Pelaksanaan Penelitian

B. Pelaksanaan Penelitian

Pemilihan terhadap subjek anak yang tepat dilakukan dengan mediasi TPA. Kegiatan TPA dilakukan sekitar pukul 18.30 setelah shalat maghrib bersama, kegiatan ini peneliti maksudkan agar terjalin rapport yang baik antara peneliti dan anak-anak. Selesai shalat maghrib maka anak akan diajak untuk berdoa bersama, kegiatan ini dimaksudkan agar anak selalu memiliki harapan serta menanamkan Pemilihan terhadap subjek anak yang tepat dilakukan dengan mediasi TPA. Kegiatan TPA dilakukan sekitar pukul 18.30 setelah shalat maghrib bersama, kegiatan ini peneliti maksudkan agar terjalin rapport yang baik antara peneliti dan anak-anak. Selesai shalat maghrib maka anak akan diajak untuk berdoa bersama, kegiatan ini dimaksudkan agar anak selalu memiliki harapan serta menanamkan

20.00 malam. Gambaran kegiatan sebagai berikut: 18.00-18.30 Shalat maghrib bersama dilanjutkan dengan doa

18.30-18.40 Materi dongeng 18.40-19.00 Menulis dan menghafal doa hadist 19.00-19.30 Belajar membaca al Qur’an metode Iqra 19.30-19.45 Shalat Isya berjamaah 19.45-20.00 Belajar bersama

Dari hasil mengikuti kegiatan TPA inilah kemudian peneliti memilih enam orang anak yang mengikuti dongeng secara terus menerus dan juga sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Salah satu orang tua anak-anak ini akan di wawancarai dengan panduan wawancara yang telah peneliti siapkan, begitu pula dengan guru yang mengajar mereka di sekolah. Pelaksanaan penelitian tergambar dalam jadwal berikut:

Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Apel haram

5 September 2006

Perangkap monyet 6 September 2006

Dongeng 2

Sedekah yang diterima 7 September 2006

Dongeng 3

Lelaki ahli surga 8 September 2006

Dongeng 4

Kesetiaan sahabat 9 September 2006

Dongeng 5

Sakitnya nenek tua 10 September 2006

Dongeng 6

Umar dan anak yang lapar 11 September 2006

Dongeng 7

TPA terpadu

di Masjid

Bergantung pada tanganmu 13 September 2006

12 September 2006

Dongeng 8

Guru sekolah Bp.Wr dan Ny.Sj 14 September 2006

Wawancara

Orang tua An.Nd dan An.Ar 15 September 2006

Wawancara

Orang tua An.E dan An.Ta 16 September 2006

Wawancara

wawancara

Orang tua An.N dan An.My

Delapan cerita dipersiapkan oleh peneliti yang kemudian dibacakan dalam kegiatan TPA. diakhir pemberian cerita pada anak, peneliti melakukan pendekatan kepada pihak guru anak di sekolah dan juga terhadap salah-satu orang tua anak. kemudian dilakukanlah wawancara kepada guru maupun salah satu orang tua anak sesuai dengan panduan yang dipersiapkan peneliti.

Dari hasil observasi awal dan pendekatan terhadap subjek penelitian maka didapatkan data mengenai keadaan dusun pasca terjadinya bencana serta gambaran singkat mengenai subjek penelitian.

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Dusun B. Selayang Pandang Dusun B, salah satu dari 16 pedukuhan yang terdapat di Desa P. Kecamatan Pundong Bantul, terletak kurang lebih 22 km dari Jogja.

1) Jumlah dan Mata Pencarian Penduduk Dusun B. terdiri atas 4 RT (Rukun Tetangga) dan dua RW (Rukun Warga). Jumlah keseluruhan penduduk sebelum terjadinya gempa bumi 27 Mei 2006 adalah 646 jiwa dengan 182 KK (unit Keluarga) walaupun dikenal dengan industri gerabah akan tetapi hanya ada satu industri gerabah di Dusun B. yaitu terdapat di RT.1, sehingga mata pencaharian penduduk Dusun B. sebagian besar adalah sebagai buruh lepas dan petani. Pak Dukuh (47 th) sempat mengungkapkan hal ini:

Buruh itu ada yang jadi buruh tukang, buruh sawah ada juga yang di keramik, yah itu tergantung dimana ia bekerja, tapi sebagian besar adalah buruh tukang ke kota tapi kalau yang tidak ada sepeda itu buruh tani.

