Hasil Penelitian

C. Hasil Penelitian

Hasil wawancara terhadap anak, orang tua, guru maupun tokoh masyarakat telah dibuat dalam transkrip verbatim dan coding, yang kemudian diolah dalam Hasil wawancara terhadap anak, orang tua, guru maupun tokoh masyarakat telah dibuat dalam transkrip verbatim dan coding, yang kemudian diolah dalam

Anak-anak diberikan dongeng selama delapan pertemuan dengan jangka waktu per pertemuan 30 menit, wawancara dilakukan kepada orang tua anak (significant persons) untuk mendapatkan informasi mengenai dampak bencana terhadap keluarga dan terhadap anak. Metode dongeng diberikan dengan maksud sebagai upaya mengurangi dampak psikologis bencana terhadap anak. Anak diberikan lembar evaluasi dongeng yang ditulisnya sendiri tentang apa yang mereka dapatkan dari cerita yang mereka. Hasil dari wawancara adalah sebagai berikut,

1. Gambaran Kasus 01

Nama Responden

: Ny.Sp

No.Koding

: ww.01.OT.01.P.B

Kondisi rumah : berdiri, salah satu dinding dapur dan kamar roboh Anggota keluarga yang menjadi korban: Simbok (kejatuhan dinding, kepala dijahit), anaknya bu De, dan cucunya pak De.

a. Keadaan Keluarga Ny.Sp merupakan penduduk asli Dusun B, menikah dan memiliki 3 orang anak. Anak yang pertama An.S (21 th) berpendidikan D III (menjadi salah satu informan penelitian) Anak yang kedua An.P (16 th) saat ini duduk di SMK kelas 1 di Daerah Bantul. Anak yang ketiga An. N (11 th) duduk di kelas 6 SD Panjang

(menjadi subjek penelitian). Ny.Sp (45 tahun) berprofesi sehari-hari sebagai guru di Sekolah Dasar (SD) MbonDalem, Bambanglipuro. Suaminya bekerja sebagai guru di salah satu SD pula.

Keluarga Ny Sp tinggal di RT.04 di Dusun B. bersama sebagian besar anggota keluarga besarnya. Kedua orang tua Ny. Sp tinggal bersama Ny. Sp. Keluarga Ny. Sp tergolong dalam tingkat pendapatan ekonomi berkecukupan. Hal ini tampak dari kepemilikan barang-barang tersier, pendidikan anak-anaknya, dan pada saat penelitian dilakukan, Ny. Sp salah satu yang mampu memperbaiki rumahnya tidak lama setelah gempa 27 Mei 2006. Keluarga Ny.Sp mempunyai jumlah tanggungan 7 orang, yaitu, 3 orang anak, suami dan kedua orangtuanya.

b. Mengenai Bencana Gempa yang terjadi pada 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.45 pagi hari, sangat berisiko menyebabkan kematian dan kerusakan secara fisik. Pada saat terjadinya gempa tersebut, sebagian besar penduduk sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Ny.Sp saat itu sedang sarapan bersama kedua orang anaknya saat ia merasakan getaran (ww.01.B.3-5). Reaksi pertama yang dilakukan Ny.Sp adalah menyelamatkan diri beserta kedua anaknya, namun ketika ada di depan rumah, Ny.Sp teringat akan kedua orang tuanya yang belum keluar (ww.01.B.14-19), kemudian Ny. Sp dan suaminya menyelamatkan mereka (ww.01.B.16, 20-22).

Dalam gempa yang terjadi selama 53 detik tersebut, orangtua Ny. Sp. Menjadi salah satu korbannya. Kepala simbok (simbok; orang tua perempuan/ibu) tertimpa oleh dinding yang roboh ketika sedang beribadah sholat Shubuh. Ny.Sp dan suaminya kemudian membawa simbok ke RS di kota Bantul, namun dalam

keadaan bencana fasilitas kesehatan tersebut lumpuh, mereka pun pulang (ww.01.B.25-29). Pada saat yang sama, kedua anak Ny. Sp, An.P dan An.N ditinggalkan bersama anggota keluarganya yang lain (4 KK) yang memutuskan untuk mengungsi ke tengah-tengah sawah. Begitu Ny. Sp dan suami serta ibunya sampai di rumah sakit ternyata rumah sakit tidak dapat memberikan pelayanan (ww.01.B.25-29). Anak –anak Ny. Sp yang ditinggalkan bersama keluarganya yang lain dikejutkan dengan adanya berita akan terjadinya tsunami. Berita ini membuat anak menjadi bingung dan mencari ibunya (ww.01. B.35). Dalam keadaan krisis tersebut, tiap keluarga menghadapinya dengan berbeda –beda. Ny. Sp yang baru saja datang memutuskan untuk tetap berada di tengah sawah. Hal ini disebabkan oleh karena tanggungan orang tua yang sakit dan keponakan - keponakan yang masih balita. Sikap ini pun akhirnya memunculkan sikap kepasrahan kepada Tuhan YME (ww.01.B. 37-39).

