KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dibangun atas dasar keprihatinan peneliti akan banyaknya bencana yang menimpa negeri ini. Menurut Departemen Sosial (1998) definisi bencana yaitu : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana dan utilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Bencana alam memiliki kapasitas sebagai faktor risiko terhadap Gangguan stres pascatrauma. Penelitian mengenai korban kebakaran di kalifornia menunjukkan bahwa terdapat kasus-kasus stres pascatrauma atau biasa disebut PTSD (Post Traumatic Stress Disorders) pada anak yang rumahnya terbakar, kasus-kasus dilaporkan berupa adanya mimpi buruk berulang-ulang dan menolak untuk mengingat tentang pengalamannya tersebut (Jones, Ribbe& Cunningham, 1994 dalam Bell et al, 2001).

Reaksi gangguan stres pascatrauma dimulai saat individu mengalami tekanan yang berada diluar jangkauan pengalaman yang biasa dialaminya (adanya extreme stressor ) adapun yang termasuk kedalam extreme stressor antara lain: bencana alam, kecelakaan serius, pemerkosaan, menyaksikan peristiwa traumatik, kematian orang-orang yang sangat dicintai (Foa, Davidson,& Frances,1999 dalam Ranimpi 2003). Pengalamannya ini berpotensi sebagai peristiwa yang bersifat Reaksi gangguan stres pascatrauma dimulai saat individu mengalami tekanan yang berada diluar jangkauan pengalaman yang biasa dialaminya (adanya extreme stressor ) adapun yang termasuk kedalam extreme stressor antara lain: bencana alam, kecelakaan serius, pemerkosaan, menyaksikan peristiwa traumatik, kematian orang-orang yang sangat dicintai (Foa, Davidson,& Frances,1999 dalam Ranimpi 2003). Pengalamannya ini berpotensi sebagai peristiwa yang bersifat

Keluarga adalah salah satu kelompok masyarakat terkecil yang turut mengalami kerugian harta maupun kehilangan. Dalam keluarga terdapat anak- anak yang turut terjadi salah satu kelompok yang paling rentan mengalami perubahan-perubahan pasca bencana. Anak-anak adalah individu yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan pengayoman dari lingkungan, dari sekolah dan guru serta yang terpenting dari keluarga.

Kehidupan pasca bencana yang penuh dengan perubahan membuat anak-anak terancam untuk mengalami stres yang berasal dari lingkungan, hancurnya sekolah, stressor dari guru maupun dari lingkungan dalamnya sendiri yakni stressor dalam keluarga. Penangganan terhadap anak-anak ini dirasakan sangat penting. Mulyadi (2004) mengungkapkan bahwa anak-anak yang banyak mengalami bencana, kehilangan serta situasi yang mengancam, berrisiko untuk tumbuh menjadi individu yang emosional, menyelesaikan masalah dengan jalan pintas dan mudah frustasi. Hurlock mengungkapkan pula (1989) bahwa emosi yang tidak menyenangkan dapat menganggu perkembangan penyesuaian anak di masa datang .

Dari beberapa metode yang pernah dilakukan oleh organisasi kemanusian pasca bencana tsunami dan gempa 26 Desember 2004 di provinsi NAD adalah pendampingan anak pasca bencana dengan cerita-cerita (dongeng). Dongeng oleh Wirawan sebagai cara yang mudah, murah untuk menankan nila-nilai pada nak di Dari beberapa metode yang pernah dilakukan oleh organisasi kemanusian pasca bencana tsunami dan gempa 26 Desember 2004 di provinsi NAD adalah pendampingan anak pasca bencana dengan cerita-cerita (dongeng). Dongeng oleh Wirawan sebagai cara yang mudah, murah untuk menankan nila-nilai pada nak di

Dari penelitian sebelumnya peneliti menemukan bahwa dongeng sangat terkait dengan penanaman nilai dan perkembangan konsep anak, sehingga evaluasi mengenai dongeng selama ini belum mendapakan hasil yang memuaskan. Dari kenyataan itulah peneliti mengungkap faktor lain yang sangat berperan terhadap proses penyembuh pada anak-anak pasca bencana yakni berupa studi eksplorasi akan peran keluarga dalam pengasuhan anak pascabencana. peneliti berasumsi bahwa faktor ini lebih kuat dalam mewarnai masa-masa penuh perubahan (transisi) yang dialami keluarga dan anak-anak.