(Bp.Dukuh ww.10.TM.01. B.52-62)

2) Sumber Daya Alam Tanah-tanah pertanian di Dusun B. sebagian besar ditanami palawija terutama padi dan kacang-kacangan. Dusun B. sendiri tidak terdapat sarana pendidikan, SD Panjang 1 dan SMP I Pundong terdapat di Dusun tetangga industri yang terdapat di Dusun B. adalah industri pembuatan kerupuk. Industri ini cukup memakai tenaga kerja masyarakat Dusun B..

3) Kegiatan Sosial Keagamaan

Sarana keagamaan yang terdapat di Dusun ini yaitu: 2 buah masjid, 4 buah makam sedangkan corak keagamaan diwarnai dengan Nadhatul Ulama (NU).

b. Dusun B. Pascagempa Bumi 27 Mei 2006 Gempa bumi berkekuatan 5.9 R yang menghantam Provinsi DIY, juga dirasakan dampaknya oleh Dusun B. yang hanya berjarak lima kilometer dari pantai Parangtritis. Dari data yang didapat melalui Kelurahan P, Dusun B. merupakan dusun terparah keempat di Kelurahan P.

Tabel 4.3. Data Korban Dusun B.

No

Jumlah 1 Jumlah Jiwa

Deskripsi

646 2 Jumlah KK

182 3 Korban Meninggal

14 4 Luka Berat

48 5 Rumah Rusak

9 6 Rumah Roboh

173 7 Rumah aman

- sumber: Data Kelurahan P. per 1 Juni 2006

Gempa ini tidak hanya merobohkan hampir 90% rumah di Dusun B. akan tetapi juga turut mematikan aktivitas sosial dan produktivitas warga. Ketiadaan tempat berteduh menjadi prioritas utama warga Dusun B. dalam bangkit pasca gempa, kegiatan penduduk berfokus pada pembenahan rumah, hal ini memberi dampak yang sangat berat bagi penduduk yang bekerja sebagai buruh, karena Gempa ini tidak hanya merobohkan hampir 90% rumah di Dusun B. akan tetapi juga turut mematikan aktivitas sosial dan produktivitas warga. Ketiadaan tempat berteduh menjadi prioritas utama warga Dusun B. dalam bangkit pasca gempa, kegiatan penduduk berfokus pada pembenahan rumah, hal ini memberi dampak yang sangat berat bagi penduduk yang bekerja sebagai buruh, karena

1) Dampak Terhadap Mata Pencaharian Bencana ini juga memberi dampak yang besar bagi penduduk yang bekerja sebagai buruh tani:

sekarang terlantar, ya sawah-sawah itu banyak yang tidak ditanami. (Karena memang f okusnya itu ke…) kerumah, fokusnya itu ya kerumah sementara itu untuk berlindung, sampai sekarang sampai masih itu.

(Bp.Dukuh ww.10.TM.01.B.81-87)

2) Masalah-Masalah Penduduk Pasca Bencana Perubahan yang terjadi akibat adanya bencana alam adalah juga pada pola serta bantuan dari pemerintah yang mungkin tertunda serta bantuan dari lembaga non-pemerintah yang tidak merata cukup membuat resah diantara warga.

Ya, jadi sulit juga, hari hari ini mungkin sudah...sekarang ini kan masyarakat sudah banyak yang kekurangan, untuk bantuan jadup (jatah hidup) sendiri membuat resah karena apa, sampai sekarang itu yang belum menerima itu, ya belum menerima, malah keterangan dari kabupaten sudah tidak menerima, padahal tidak sedikit untuk wilayah sini itu ada 184 jiwa yang belum menerima jatah hidup per hari, yang menjadi kesulitan itu dengan adanya LSM, bantuan rumah, padahal itu kan tidak merata, disini dapat disitu tidak, untuk Dusun B. ini yang baru dibuatkan itu ada dua atau tiga, (Bp.Dukuh

ww.10.TM.01.B.91-105)

Kurangnya sosialisasi mengenai alur bantuan baik pemerintah maupun non- pemerintah mau tak mau menimbukan kecemburuan sosial diantara warga yang mendapat bantuan dengan yang tidak mendapatkan bantuan.