Keluarga Ny. Sp. Beserta empat keluarga lain mengungsi ke tengah sawah(ww.01. B.45). Hal ini merupakan faktor yang memperkuat hubungan kekeluargaan dalam menghadapi krisis, karena sampai pada beberapa hari pasca gempa, isu akan terjadinya tsunami masih ada. Masa – masa awal mengungsi, Ny. Sp. mengalami tidak bisa tidur dan hanya bisa mendekatkan diri kepada Tuhan YME (ww.01.B.54-55). Semua masyarakat pada saat itu dalam keadaan bingung, panik dan ingin pergi ke tempat keluarga yang lain.

Bagi keluarga Ny.Sp perubahan lebih kepada kebutuhan anak yang muncul secara bersamaan seperti kebutuhan kaca mata anak, uang semester (ww.01.B.128-131) hal ini membuat Ny.Sp harus mengambil gajinya lebih awal.

kebutuhan makanan sendiri Ny.Sp tidak merasa terganggu karena banyaknya bantuan.

c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Bencana yang terjadi membawa pengaruh pada aktivitas bekerja, hal ini dirasakan oleh Ny.Sp dimana ia merasa sulit berkonsentrasi sewaktu mengajar (ww.01.B.202-204). Ny. Sp mengungkapan bahwa ia masih sering teringat namun hal tersebut tidak membuatanya tertekan (ww.01.B.204), pada dasarnya Ny. Sp memgembalikan bahwa yang terjadi adalah kehendak Tuhan (ww.01.B.227-230). sampai saat ini suara keras dapat membaut Ny. Sp teringat akan terjadinya bencana (ww.01.B.257-258). gempa- gempa susulan yang terjadi pun membuat Ny. Sp masih merasa takut (ww.01.B.233-235), menurut penuturan anak-anaknya, Ny. Sp kini jadi mudah marah (ww.01.B.242-243).

Pasca bencana pula ny.Sp merasakan hubungan keluarganya menjadi lebih akrab (ww.01.B.263), saat ini yang masih dicemaskannya asdaklah kondisi kesehatan simbok, namun begitu bencana ini membuat Ny.Sp mengambil pelajaran bahwa walaupun rumah rusak namun banyak bantuan yang datang dan ia merasa semakin meningkat iman dan islamnya(ww.01.B.348-353), begitu pula untuk ibadah seperti sholat malam, ia berpandangan bahwa orang Indonesia punya tabiat jelek yakni disaat kenyang tidak mau beribadah dan disaat tidak punya uang malah semakin taat (ww.01.B.124-125).

d. Dampak Psikologis Bencana Terhadap Anak Ny.Sp melihat kalau anak-anak tidak mengalami perubahan pola makan (ww.01.B.) Anak menurut Ny.Sp tidak mengalami gangguan kesehatan yang d. Dampak Psikologis Bencana Terhadap Anak Ny.Sp melihat kalau anak-anak tidak mengalami perubahan pola makan (ww.01.B.) Anak menurut Ny.Sp tidak mengalami gangguan kesehatan yang

2. Gambaran Kasus 02

Nama Responden

: Bp.S

No.Koding

: ww.02. OT.02.P.B

Kondisi rumah : berdiri , dinding kamar dan dapur roboh Anggota keluarga yang menjadi korban : Bp.S terluka di kepala akibat kejatuhan genting.

a. Gambaran Keluarga Bp.S (40 tahun) adalah kepala keluarga dengan tanggungan tiga orang anak yaitu : An.M (10 th), An.B (7 th) dan An.M (5 th). Berlatar belakang pendidikan SMP Bp.S bekerja sehari-hari sebagai buruh baik untuk buruh tani maupun untuk buruh bangunan.

b.Mengenai Bencana

Saat terjadinya bencana Bp.S masih berada dikamar tidur bersama An.B (ww.02.B.19-22), anggota keluarganya yang lain telah keluar, saat sedang berusaha menyelamatkan diri Bp.S tertimpa genting (ww.02.B.25). Rumah yang keluarga Bp.S tempati terbuat dari tembok namun dinding bagian kamar dan bagian dapur hancur (ww.02.B.148-150) padahal di bagian dapur belakang tersebut istri Bp.S berjualan sayur mayur tiap hari. Kemudian keluarga Bp.S tinggal di lapangan balai desa bersama penduduk desa lainnya.

Pasca bencana ini Bp.S merasakan kehidupannya semakin sulit karena ia tidak mendapatkan pejkerjaan sedangkan untuk bertani tanahnya kekeringan (ww.02.B.106-108), kesulitan pasca bencana ini juga disebabkan karena naiknya harga bahanpokok (ww.02.B.167-170). Keluarga Bp.S menerima bantuan bahan pangan namun ia juga berharap bahwa bantuan rekontruksi dapat cair yang kiranya dapat dipergunakan untuk membangun warung belakang rumahnya kembali.

c. Dampak Psikologis Terhadap Keluarga Bp.S dan istrinya mengungkapkan bahwa pasca bencana dan selama

mengungsi di lapangan mereka merasa kelaparan, kehausan dan kedinginan (ww.02.B.28-31), disana pula mereka merasa sulit tidur (ww.02.B.208-210) karena terus menerus merasakan gempa susulan (ww.02.B.53-55) selain itu mereka masih merasa sering was-was saat teringat gempa (ww.02.B.190-192) .