Penelitian dilakukan di Dusun B, Kecamatan Pundong, Bantul. Subjek dalam penelitian ini sejumlah enam orang anak, dan delapan significant persons anak yang terdiri dari orang tua dan guru. Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yakni tahap pertama persiapan alat dan bahan penelitian, tahap kedua pelaksanaan penelitian berupa pelaksanan metode dongeng, evaluasi serta wawancara terhadap significant persons, tahap ketiga yakni pengolahan data, pengelompokan serta analisis data.

Penelitian ini menghasilkan hal berikut ini: dari beberapa pengalaman yang dialami orang tua dan guru dalam peristiwa gempa 27 Mei 2006, peneliti menemukan bahwa gempa dini hari tersebut adalah sebuah kejadian yang sifatnya

tiba-tiba, tak terduga, serta berpotensi menyebabkan korban jiwa dan luka- tiba-tiba, tak terduga, serta berpotensi menyebabkan korban jiwa dan luka-

kehilangan rumah, tempat usaha serta mengancam nyawa dan menyebabkan luka fisik, dampak finansial.

Bencana juga berpotensi menyebabkan dampak psikologis terhadap keluarga seperti terjadinya kecemasan, gangguan konsentrasi, serta masih

sering teringat. Kondisi ini juga dialami oleh guru disekolah dalam melaksanakantugasnya mengajar.

Dampak psikologis Bencana terhadap Anak-anak

Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang mengalami dampak psikologis pascabencana. Dari hasil wawancara, maka terlihat bahwa pada masa pascabencana anak-anak mengalami masalah-masalah psikologis seperti; gangguan kesehatan, menurunnya prestasi belajar, anguan tidur dan ganguan pola makan. Selain itu anak-anak juga terancam megalami tekanan secara psikologis yang dialami oleh oang tua, guru dan masyarakat.

Stressor lingkungan, masyarakat, sekolah

Bencana Stressor dalam keluarga

gempa bumi

27 Mei 2006 Dampak bencana

Anak-anak dalam Stress

Stress

kondisi pasca

Gambar 4.1.Skema Stressor Pada Anak

Gambar 5.1. Stressor Pada Anak

Namun dalam bencana alam yang terjadi di Bantul ini pula, peneliti melihat bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mengurangi dampak psikologis bencana yang dirasakan oleh anak secara langsung maupun dari tekanan eksternal seperti keluarga dan lingkungan sekolah. Peneliti melihat bahwa pada gempa bumi 27 Mei 2006 terdapat kepaduan antara upaya yang dilakukan oleh orang tua dan guru di skolah yang mengusahakan agar anak dapat melupakan traumanya. Hal ini berupa hiburan dan bantuan mainan di sekolah, cerita-cerita yang dibawakan guru serta model pola asuh keluarga Jawa yang menekankan kekeluargaan serta pengasuhan anak secara bersama-sama, upaya ini didukung pula dengan cepatnya bantuan datang serta banyaknya relawan yang datang menghibur anak. sehingga Peneliti beranggapan bahwa metode dongeng akan

sangat efektif jika diberikan secara cepat pada anak dengan menggunakan mediasi keluarga dan sekolah. dari penelitian ini pula peneliti melihat bahwa

keluara memiliki peran penting dalam membangkitkan kecerian anak. Terdapat beberapa rumusan dari penelitian ini yakni,

1. Bencana alam memiliki kualitas yang dramatik yang membuatnya selalu diingat akan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Pemahaman mengenai bencana dapat menjadi sebuah upaya untuk mencari penyelesaian yang praktis untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh bencana dan efeknya terhadap kehidupan sosiokultural masyarakat.