Itulah, bantuan datang sendiri, misalnya datang kesini, trus ditanya anu.. rumahnya berapa, saya buatkan sekian mau tidak? Akhirnya..iri sosial kan ada, ya situ diam-diam sudah dibuatkan disini belum, ah padahal kan kriterianya dari sana.. lha wong saya sendiri itu tahu-

tahu sudah ada rumah tak te rdengar sama sekali‖

(Bp.Dukuh ww.10.TM.01.B.141-162)

―Itu dari tetangga desa banyak sekali ya, dari tiga pedusunan, ada bantuan, kok disini tidak ada begitu. Karena bantuan tidak

dikoordinir jadinya tumong-tumong yang tidak mendapat mungkin ya..(diam) membawa resah, itu jelas fokusnya kan pak dukuh lagi..padahal bantuan itu kan orangnya mencari sendiri, tempatnya mencari sendiri bukan dicari, ini yang cocok mana, mungkin di pedukuhan lain berhenti, mau membantu, nah pas di sini tak ada

yang masuk. ” (Bp.Dukuh ww.10.TM.01.B173-188)

Selain produktivitas, kegiatan –kegiatan sosial warga juga belum pulih,

Dulu itu menjelang ramadhan ya biasanya ada pengajian, yang jelas sekarang ini semua kegiatan yang menyangkut apapun lumpuh, gak jalan. (Bp.Dukuh, ww.10.TM.01.B.220-226)

Matinya kegiatan sosial selain karena fasilitas bangunan yang tidak ada juga karena kemampuan masyarakat yang masih minim sehingga acara-acara tersebut tidak lagi dianggap penting. Penulis merasakan sendiri akibat ini yaitu malam yang biasanya terdapat TPA anak-anak ditiadakan dan hanya diadakan secara kelompok, sementara itu arisan sudah mulai lagi sejak adanya rapat PKK 5 agustus 2006 dan acara sosial sebenarnya untuk desa P. sudah mulai berjalan dengan adanya acara wayang kulit pada 27 Agustus 2006.

Membangun kembali rumah bukanlah hal yang mudah selain karena faktor keuangan yang berubah bagi penduduk yang mata pencahariannya sebagai buruh dan petani hanya mampu bertahan dengan keadaan yang ada.

Untuk bisa membangun rumah permanen itu cuma berapa persen saja, yang bisa nggak lebih dari 10%, tapi semuanya yah begini (menunjuk rumah berdinding gedek) nah itu. Karena kebanyakan masyarakat disini itu petani, nah mungkin yang bisa itu malah dari buruh, pekerja pabrik kalau dari pegawai negeri kan punya Untuk bisa membangun rumah permanen itu cuma berapa persen saja, yang bisa nggak lebih dari 10%, tapi semuanya yah begini (menunjuk rumah berdinding gedek) nah itu. Karena kebanyakan masyarakat disini itu petani, nah mungkin yang bisa itu malah dari buruh, pekerja pabrik kalau dari pegawai negeri kan punya

ww.10.TM.01.B.267-281)

2. Gambaran Subjek Penelitian

Enam orang anak dipilih peneliti sebagai subjek penelitian dongeng sedangkan wawancara dilakukan kepada significant persons dari keenam anak-anak tersebut. Significant persons ini terdiri atas orang tua anak baik bapak atau ibu serta guru anak di sekolah (ww.08 dan ww.09) yang bersedia untuk diwawancarai dan menandatangani informed consent penelitian.