Pada saat ini yang menjadi sumber kecemasan adalah karena adanya issu bahwa Bantul akan menjadi danau (ww.02.B.95-98) issu ini diperluas oleh salah satu siaran infotainment televisi swasta, akibatnya keluarga Bp.S selalu merasa tidak tenang dan risau (ww.02.B.199-208). Kekhawatiran yang dirasakan keluarga Bp.S juga karena anak-anak pascabencana menjadi mudah sakit kepala, radang tenggorokan dan flu (ww.02.B.176-179) anak-anak juga masih merasa takut untuk masuk kedalam rumah (ww.02.B.71-74). Bencana yang terjadi bagi Bp.S adalah sebagai sebuah peringatan sekaligus cobaan dari Tuhan agar manusia mau sadar dan mau bersyukur (ww.02.B.240-243) Pada saat ini yang menjadi sumber kecemasan adalah karena adanya issu bahwa Bantul akan menjadi danau (ww.02.B.95-98) issu ini diperluas oleh salah satu siaran infotainment televisi swasta, akibatnya keluarga Bp.S selalu merasa tidak tenang dan risau (ww.02.B.199-208). Kekhawatiran yang dirasakan keluarga Bp.S juga karena anak-anak pascabencana menjadi mudah sakit kepala, radang tenggorokan dan flu (ww.02.B.176-179) anak-anak juga masih merasa takut untuk masuk kedalam rumah (ww.02.B.71-74). Bencana yang terjadi bagi Bp.S adalah sebagai sebuah peringatan sekaligus cobaan dari Tuhan agar manusia mau sadar dan mau bersyukur (ww.02.B.240-243)

Pascabencana anak-anak masih merasa takut untuk masuk ke rumah (ww.02.B.71-74) anak-anak mudah sakit seperti masuk angin flu dan radang temggorokan (ww.02.B.174) serta menurunnya prestasi di sekolah ( ww.02.B.87- 190).

3. Gambaran Kasus 03

Nama Responden

: Ny.Ng (37 tahun)

No.Koding

: ww.03.OT.03.P.B

Kondisi rumah

: roboh

Korban dari Anggota keluarga : Ny.Ng dan An.G (2 th) sempat terjebak dalam rumah yang roboh, Ny.Ng terluka di kepala dan sempat dijahit sedang An.G tidak mengalami cedera apa-apa, ayah (bapak dari Ny.Ng) meninggal tertimpa kuda- kuda rumah tetangga

a. Gambaran Keluarga Ny.Ng, 37 tahun orang tua dari empat orang anak, saat ini sudah bercerai dari suami dan anak pertamanya bersama bapak berada di tempat yang berbeda dengan Ny.Ng. Selain membiayai tiga orang anak Ny.Ng menanggung orang tuanya (simbah putri).

b. Mengenai Bencana Pada Gempa 27 Mei 2006 Ny.Ng sedang berada di rumah bersama anak An.G (2 tahun), ketika ia merasakan getaran (ww.03.B.25-31) ia langsung menyelamatkan An.G tapi tak bisa karena Ny.Ng tiba-tiba tidak ingat apa-apa lagi Ny.Ng terkena dinding di bagian kepala sehingga harus dijahit (ww.03.B.53-54), b. Mengenai Bencana Pada Gempa 27 Mei 2006 Ny.Ng sedang berada di rumah bersama anak An.G (2 tahun), ketika ia merasakan getaran (ww.03.B.25-31) ia langsung menyelamatkan An.G tapi tak bisa karena Ny.Ng tiba-tiba tidak ingat apa-apa lagi Ny.Ng terkena dinding di bagian kepala sehingga harus dijahit (ww.03.B.53-54),

Pascabencana Ny.Ng beserta ketiga anaknya dan ibunya pindah ke lapangan namun An.G putra bungsunya rewel dan selalu ingin pulang hal ini membuat Ny.Ng gelisah dan tidak tenang(ww.03.B.67-73), mereka kembali ke dusun B, lalu mendirikan tenda, mereka mendapatkan pula tenda putih yang diberikan apabila ada korban meninggal dalam keluarga. pada saat ini keluarga Ny.Ng ditopang oleh kakaknya (ww.03.B.86-89) hal ini disebabkan karena Ny.Ng tidak ada yang mengasuh anak-anaknya (ww.03.B.108-112).

c. Dampak Psikologis Bencana Terhadap Keluarga Bencana ini mengubah banyak hal dalam keluarga Ny.Ng. kehilangan orang tua, pendapatan dan pekerjaan, Ny.Ng juga harus mengalami luka fisik di kepala. Bagi Ny.Ng ia merasa cukup tenang karena anak-anaknya selamat semua (ww.03.B.135-138).