2. Adanya support sosial akan sangat berarti untuk masyarakat sehingga tidak merasa putus asa dalam menghadapi kehidupan pascabencana, support yang 2. Adanya support sosial akan sangat berarti untuk masyarakat sehingga tidak merasa putus asa dalam menghadapi kehidupan pascabencana, support yang

3. Anak-anak perlu mendapatkan pendampingan sedini mugkin melalui proses koping. Koping mutlak diperlukan baik bagi anak, guru maupun orang tua, koping membantu anak-anak untuk melupakan kesedihan dan ketakutan- ketakutan yang dialami pasca bencana.

4. Metode dongeng bertujuan sebagai media koping pada anak-anak dengan memberikan cerita yang mengandung hikmah/pelajaran, dongeng dapat dijadikan sebagai media pembelajaran nilai yang dapat digunakan anak dalam menghadapi kehidupannya di masa datang.

5. Pedekatan Komunitas dan menyeluruh mutlak dibutuhkan, sehingga survivor dapat menjadi manusia yang utuh kembali dan menjalankan fungsinya secara maksimal sebagai manusia yang produktif dan bermakna, setelah mengalami penderitaan, kehilangan dan pengalaman traumatik.

6. Keluarga adalah faktor penting penyedia rasa aman pada anak sehingga pasca bencana anak akan lebih terlindungi dengan adanya ketersediaan kasih sayang dalam keluarga.

B. Saran

Dalam konteks bencana yang belakangan sering melanda tanah air kita maka diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan akan strategi koping stress yang mungkin dialami oleh masyarakat korban bencana alam. Saran untuk penelitian lanjutan :

1. Adanya upaya penyusunan modul yang tepat dan sesuai dengan latar belakang trauma baik yang disebabkan oleh bencana maupun oleh konflik peperangan.

2. Penelitian lebih lanjut akan cerita-cerita rakyat daerah, dan kepahlawanan sebagai upaya menghidupkan local wisdom di daerah setempat.

C. Hambatan Penelitian

Hambatan-hambatan yang ditemui oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. No Disasters A like, Dalam environmental psychology, tidak ada satu bencana pun yang terjadi sama persis, sehingga literatur yang dipakai bisa jadi sangat tidak sesuai konteks, pengalaman pemerintah Indonesia dalam penatalaksanan pascabencana alam masih sangat minim dalam bidang penelitian bencana.

2. Time Consuming, Penelitian mengenai dampak bencana memakan waktu yang panjang berhubungan dengan tidak dapat dipastikannya situasi secara pasti, serta kondisi yang sangat rentan untuk berubah.

3. Ketiadaan kontrol maupun situasi pembanding sebelum terjadinya bencana terhadap subjek yang diteliti menjadikan penelitian mengenai bencana sulit untuk dilakukan.

4. Penelitian dengan subjek anak-anak masih sangat jarang yang berbentuk penelitian eksperimental sehingga pengambilan data membutuhkan keterampilan khusus untuk mengatasinya.

5. Penelitian mengenai dongeng akan sangat sulit dilakukan dalam situasi yang berbeda seperti contoh dalam suasana pascabencana di Provinsi NAD melakukan metode dongeng akan lebih mudah karena umumnya keluarga tidak 5. Penelitian mengenai dongeng akan sangat sulit dilakukan dalam situasi yang berbeda seperti contoh dalam suasana pascabencana di Provinsi NAD melakukan metode dongeng akan lebih mudah karena umumnya keluarga tidak

6. Dalam penelitian kualitatif masyarakat salah satu unsur utamanya adalah motivasi dan peneliti sebagai aspek kunci dibutuhkan waktu yang cukup serta motivasi yang cukup.

7. Onset PTSD yang panjang