Tabel 4.4. Subjek Penelitian

No. Subjek/Signifant An.N/

An.My/ An.Ta/

An.E/

An.Ar/ An.Nd/

Ny.Sar Ny.Si Kriteria

Persons Ny.Sp

Tn.S

Ny.Ng

Ny.Mu

1 Traumatic Events √

2 Menetap

3 Informed

Consent 4 Usia

9 th 9 th 5 Kemampuan

mengekspresikan perasaannya 6 Orang

tua √

bersedia diwawancarai

Jadwal Wawancara

14Sept 14Sept 06 06 06 06 06 06

Koding pada lampiran ww.01.

ww.05. ww.06.

verbatim

OT.P.P.B

OT.L.P.B OT.P.P.B OT.P.P.B OT.P.P.B OT.P.PB

Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan subjek untuk dongeng yang akan diberikan secara intensif selama delapan hari melalui media TPA. Penelitian dalam situasi bencana tidak seperti penelitian lain, karena sangat Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan subjek untuk dongeng yang akan diberikan secara intensif selama delapan hari melalui media TPA. Penelitian dalam situasi bencana tidak seperti penelitian lain, karena sangat

Dalam melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membina rapport terhadap significant persons hal ini semakin mudah karena Dusun B, sudah beberapa kali peneliti kunjungi dan dengan bantuan informan dari An.S anak dari Ny.Sp, proses membina rapport juga semakin mudah karena peneliti tinggal di Dusun B, selama 18 hari sejak masa persiapan observasi awal, pemberian dongeng dan masa wawancara, sehingga dapat menambah pengetahuan penelitian tentang gambaran Dusun B pascagempa serta keluarga dalam kembali ke kehidupan pasca bencana.

a. Subjek pertama An.N berusia sebelas tahun duduk di kelas lima, mempunyai prestasi yang baik di sekolah, An.N mengikuti berbagai kegiatan di sekolah seperti karawitan, pramuka, TPA dan kelas komputer. An.N adalah anak ketiga dari Ny.Sp pada saat terjadinya gempa An.N sedang sarapan pagi di rumahnya bersama Ny.Sp dan An.P kakak laki-lakinya. Significant persons

Ny.Sp. orang tua dari An.N (11 th) sehari-hari bekerja sebagai guru SD begitu pula dengan suaminya. Di rumahnya ia mempunyai tanggungan keluarga tujuh orang yaitu tiga orang anak: An S (20 th) mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM sekaligus informan peneliti, An.P (16 th) siswa kelas satu SMK Bantul dan An.N (11 th), serta kedua orang tua Ny.Sp (simbok dan bapak).

Ny.Sp sekeluarga merupakan penduduk asli Dusun B, beliau tinggal dalam lingkungan keluarga yang saling bertetanggaan. Pada saat terjadinya gempa 27 Mei 2006 Ny.Sp dan kedua anak (An.N dan An.P) sedang makan pagi sebelum beraktivitas di sekolah lalu mereka merasakan getaran yang sangat keras, mereka spontan lari keluar rumah sampai terjatuh di halaman, suami Ny.Sp mengikuti saat berada di luar Ny.Sp teringat kedua orang tuanya yang masih berada di dalam kamar, simbok tidak sadarkan diri karena kepalanya kejatuhan tembok, lalu Ny.Sp segera membawa simbok ke rumah sakit sedangkan An.N dan An.P mereka titipkan di keluarga besar yang saat itu memilih untuk menyelamatkan diri ke tengah sawah.

Ny.Sp dan suami yang saat itu membawa simbok ke rumah sakit (RS) ternyata tidak dilayani karena RS dalam keadaan lumpuh (tidak berjalan), akhirnya kembali berkumpul bersama keluarga besarnya mengungsi di tengah sawah, pada saat terjadinya issu tsunami pun Ny.Sp dan keluarga memilih tidak lari dan hanya bertawakal kepada Allah SWT, mereka tinggal di tengah sawah selama 10 hari pada masa itu mengalami kehujanan, kedinginan, bingung dan sempat mengalami sulit tidur, kemudian mulai kembali kerumah dan membangun bilik (rumah dari bilik bambu). Kondisi rumah Ny.Sp hanya mengalami kerusakan di bagian dapur dan bagian kamar simbok. Dua bulan pasca gempa Ny.Sp sudah mampu memperbaiki rumahnya kembali.