d. Dampak Psikis dan Psikologis Bencana terhadap Anak Anak menjadi mudah rewel (irritability) (ww.03.B.67-73), gangguan tidur, menurunnnya prestasi belajar, dan anak jarang berada di rumah (ww.03.B.177- 180)

4. Gambaran Kasus 04

Nama Responden

: Ny.Mu

No.Koding

: ww.04.OT.04.P.B

Kondisi rumah

: utuh, berdiri tidak roboh

Korban dari anggota keluarga : tidak ada

a. Gambaran Keluarga Ny.Mu 36 tahun, ibu dari dua orang anak; An.E (9 tahun) dan An.A (4 tahun), meski merupakan penduduk asli Dusun B. Ny.Mu baru 1, 5 tahun tinggal di dusun ini. Sebelum menikah Ny.Mu sempat bekerja di Jakarta, sampai akhirnya menikah ia sempat tinggal juga di kalimantan karena suami bertugas di sana. Sehari-hari Ny.Mu bekerja mengasuh kedua anaknya serta menjaga orang tuanya baik dirumah maupun disawah .

b. Mengenai Bencana Pada saat terjadinya gempa, Ny.Mu sedang melakukan aktivitas rumah tangga, sementara itu suaminya telah berangkat kerja, kemudian dia mendengar suara seperti helikopter, ia langsung merasa adanya bahaya sehingga ia langsung lari keluar (ww.04.B 11-16), anak An.E yang merasakan hal yang sama juga menyelamatkan dirinya sendiri (ww.04.B 22-23) sementara itu simbah (ibunya Ny.Mu) lari keluar sambil membawa An.A (ww.04.B 18-21) walaupun semuanya selamat simbah sempat terjatuh sehingga tangannya sakit. Saat itu Ny.Mu merasakan tanah seperti berputar ia melihat tembok rumah tetangga-tetangganya rubuh ia hanya bisa pasrah dan menyebut nama Tuhan (ww.04.B 26-29). Ny.Mu merasa walaupun gempa, secara ekonomi tidak banyak perubahan karena suami masih tetap bekerja (ww.04.B 97-99).

c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Dalam mengerjakan tugas rumah tangga Ny.Mu kadang merasa sesak nafas, dan badan terasa lemas tidak ada tenaga (ww.04.B 102-106) namun gangguan itu hanya dirasakannya selama 2 minggu (ww.04.B 108-111), walaupun ia mengaku masih sering kaget apabila terjadi gempa susulan. Dari kejadian ini Ny.Mu merasakan benar arti penting keberadaan keluarga (ww.04.B 133-134)dan ia merasa semakin dekat hubungan dengan keluarga (ww.04.B 133-134), gempa adalah sebagai cobaan dari Tuhan agar manusia mampu mensyukuri miliknya (ww.04.B 89-93) serta agar manusia menjadi kuat mental.

d. Dampak Psikologis Bencana Terhadap Anak Perilaku anak pada awal gempa, mereka sempat tidak nafsu makan (ww.04.B 153-155) namun setelah banyak teman, bantuan dan permainan, anak-anak sudah kembal normal pola makannya (ww.04.B.153-155) ibu-ibu dalam masa pengungsian merasa mudah marah (ww.04.B.162-164) dan malas untuk makan, sementara itu anak-anak di pengungsian sempat merasakan sakit flu, pusing (ww.04.B.173-174).

Awal di lapangan anak-anak sempat terganggu tidurnya (ww.04.B.176-179) namun sekarang pola sudah kembali seperti semula. Anak-anak juga menjadi lebih takut gelap (ww.04.B.192-193) dan masih sering terkejut apabila ada suara keras (ww.04.B.197), Ny.Mu juga merasa anak jadi turun konsentrasi belajarnya akibat lampu yang kurang terang serta keadaan rumah pasca gempa dan buku- buku yang tertimbun di balik dinding baik di rumah maupun di sekolah sehingga menyebabkan nilai anak di sekolah turun (ww.04.B 200-204)

5. Gambaran Kasus 05

Nama Responden

: Ny.Sar

No.Koding

: ww.05.OT.05.P.B

Kondisi rumah

: utuh, berdiri tidak roboh

Anggota keluarga yang menjadi korban : tidak ada

a. Gambaran Keluarga Ny.Sar (35 tahun) adalah ibu dari dua orang anak An.Ar (9 th) dan An.An (15 th), Suaminya saat ini bekerja di pabrik rokok di daerah Bantul, sebelum terjadinya gempa 27 Mei 2006 Ny.Sar bekerja pula sebagai karyawan pabrik peci di Bantul. Pada saat ini Ny.Sar membuka usaha kecil-kecilan kios pulsa hand phone, usaha ini dilakukan didorong oleh kebutuhan hidup yang meningkat pasca gempa terutama yang berhubungan dengan kebutuhan anak.

