubahan terbesar adalah pada aspek strategy 14 poin. Menurut A ia sudah mengetahui langkah-langkah serta cara-cara apa saja
yang bisa digunakan dalam meregulasi emosi namun terkadang ia masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikannya. Bila ada
situasi yang memunculkan emosi negative A masih marah namun ia kemudian menghindar atau jalan-jalan. Penurunan skor yang
tidak terlalu signifikan adalah pada aspek impulse 6 poin yaitu ketidakmapuan subjek mengontrol impuls yang ada. Pada saat
posttest maupun follow up jika ada stimulus yang membuat emosi
A tidak terkontrol ia masih meresponnya dengan marah namun yang berubah adalah durasi marahnya. A berusaha untuk
menerapkan strategi yang sudah didapat sehingga emsosinya bisa terkontrol lagi. Skor yang paling sedikit mengalami perubahan
adalah pada aspek Clarity 5 poin yang merupakan ketidak mampuan individu untuk memahamai perasaannya. Menurut A
sebelum mengikuti terapi ia masih kesulitan untuk memahami perasaanya ketika ada stimulus yang membangkitkan emosi
negatifnya terkadang A marah dengan meledak-ledak namun terkadang A mengurung diri dikamar. Setelah terapi A mulai kapan
ia harus sedih, kecewa, marah dan lainnya namun terkadang ia
Universitas Sumatera Utara
masih susah memahami mengapa ia bisa marah meledak-ledak terkadang dengan hal yang sebenarnya tidak merupakan masalah
yang besar. A juga masih kurang peduli terhadap perubahan emosinya. Dalam pandangan A yang terpenting ia bisa
melampiaskan emosinya Aware= 5 poin. Namun ia sudah merasakan sedikit perubahan dibanding sebelum terapi, biasanya ia
tidak akan memikirkan dampak terhadap orang lain dan dirinya. A masih merasakan kesulitan untuk tidak terpengaruh oleh
emosi negatif sehingga ketika muncul emosi negatif A masih sering susah untuk berkonsentrasi terutama dalam belajar aspek
Goal = 5 poin namun ini sudah mulai berkurang dibandingkan
sebelum terapi bila dipengaruhi oleh emosi negatif A bisa tidak masuk sekolah karena ia merasa tidak bisa konsentrasi.
Dari hasil penelitian bisa disimpulkan perubahan terbesar pada A adalah pada aspek strategy. A mulai mampu menemukan
cara dalam mengelola emosi negatifnya. A menggunakan beberapa teknik seperti situation selection dimana A menghindar situasi
yang akan membuat emosi negatifnya semakin parah seperti bila dimarahi orang tua A menjawab namun kemudan ia masuk kamar
untuk meredakan emosinya. A juga menggunakan strategi attention deploymen
yaitu dengan mengalihkan perhatian dengan cara jalan- jalan. Namun A merasa bila timbul emosi negatif ia masih
kesulitan dalam berkonsentrasi dalam belajar goals.
Universitas Sumatera Utara
Filosofi baru yang muncul adalah A masih berharga dan bisa berubah, sedangkan emosi baru yanag muncul adalah marah
dengan cara yang tepat seprti tidak membanting barang lagi.
Gambar 4.5. Dinamika subjek A
Kekerasan seksual oleh orang dewasa
Mudah marah
Kesulitan dalam Regulasi Emosi marah
Pemberian terapi REBT
Kemampuan regulasi emosi meningkat
Irational Belief
:
- Self, other and life-depreciation beliefs merasa diri tidak berharga
-
Rational Belief masa depan belum hancur,
masih punya kelebihan Kognitif:
-
Disputing irrational
belief
-
Tugas rumah
Behavioristik:
-
Self management
-
reward Emotif:
-
Rational emotive
imagey
Universitas Sumatera Utara
b. Subyek B
Gambar 4.6. Gambar perbandingan skor subjek B
Dari gambar 4.5 dapat disimpulkan B mengalami perubahan dalam kemampuan regulasi emosinya. Ini ditunjukkan adanya penurunan
skor DERS yang didapat oleh B setelah melakukan terapi yang artinya tingkat kesulitan B dalam meregulasi emosi sudah
menurun. Berdasarkan lembar kerja yang dilaksankan oleh B pada
lembar kerja 1 pada awalnya B masih sulit membedakan antara pikiran dan perasaan emosi. Setelah dilaksanakan diskusi lembar
kerja yang ditelah diiisi oleh B, ia mulai memahami perbedaan peristiwa, pikiran, perilaku dan perasaan. Lembar kerja 2 adalah
membedakan mana pikiran yang irasionalnegatif dan mana pikiran yang rasionalpositif. Pada lembar kerja terdapat contoh pikiran
yang rasional dan yang tidak rasional, peneliti memberikan
Universitas Sumatera Utara
penjelasan apa perbedaan keduanya sehingga untuk baris berikutnya B mulai sedikit memahami perbedaannya. Lembar kerja
ini juga sangat membantu B dalam melakukan bantahan terhadap pikiran irasional yang muncul pada diri B.