b. Subjek kedua An.My (10 tahun), ia duduk di kelas empat SD pada saat gempa, kedua orang tuanya juga merupakan penduduk asli dusun B. Ia adalah anak pertama dari tiga b. Subjek kedua An.My (10 tahun), ia duduk di kelas empat SD pada saat gempa, kedua orang tuanya juga merupakan penduduk asli dusun B. Ia adalah anak pertama dari tiga

Bp.S adalah orang tua dari An.My, pekerjaannya sebelum gempa yakni buruh tani dan buruh bangunan, Bp.S mempunyai tanggungan lima orang yaitu istri dan tiga orang anaknya. Pasca terjadinya gempa Bp.S mengaku kehidupannya semakin sulit karena banyak terjadi pengangguran dan tidak ada lapangan pekerjaan baginya. Sebelum gempa keluarganya terbantu dari hasil warung yang dibuatnya dibagian belakang rumah namun pada saat gempa, dapur, kamar dan warung rumahnya roboh. Bp.S pun tertimpa genting dalam gempa tersebut, keluarga Bp.S sempat berlari kearah utara sampai dengan Patalan pada saat terjadi issu tsunami, mereka kemudian mengungsi di lapangan desa selama sampai kemudian mendirikan tenda di depan rumah mereka pada saat penelitian dilakukan Bp.S dan keluarga mulai menempati rumah mereka di siang hari, namun mereka mengaku bahwa sampai sekarang yang masih membuat takut yaitu issu bahwa Bantul akan terbelah dua dan berubah menjadi danau.

c. Subjek ketiga An Ta (10 tahun) adalah anak kedua dari empat bersaudara dari Ny.Ng, kedua orang tuanya telah bercerai sehingga An.Ta hanya tinggal bersama kedua adik dan ibunya sedangkan kakak pertama tinggal bersama bapaknya. An.Ta sebelum terjadinya gempa mengikuti kegiatan seperti menari dan TPA di sekolah, prestasi c. Subjek ketiga An Ta (10 tahun) adalah anak kedua dari empat bersaudara dari Ny.Ng, kedua orang tuanya telah bercerai sehingga An.Ta hanya tinggal bersama kedua adik dan ibunya sedangkan kakak pertama tinggal bersama bapaknya. An.Ta sebelum terjadinya gempa mengikuti kegiatan seperti menari dan TPA di sekolah, prestasi

Ny.Ng ibu dari empat orang anak semenjak bercerai dari suaminya bekerja sebagai juru masak di sebuah rumah makan di Bantul, sebelum terjadinya gempa ia terbantu oleh bapaknya yang menjaga anak-anaknya selama ia bekerja, namun gempa yang terjadi dini hari tersebut menewaskan bapaknya serta mencelakai dirinya dan simboknya. Pada saat ini Ny.Ng belum kembali bekerja karena tidak ada yang mengasuh anak-anaknya, apalagi semenjak gempa An.G masih merasa takut apabila ibunya meninggalkannya, mereka sempat mengungsi di lapangan desa, kondisi rumah Ny.Ng roboh seluruhnya, ia tinggal di tenda putih yang diperuntukkan bagi keluarga yang anggota keluarganya meninggal.

d. Subjek keempat An.E (8.5 tahun pada saat gempa) duduk di kelas tiga SD, orang tuanya Ny. Mu mempunyai dua orang anak, An.E dan An.A yang berusia empat tahun. An.E tergolong berprestasi di sekolah pada saat gempa terjadi An.E sedang berada di dalam rumah, ibunya lari menyelamatkan diri keluar sementara adiknya An.A diselamatkan oleh simbah (orang tua Ny.Mu) prestasi An.E sempat turun diakui oleh Ny.Mu karena ketiadaan buku dan kondisi belajar yang menurut Ny.Mu tidak kondusif pascagempa. Significant Persons