Ny Sar adalah warga asli di Dusun B saat terjadinya gempa yang menghancurkan hampir 90% rumah penduduk maka rumah Ny.Sar adalah 10 % yang selamat dari gempa, meski begitu Ny.Sar mengaku masih belum berani menempati rumahnya saat ini. Selain bersama kedua anaknya dirumahnya Ny.Sar , mengasuh anak dari saudaranya yang seusia dengan anak tertuanya An.An (15 th). Pekerjaan suaminya sebagai pegawai di pabrik rokok sering mengharuskannya mengambil tiga shift sehingga membuat Ny.Sar merasa takut dimalam hari terutama pasca terjadinya gempa. Sebelum menjadi pegawai, suami Ny.Sar bekerja sebagai TKI di Korea. Dengan pendapatannya sebagai TKI inilah mereka membangun rumah yang cukup besar dan kuat di Dusun B. di tanah warisan ibunya Ny.Sar.

b. Mengenai Bencana Gempa terjadi saat Ny.Sar sedang memasak diluar rumah (Ny.Sar membuat dapur di luar rumah), An.Ar kemudian meminta nasi yang ada di dalam rumah, belum sempat masuk ke dalam rumah tiba-tiba Ny.Sar merasa adanya getaran (ww.05.B.1-5), berlari memanggil An.An dan keponakannya, mereka berhasil keluar dan hampir terkena robohan tembok tetangga depan rumah, hal ini pula yang menyebabkan An.Ar masih trauma untuk masuk ke rumahnya, pada saat itu suami Ny.Sar seang bekerja di sebuah pabrik rokok di Bantul. Pada saat itu Ny.Sar masih bekerja di pabrik peci di Bantul. Meningkatnya kebutuhan (ww.05.B.23-24) terjadi terutama untuk membeli pulsa (ww.05.B.54, 67-71) untuk handphone yang dibelikannya untuk kedua anak-anaknya (ww.05.B.447- 458) pasca gempa.

Selama sepuluh hari di lapangan Dwi Windu Ny.Sar mengungkapkan bahwa dirinya merasa mengalami perubahan nafsu makan dan enggan untuk melakukan aktivitas (ww.05.B.42-43).

c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Perubahan lain yang dirasakan Ny.Sar berkaitan dengan kondisi pasca gempa yaitu merasa seperti orang bingung, dan mudah lupa (ww.05.B.52-53), ia pun masih merasa sedih ketika mengingat peristiwa gempa (ww.05.B.54-63) ia merasa bersyukur bahwa rumah dan anak-anaknya selamat (ww.05.B.60-61). Perubahan lain yang dirasa positif oleh Ny.Sar yakni beliau merasa hubungan keluarga menjadi lebih akrab (ww.05.B.63).

Pada saat ini Ny.Sar masih berada di tenda di halaman rumahnya (walaupun rumahnya tidak roboh )ia mengaku masih takut untuk beraktivitas di dalam rumah kecuali pada siang hari, hal ini juga dirasakan oleh An.Ar (ww.05.B.69-71)yang sampai saat ini masih takut untuk masuk ke dalam rumah. An.An anak tertua Ny.Sar pun merasakan bahwa sekarang tidak berani untuk BAK sendiri (ww.05.B.73-74). Ny.Sar merasakan bahwa dirinya merasa sangat terganggu bila mendengar cerita-cerita tentang gempa dari para tetangga, berupa mudah pusing (ww.05.B.77-81) seperti mau pingsan.

d. Dampak Psikis dan Psikologis Bencana Pada Anak Perubahan yang terjadi pada An.Ar meliputi : menangis saat mengingat kejadian gempa (ww.05.B.176-178), terganggu suara-suara keras (ww.05.B.179- 185). Kecemasan yang dirasakan Ny.Sar terutama mengenai kondisi anak-anak (ww.05.B.60-61) namun ia menjadi lega selama anak-anaknya dalam keadaan selamat. Kecemasan yang dirasakan sampai sekarang adalah takut akan terjadinya gempa susulan yang lebih besar lagi (ww.05.B.108-110), dan kecemasan yang sampai sekarang dirasakan disebabkan tuntutan kebutuhan anak-anak untuk dibelikan motor dan komputer, atas tuntutan anak-anak ini Ny.Sar dan suami berusaha untuk memenuhi karena mereka khawatir kalau keinginan anak tidak dipenuhi anak bisa menjadi putus asa (ww.05.B.226-230)

6. Gambaran Kasus 06

Nama Responden

: Ny.Si

No.Koding

: ww.06.OT.06.P.B.