Kejadian yang memicu masalah emosi pada B adalah kekerasan seksual yang dialaminya. B mengalami kekerasan
seksual oleh pacarnya pertama ketika B berada dalam keadaan tidak sadar. Kejadian ini berulang beberapa kali. B melakukannya
karena paksaan bila B tidak bersedia maka B dipukuli bahkan pernah ditendang. Konsekwensi kejadian tersebut adalah sulitnya
B dalam mengontrol emosi marah, malu dan putus asa. Perilaku yang muncul diantaranya mengurung diri dikamar, tidak
konsentrasi yang disebabkan munculnya keyakinan tidak rasional pada diri B yaitu kejadian ini sangat menyakitkan masa depannya
hancur dan dianggap wanita yang tidak benar. Sebelum mengisi lembar REBT self help, peneliti menggunakan metode imagery,
sehingga B bisa merasakan dan benar-benar yakin dengan emosi yang dirasakannya, serta apa yang ada dalam pikirannya ketika
emosi tersebut muncul. Pada saat proses ini B menangis dan tangannya dingin serta berkeringat sehingga peneliti melakukan
relaksasi. Kegiatan berikutnya adalah mengisi lembar “hubungan A-
B-C” melalui lembar ini B memahami munculnya marah karena ia
Universitas Sumatera Utara
merasa kejadian ini sangat menyakitkan masa depannya hancur sehingga B sering sulit mengontrol cemas dan marahnya terutama
bila ada peristiwa yang mengingatkannya seperti berita TV tentang korban perkosaan, ketika B lagi sendiri dan membayangkan masa
depannya. B mampu mengenali emosi yang sering muncul tidak terkendali karena ada pikiran yang salah.
Menghilangkan keyakinan irasional dengan mengisi lembar kerja “ Menghilangkan keyakinanpikiran yang irasioanal”. B
mampu menilai bahwa keyakinannya menganggap masa depannya hancur. Peneliti juga menggunakan metode logical argument
dalam menentang pikiran B. kejadian B memang menyakitkan, tapi apakah tidak ada lagi yang bisa B lakukan untuk masa depan? B
menyadari bahwa ini memang menyakitkan tapi bukan berarti masa depannya hancur masih. Di sekolah ia masih bisa berprestasi,
orang tua dan keluarga selalu memberi dukungan bagi B untuk menghadapi masalah ini.
Pada lembar tugas rumah metode lain dalam REBT dalam mengelola emosi selama dua hari yang diberikan B merasa suntuk
di rumah bila ini terjadi bisanya B mudah teringat dengan peristiwa yang dialaminya sehingga bapak berencana mengaja B jalan-jalan
ke mall namun ternyata tidak jadi sehingga B marah dan kesal namun untuk menghilanagkan rasa marahnya B membayangkan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang menyenangkan di rumah sehingga emosi marahnya mulai berkurang.
Pada lembar kerja “Emosiku” B diminta membedakan emosi negatif yang sehat degan emosi negatif yang tidak sehat
sehingga B mampu mengenali emosi dan berespon secara tepat terhadap suatu kejadian. B juga di berikan psikoedukasi tentang
regulasi emosi yang dilanjutkan dengan diskusi. B menyadari dampak negatif bila kemampuan regulasi emosinya rendah. B juga
mulai mengetahui cara-car yang bisa dilakukan dalam regulasi emosi meskipun beberapa cara seperti modifikas situasi pernah ia
lakukan. Pada saat pelaksanaan tugas rumah yang kedua “ Aku bisa
berubah” yaitu penerapan REBT dalam kehidupan sehari-hari selama dua hari B mengalami beberapa kejadian diantaranya B
dimarahi orang tua. B memiliki keyakinan ibunya kejam dan tidak sayang dengan dirinya. Emosi yang muncul adalah marah dan
perilakunya ia tidak mau diganggu dan mengurung diri di kamar seharian. Ia berusaha merubah keyakin irasionalnya dengan bukan
berarti mama tidak sayang tapi kalau ia tetap menjawab perkataan tidak akan menyelesaikan masalah.