Ny.Mu merupakan penduduk asli dusun B, namun ia sempat bekerja di Jakarta kemudian menikah, setelah menikah ia tinggal di jakarta dan sempat delapan bulan tinggal di Kalimantan. Suaminya saat ini bekerja sebagai karyawan di sebuat toko di Bantul. Jumlah tanggungan di rumahnya enam orang yaitu: simbah, adik Ny.Mu, dan Ny.Mu dan kedua orang anak yaitu An.E dan An.A, untuk membantu ekonomi keluarga Ny.Mu mengerjakan sawah milik ibunya (simbah). Kondisi rumahnya pasca gempa mengalami kerusakan di bagian dapur yaitu dindingnya roboh, pada saat terjadinya gempa suami Ny.Mu sudah berangkat bekerja saat itu di jalan raya ia melihat mobil terguling, dan ia panik lari ke rumah karena teringat istri dan anak-anaknya, sementara itu Ny.Mu sedang di dapur mencuci piring saat ia mendengar suara yang sangat keras seperti suara helikopter, Ny.Mu pun menyadari keadaan berbahaya dan langsung lari keluar, An.A dibawa oleh simbah sedangkan An.E bisa menyelamatkan dirinya sendiri, adik Ny.Mu sempat terjebak dalam rumah dan baru keluar setelah gempa berlangsung. Ny.Mu pun bertemu dengan suaminya, ia merasa sangat bersyukur keluarganya selamat, mereka menyelamatkan diri ke atas sekolah SMP saat terjadi issu tsunami, Ny.Mu beserta keluarga pun kemudian mengungsi di lapangan desa selama 18 hari kemudian mereka kembali ke desa dan membangun rumah gedhek.

e. Subjek kelima An.Ar (8 th) duduk di kelas tiga sekolah dasar, mengikuti banyak kegiatan di sekolah seperti pramuka, TPA dan mempunyai prestasi sekolah yang baik, pada saat terjadinya gempa An.Ar sedang berada di rumah untuk sarapan pagi sebelum berangkat, tiba-tiba terasa getaran yang sangat keras, An.Ar pun keluar bersama e. Subjek kelima An.Ar (8 th) duduk di kelas tiga sekolah dasar, mengikuti banyak kegiatan di sekolah seperti pramuka, TPA dan mempunyai prestasi sekolah yang baik, pada saat terjadinya gempa An.Ar sedang berada di rumah untuk sarapan pagi sebelum berangkat, tiba-tiba terasa getaran yang sangat keras, An.Ar pun keluar bersama

A sangat takut untuk kembali ke rumah. Significant Persons Ny.Sar ibu dari dua oranga anak: An.An dan An.Ar sebelum gempa bekerja di pabrik peci di Bantul sedangkan suaminya bekerja di pabrik rokok, jumlah tanggungan keluarga lima orang, pasca gempa Ny.Sar tidak lagi bekerja namun ia membuka usaha kios pulsa didepan rumahnya. Gempa yang terjadi dini hari tidak merobohkan rumahnya hanya retakan pada beberapa tembok, namun Ny.Sar masih sering pusing apabila ada orang yang menceritakan tentang gempa. Hal ini disebabkan karena Ny.Sar memiliki lemah jantung dan sering pingsan apabila mendengar sesuatu yang mengejutkan. Pasca gempa Ny.Sar sempat berlari kearah utara karena khawatir akan tsunami, mereka pun mengungsi di lapangan Dwi windu, Bantul, namun tidak lama karena An.Ar ingin kembali sekolah dan bermain bersama teman-temannya. Mereka pun membangun rumah dari bilik di halaman rumahnya, rumah sudah mulai dipakai pada siang hari.

f. Subjek keenam An.Nd anak ketiga dari tiga bersaudara putri Ny.Si, saat gempa berada di dalam rumah, Ny.Si sehari-hari bekerja sebagai pedagang ikan keliling pada saat gempa terjadi sedang berangkat ke pasar, Ny.Si pun merasa tidak enak dan kembali kerumahnya, suaminya tertimpa tembok di kepalanya sehingga mendapatkan perawatan yang cukup serius, sampai saat ini An.Nd masih takut untuk masuk kedalam rumah kondisi rumahnya roboh , dan mereka tinggal di sisa f. Subjek keenam An.Nd anak ketiga dari tiga bersaudara putri Ny.Si, saat gempa berada di dalam rumah, Ny.Si sehari-hari bekerja sebagai pedagang ikan keliling pada saat gempa terjadi sedang berangkat ke pasar, Ny.Si pun merasa tidak enak dan kembali kerumahnya, suaminya tertimpa tembok di kepalanya sehingga mendapatkan perawatan yang cukup serius, sampai saat ini An.Nd masih takut untuk masuk kedalam rumah kondisi rumahnya roboh , dan mereka tinggal di sisa