Kondisi rumah

: 80 % roboh

Anggota keluarga yang menjadi korban: suami, tertimpa atap sehingga harus mendapatkan perawatan yang cukup serius.

a. Mengenai Keluarga Ny.Si 56 tahun, sehari-hari bekerja sebagai pedagang ikan keliling, sedang suaminya bekerja sebagai buruh lepas. Ny.Si mempunyai tiga orang anak, pada saat terjadinya gempa Ny.Si sudah berangkat ke pasar untuk membeli ikan. Suami beliau menjadi korban terkena reruntuhan di kepalanya. Rumah beliau roboh dan saat ini tinggal di rumah yang terbuat dari bambu. Selama 25 hari pasca gempa Ny.Si sekeluarga mengungsi di rumah keluarga yang berada di Godean.

b. Mengenai Bencana

Pada saat terjadinya gempa 27 Mei 2006, Ny.Si baru saja membeli ikan untuk dijual di desanya, ketika dia merasakan getaran, lalu ia pun langsung pulang. Ny.Si menceritakan bahwa ia tidak merasakan keluhan kesehatan apapun malah diakuinya bahwa jusru beratnya bertambah pasca gempa (ww.06.B.369-370) mengenai kondisi rumahnya yang roboh ia tidak merasakan tertekan karena ia merasa semua adalah kehendak dari Tuhan (ww.06.B.374-384).

c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Sampai saat ini (saat penelitian dilakukan) Ny.Si dan keluarganya masih tinggal di tenda (ww.06.B.30) hal ini disebabkan karena An.Nd masih takut untuk masuk ke rumah (ww.06.B.34-38, 73-76) kadang Ny. Si menggendong anaknya saat tidur untuk masuk ke dalam rumah tapi usaha ini malah membuat An.Nd menanggis dan lari karena kaget dan takut (ww.06.B.41-44,45, 46-48) karena keprihatinan ini akhirnya Ny.Si mau menuruti semua keinginan anak hal ini c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Sampai saat ini (saat penelitian dilakukan) Ny.Si dan keluarganya masih tinggal di tenda (ww.06.B.30) hal ini disebabkan karena An.Nd masih takut untuk masuk ke rumah (ww.06.B.34-38, 73-76) kadang Ny. Si menggendong anaknya saat tidur untuk masuk ke dalam rumah tapi usaha ini malah membuat An.Nd menanggis dan lari karena kaget dan takut (ww.06.B.41-44,45, 46-48) karena keprihatinan ini akhirnya Ny.Si mau menuruti semua keinginan anak hal ini

Kekhawatiran Ny.Si pada saat ini yaitu berkenaan dengan musim hujan yang akan datang (ww.06.B.95-97) apalagi dengan kondisi tenda yang sangat terpengaruh oleh suhu panas dan dingin (ww.06.B.103-109).

Ny.Si mulai kembali berjualan ikan di dusunnya 25 hari pasca gempa (ww.06.B.139-140) awalnya ia hanya berani membawa ikan sedikit karena saat itu harga-harga sedang naik ternyata minat masyarakat justru meningkat sehingga Ny.Si merasakan banyak mendapatkan keuntungan, hal ini membuatnya merasa bersyukur (ww.06.B.145-157) alokasi pengeluaran yang paling besar adalah untuk uang jajan anak (ww.06.B.160-165).

Ny.Si merasa sangat bersyukur masih hidup (ww.06.B.259-268) dan berharap sampai rumah jadi, masih hidup sampai masa depan, keluarga tetap utuh, selamat, aman.

d. Dampak Psikis dan Psikologis Bencana Terhadap Anak Ny.Si menuturkan bahwa pasca terjadinya gempa 27 Mei 2006 anak-anaknya mengalami perubahan perilaku, anak-anaknya menjadi tidak nafsu makan (ww.06.B.3-4), anaknya bisa tidak makan sampai tiga hari, perilaku ini dianggap Ny.Si seperti orang yang trauma.

Perubahan ini terjadi pada ketiga anak beliau (ww.06.B.8-10), Ny.Si pun sudah berusaha untuk membujuk anak-anaknya namun anak-anaknya tetap saja Perubahan ini terjadi pada ketiga anak beliau (ww.06.B.8-10), Ny.Si pun sudah berusaha untuk membujuk anak-anaknya namun anak-anaknya tetap saja

7. Gambaran Kasus 07

Nama Responden

: Bp.Wr

Nomor Koding

: 08.GS.01.L.P.B

Kondisi rumah

: masih berdiri

Korban dari anggota keluarga : keponakan terkena dinding kamar mandi a.Mengenai Keluarga Bp.Wr 56 tahun adalah seorang kepala sekolah di SD Pamjang, pada saat ini ia sedang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas terbuka (UT). Bp.Wr tinggal di Srihardono, yang berbatasan langsung dengan kelurahan Panjangrejo. Bp.Wr mempunyai dua orang anak yang keduanya telah berumah tangga.

b. Mengenai Bencana Pada saat terjadinya gempa bumi 27 Mei 2006, Bp Wr baru saja selesai melaksanakan ibadah sholat shubuh, ketika bangkit hendak berdiri tiba-tiba ia merasakan adanya getaran, getaran tersebut semakin besar lalu kecil kembali, Bp.Wr bersyukur rumahnya terbuat dari tembok yang cukup kuat, sehingga tidak roboh, Bp.Wr langsung keluar (ww.09 B.14-17), ia melihat anaknya lari keluar pula, namun di halaman ia tidak melihat istrinya yang ternyata terjebak dialam rumah (ww.09 B.14-17), istrinya selamat dengan memegang tiang cor-an, b. Mengenai Bencana Pada saat terjadinya gempa bumi 27 Mei 2006, Bp Wr baru saja selesai melaksanakan ibadah sholat shubuh, ketika bangkit hendak berdiri tiba-tiba ia merasakan adanya getaran, getaran tersebut semakin besar lalu kecil kembali, Bp.Wr bersyukur rumahnya terbuat dari tembok yang cukup kuat, sehingga tidak roboh, Bp.Wr langsung keluar (ww.09 B.14-17), ia melihat anaknya lari keluar pula, namun di halaman ia tidak melihat istrinya yang ternyata terjebak dialam rumah (ww.09 B.14-17), istrinya selamat dengan memegang tiang cor-an,