Ketika dilakukan evaluasi terhadap tugas B mulai menerapakan metode yang dipelajarinya dan bahkan B mulai
Universitas Sumatera Utara
mengajarkan kepada abangnya yang lagi suntuk dan keliahatan emosi.
Pada saat follow up yaitu sepuluh hari setelah terapi, B mulai merasakan perubahan, ia mulai semangat lagi bersekolah.
Ketika muncul rasa cemas dan sedih ia mulai mampu mengontrolnya
dengan cara
mengubah kognitif
serta membayangkan hal yang menyenangkan. B sering membayangkan
ia akan diwisuda di salah satu perguruan tinggi negeri sehingga ia menjadi lebih bersemangat lagi dan merasa masih punya harapan.
Menurut orang tua, B mengalami perubahan yang banyak sejak mengikuti proses terapi. Emosi marahnya sudah berkembang. Ia
mulai ceria lagi di rumah dan semangat belajarnya mulai tumbuh lagi. Selain data secara umum bisa juga dilihat perbandingan skor
subjek dari masing-masing aspek dalam skala DERS antara hasil pretes dan posttest.
Table 4.4. Perbandingan Skor Aspek DERS Subjek B Aspek
Subjek B Pre-
Test Post-
test Penurunan
skor
Nonaccept 30
10 20
Goals 19
10 9
Impulse 20
8 12
Aware 15
11 4
Strategy 34
10 24
Clarity 17
7 10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7. Perbandingan Skor Aspek DERS Subjek B
Bila dilihat dari perbandingan skor masing-masng aspek pada skala DERS maka pada subjek terjadi perubahan yang signifikan. Setelah
pelaksanaan terapi B merasa lebih baik dari pada sebelum pelaksanaan terapi. B sudah mampu menguasai semua aspek dalam regulasi emosi.
B sudah mulai memahami emosi yang dirasakannya. Subjek B sebelum melakukan intervensi strategi yang dilakukan adalah mengurung
diri dikamar sambil menghidupkan music rock keras-keras dan ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Ini bisa berlangsung seharian. Setelah
melakukan intervensi B juga mulai menerapkan metode yang didapatnya seperti kognitif dan behavioristik seperti menentang pikiran negatif,
membayangkan hal yang menyenangkan. Ia juga mulai mampu berkonsentrasi dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah Goal.
Sebelum pelaksanaan terapi bila teringat akan peritiwa B cenderung cemas, marah, dan sering mengurung diri dikamar serta
murung. Secara fisiologis ia juga merasakan dada sesak, jantung berdebar
Universitas Sumatera Utara
dan tangan berkeringat. Setelah pelaksanaan terapi gangguan fisiologis yang dirasakannya mulai hilang, ia mulai ceria di rumah dan frekwensi
marah juga jauh berkurang impulse. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan B mengalami perubahan
yang lebih baik dibandingkan A. Reaksi fisiologis seperti dada sesak, tangan berkeringat sudah mulai berkurang. Dalam semua aspek regulasi
emosi B mengalami perubahan. Perubahan terbesar adalah pada aspek strategy
. Bila ada situasi yang memunculkan emosi negatif B melakukan attention deployment
yaitu mengalihkan perhatian dengan mendengar musik. B juga mencoba mengubah kognitif bahwa ia masih berharga
masa depan bekum hancur. Ia sering membayangkan hal nang menyenangkan seperti keberhasilannya dimasa depan sehingga ia merasa
bisa bangkit lagi. Filosofi baru yang muncul pada B adalah kejadian ini memang menyakitkan tetapi masalah ini bukan menjadi hambatan untuk
sukses, sedangkan emsoi baru yang muncul adalah bahagia, semangat dan optimis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Dinamika subjek B
Kekerasan seksual oleh pacar
Jantung erdebar, tangan berkeringat, melamun,
marah
Kesulitan dalam Regulasi Emosi murung, marah
Pemberian terapi REBT
Kemampuan regulasi emosi meningkat
Irational Belief
:
- Awfulizing kejadian ini sangat menyakitkan , masa
depan hancur
Rational Belief tidak menjadi hambatan
untuk sukses Kognitif:
-
Disputing irrational
belief
-
Tugas rumah
Behavioristik:
-
Self management
-
reward Emotif:
-
Rational emotive
imagery
Universitas Sumatera Utara
C. Pembahasan 1. Pembahasan data