g. Subjek ketujuh (guru sebagai significant persons anak) Bp.Wr 56 tahun adalah kepala sekolah di SD Panjang, di SD inilah keenam orang anak korban gempa bumi 27 Mei 2006 mengenyam pendidikan. Bp.Wr tinggal di daerah Srihardono di dusun Piring, dusun ini terletak berbatasan langsung dengan dusun Badan di sebelah barat. Wawancara dilakukan dengan Bp.Wr untuk mengungkap bagaimana kondisi sekolah sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Termasuk didalamnya mengenai kegiatan- kegiatan sekolah yang aktif dilakukan sebelum terjadinya gempa, perubahan perilaku anak-anak serta mengenai keadaan Bp.Wr sebagai seorang survivor. Pasca terjadinya gempa 27 Mei 2006 SD Panjang mendapatkan bantuan berupa tenda maupun permainan dari Kardi Foundation. Bp.Wr merasa bantuan ini berperan penting untuk mengembalikan keceriaan siswa-siswi SD Panjang.

Pasca terjadinya gempa belum banyak kegiatan sekolah yang berjalan hal ini disebabkan banyaknya anak-anak yang takut untuk masuk ke ruangan sekolah serta rusaknya fasilitas sekolah seperti : buku, lemari, fasilitas drum band, karawitan dsb. Wawancara dilakukan dalam suasana yang cukup akrab, berlokasi di dalam ruangan kepala sekolah Bp.Wr berusaha keras untuk membuat anak tidak takut masuk ke dalam kelas, dalam wawancara sempat terganggu akan adanya interupsi dari guru yang masuk, Bp.Wr mengungkapkan keinginannya Pasca terjadinya gempa belum banyak kegiatan sekolah yang berjalan hal ini disebabkan banyaknya anak-anak yang takut untuk masuk ke ruangan sekolah serta rusaknya fasilitas sekolah seperti : buku, lemari, fasilitas drum band, karawitan dsb. Wawancara dilakukan dalam suasana yang cukup akrab, berlokasi di dalam ruangan kepala sekolah Bp.Wr berusaha keras untuk membuat anak tidak takut masuk ke dalam kelas, dalam wawancara sempat terganggu akan adanya interupsi dari guru yang masuk, Bp.Wr mengungkapkan keinginannya

h. subjek kedelapan (guru sebagai significant persons anak) Ny.Sj, 42 tahun telah menjadi guru sejak tahun1980, pada saat ini tinggal di Kretek. Ny.Sj sendiri asli dari Magelang, mempunyai dua orang anak yang masih berada di bangku SMP dan TK. Pada saat terjadinya gempa Ny.Sj sedang melakukan aktivitas sehari-hari, sempat merasa panik karena anak sulungnya terjebak di kamar mandi, ia kemudian mengungsi di tempat keluarganya di Magelang. 15 hari pasca terjadinya gempa Ny.Sj mulai bergerak mencari bantuan dari posko Merapi di Magelang, ia pun aktif membantu tetangga-tetangganya dengan mencarikan bantuan tenda, makanan maupun relawan.

Wawancara ini bertujuan untuk mengungkap perubahan perilaku anak-anak sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Selaian itu dalam wawancara ini pula diungkap reaksi Ny.Sj yang juga seorang survivor gempa. Wawancara dilakukan di waktu istirahat sampai waktu masuk pelajaran, beberapa kali terdengar suara anak-anak yang riuh karena belajar di halaman sekolah, sebelum gempa Ny.Sj mengampu kelas 5 sedang pasca terjadinya gempa mengampu kelas 6. Ia dan guru-guru lain merasa sangat prihatin kepada murid- murid maupun fasilitas sekolah yang turut rusak akibat terjadinya gempa.