Bp.Wr merasa bantuan sangat membantu kehidupannnya (ww.09 B.99-101) dan kebetulan ekonomi keluarganya terbantu dengan datangnya masa panen (ww.09 B.103-105) namun Bp.Wr juga turut membantu membangun rumah keluarganya yang roboh seperti keluarga adik maupun kakaknya, mereka memilih untuk tidak menunggu bantuan dari pemerintah (ww.09 B.112-113).

c. Dampak Bencana Terhadap Keluarga Sebagai seorang kepala sekolah, Bp.Wr mempunyai peran yang penting untuk memimpin sekolahnya. Gempa yang terjadi sedikit banyak mempengaruhi Bp.Wr ia kadang-kadang merasa sulit untuk konsentrasi (ww.09 B.122-126), dan kadang- kadang masih merasakan kilas balik (ww.09 B.128-129), dan juga hubungan keluarga menjadi lebih dekat (ww.08 B.144-145), kecemasan utama keluarga Bp.Wr adalah apabila terjadi gempa susulan yang dapat merobohkan rumahnya (ww.08 B.148-151) kini Bp.Wr dan keluarga merasa sangat bersyukur karena rumahnya masih selamat (ww.08 B.153-155). Saat ia dan keluarga merasa sudah tentram walaupun masih sering cemas terutama karena issu tentang pulau Jawa yang akan terbelah menjadi dua bagian (ww.08 B.158-162) issu ini dirasa sangat meresahkan Bp.Wr, namun ia percaya sesuatu terjadi berdasar kehendak Tuhan.

Perubahan perilaku terjadi hampir di semua keluarga, Bp.Wr mengungkapkan bahwa pasca gempa ibadahnya menjadi lebih tekun (ww.08 B.174-179) dan juga menumbuhkan kebiasaan baru (ww.08 B.181-182) untuk beribadah bersama masyarakat dan lebih rajinnya dalam berdoa (ww.08 B.184-186).

d. Dampak Bencana terhadap lingkungan Sekolah Anak Bp.Wr telah menjalani kehidupannya sebagai pendidik selama bertahun-tahun Bp Wr mengungkapkan bahwa sebelum terjadinya bencana sekolah diwarnai dengan berbagai kegiatan ekskul seperti menari, karawitan, bahasa inggris, pramuka, dsb, namun kegiatan ini hilang akibat bencana merusakkan sebagian besar alat-alat sekolah (ww.08 B.252-255). Pada masa awal kembalinya kegiatan sekolah, KBM masih berada di halaman sekolah karena sebagian besar anak masih takut untuk berada di bangunan sekolah (ww.08 B.214-218). Dari pengamatannya terhadap anak-anak pasca terjadinya bencana Bp.Wr mengamati bahwa anak-anak disekolah umumnya masih merasa trauma dari bencana, mereka lari apabila terdengar suara yang keras dan mengejutkan (ww.08 B.190-191). Dari pengamatannya pula Bp.Wr melihat bawa anak-anak yang menjadi korban berupa tertimpa bangunan, menjadi sangat terguncang dan pucat (ww.08 B.258-262), perubahan yang secara umum teramati oleh Bp.Wr adalah anak-anak menjadi sering melamun (ww.08 B.285-286), mereka terlihat cemas (ww.08 B.289-290), menurun minatnya terhadap pelajaran (ww.08 B.291-292), mudah tersinggung dan seolah meminta perhatian lebih dari guru (ww.08 B.280-283)

Pihak sekolah sangat memahami bahwa nak-anak telah mengalami pengalaman yang berat, sehingga mereka menggunakan cara-cara untuk membuat anak kembali ceria seperti dengan menyanyi (ww.08 B.211-211), dengan menggunakan permainan yang berasal dari sumbangan sebuah lembaga (ww.08 B.196-198) para guru juga melakukan pendekatan terhadap keluarga siswa yang Pihak sekolah sangat memahami bahwa nak-anak telah mengalami pengalaman yang berat, sehingga mereka menggunakan cara-cara untuk membuat anak kembali ceria seperti dengan menyanyi (ww.08 B.211-211), dengan menggunakan permainan yang berasal dari sumbangan sebuah lembaga (ww.08 B.196-198) para guru juga melakukan pendekatan terhadap keluarga siswa yang

8. Gambaran Kasus 08

Nama Responden

: Ny.Sj

Nomor Koding

: 09.GS.02.P.P.B

Kondisi rumah

: masih berdiri, rusak

Korban dari anggota keluarga : tidak ada

a. Mengenai Keluarga Ny.Sj (42 tahun), tinggal di Kretek, Bantul. Ny Sj merupakan ibu dari dua orang anak, anak tertua beliau pada saat ini masih duduk di bangku SMP sedangkan anak keduanya saat ini berada di taman kanak-kanak. Ny.Sj merupakan salah satu guru yang mengajar di SD Panjang, beliau mengajar sejak tahun 1980. Pada saat ini beliau sedang mendalam proses menyelesaikan kuliah sarjananya (seperti Bp.Wr).

b. Mengenai Bencana Pada saat terjadinya gempa 27 Mei 2006 Ny.Sj sedang melakukan aktivitas sehari-hari sebelum berangkat mengajar tiba-tiba Ny.Sj merasakan getaran, Ny.Sj langsung berlari menyelamatkan dirinya keluar (ww.09 B.4-6), anaknya yang paling kecil sudah dibawa oleh suami Ny.Sj, ternyata anak tertua Ny.Sj pada saat itu sedang berada didalam kamar mandi dan terjebak didalamnya, mengetahui keadaan tersebut Ny.Sj segera menyelamatkan anaknya yang masih didalam dengan mendobrak pintu kamar mandi (ww.09 B.6-11).

c. Dampak Bencana terhadap Lingkungan Sekolah Anak

Pada awal pasca gempa murid-murid datang ke sekolah dengan keadaan yang sangat memprihatinkan (ww.09 B.200-216), guru-guru menyadari bahwa mereka harus berubah dalam memperlakukan anak-anak (ww.09 B.200-216), banyak kegiatan luar sekolah yang biasanya diikuti murid menjadi lumpuh (ww.09 B.219- 222) namun guru-guru berusaha agar tidak mengingatkan anak didik tentang gempa (ww.09 B.238-240) hal ini agar anak-anak kembali menjadi ceria juga dengan memberikan hiburan serta menyelingi pelajaran dengan cerita (ww.09 B.261-263).

Tabel 4.5. Perubahan Perilaku Siswa SD Panjang

No Perubahan perilaku Kadang-kadang

Tidak anak

sering

pernah

1 Mudah tersinggung

2 Kecemasan yang muncul x tiba-tiba 3 Sering melamun

4 Hilang minat terhadap x pelajaran 5 Sulit konsentrasi

Sumber : pengamatan Ny.Sj terhadap perilaku anak-anak di SD Panjang

Untunglah kondisi tersebut sedikit-sedikit teratasi dengan adanya bantuan dari Kardi Foundation berupa mainan yang diberikan di halaman sekolah bantuan ini banyak sekali membantu anak melupakan kesedihannnya (ww.09 B.219-222) sehingga anak kembali ceria. harapan Ny.Sj sebagai seorang guru, yang juga seorang survivor gempa adalah supaya ada bantuan berupa fasilitas belajar sehingga prestasi anak tidak terlalu turun dan ia juga sebagai seorang yang beriman merasa bahwa gempa membawa hikmah dalam kehidupannya.

Berikut adalah hasil dari pengisian lembar dongeng, Nama : N

Umur : 11 th

Kelas : 6 SD

No Dongeng yang paling disukai Pelajaran yang diambil 1 Lelaki yang sedekah

Kita kalau diberi rezeki dari Allah kita harus memberikan kepada orang yang membutuhkan

2 Lelaki ahli surga Kita tidak boleh iri hati kepada orang lain

3 Nabi dan Abu Bakar/kesetiaan Kalau kita punya sahabat kita sahabat

harus menghargainya

Nama : My Umur : 10 th Kelas : 5 SD

No Dongeng yang paling disukai Pelajaran yang diambil 1 Kakek tua di bukit/ bergantung pada tanganmu 2 Gua, kalajengking, ular/Kesetiaan sahabat 3 Nabi dan Abu Bakar/ Kesetiaan sahabat

Nama : Ar Umur : 9 th Kelas : 4 SD

No Dongeng yang paling disukai Pelajaran yang diambil 1 Lelaki yang Sedekah

Kita kalau di beri rezeki kepada orang,

kita harus bilang terimakasih kalau tidak bilangan amal kita buruk

2 Lelaki ahli Surga 3 Nabi dan Abu bakar

Nama : E Umur : 9 th Kelas : 3 SD

No Dongeng yang paling disukai Pelajaran yang diambil 1 Nabi dan Abu Bakar 2 Abu bakar menolong orang 3 Kafir tidak senang Abu bakar

Lembar evaluasi terdiri dari boidata anka dan juga judul cerita yang paling disukai dan pelajarananapa yang dapat diambil anak dari cerita tersebut. Dari enam orang anak yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya empat orang yang bersedia mengisi lembar evaluasi, dengan catatan satu orang mengisi lengkap antara menyebutkan tiga cerita yang paling disukainya dengan pelajaran apa yang bisa diambilnya dari cerita tersebut.