Integritas Moral dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi

3. Integritas Moral dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi

Integritas moral ini menunjukkan kecenderungan yang mendorong jiwa untuk menerima perilaku utama dalam setiap keadaan, termasuk dalam keadaan sejahtera ataupun miskin secara ekonomi. 97 Beberapa syarat yang diajukan al-Mawardi tentang integritas moral, terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, yaitu: 98 keluhuran jiwa sebagai faktor pendorong menuju perilaku ekonomi yang baik, terhindar dari sikap pemborosan dan kerusakan moral akibat pemenuhan kebutuhan ekonomi; dan keagungan jiwa sebagai kondisi jiwa untuk menerima pendidikan akhlak dan konsisten dalam mempertahankan kekuatan dan kemuliaan jiwa dari dorongan yang negatif dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

97 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 238. 98 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 239-241.

Untuk itu, kewajiban yang harus dipenuhi pada sifat integritas moral ini terkait dengan perilaku ekonomi yang mencakup kewajiban pada diri sendiri

dan kewajiban pada orang lain. 99 Aspek kewajiban pada diri sendiri meliputi

menjaga diri dari perbuatan yang melanggar agama, memelihara harga diri, dan pengendalian diri, seperti berlaku tidak adil, korupsi, dan menunjukkan perilaku ekonomi utama berupa sikap moderat yang mengacu pada kehidupan berkecukupan, berperilaku sederhana, dan memenuhi standar kebutuhan. 100 Adapun aspek kewajiban terhadap orang lain mencakup sikap membantu sesama dengan memberikan bantuan kepada orang-orang yang dililit hutang dan tertimpa musibah, sikap tenggang rasa dengan cara memaafkan kesalahan orang lain dan penuh pengertian kepada sesama dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi 101 . Nampaknya, gagasan al-Mawardi tersebut sangat relevan dalam konteks

pembangunan ekonomi sekarang ini. Baik kalangan pemerintahan maupun anggota masyarakat memiliki integritas moral dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Jika demikian, para pejabat pemerintahan tidak akan melakukan korupsi dan anggota masyarakat dalam menjalankan bisnis bersikap adil dan tidak eksploitatif. Di samping itu, mereka yang memiliki kelebihan pendapatan sebagai bagian dari sektor swasta bersama-sama dengan pemerintah dapat memberikan jaminan sosial atau bantuan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

Integritas moral manusia akan tercermin pula pada perilaku hidup yang moderat dalam aktivitas ekonomi. 102 Allah telah memerintahkan manusia untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, termasuk kerjasama dalam bidang ekonomi. Karena ketakwaan menjadi wujud keridaan Allah dan kedermawanan sosial menjadi wujud kerelaan manusia, maka manusia yang mampu menghimpun keduanya akan mencapai kebahagiaan sempurna dan terwujud kemakmuran masyarakat secara merata.

Dengan kata lain, kedermawanan sosial sebagai bentuk kebajikan sosial menjadi dasar setiap orang untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga mencegah kecenderungan-kecenderungan negatif akibat persaingan bisnis yang dapat menyebabkan stabilitas ekonomi terancam. Kedermawanan sosial ini dapat diwujudkan melalui dua cara, 103 yaitu memberikan bantuan dengan ikhlas yang membentuk toleransi jiwa , kedermawanan, dan mencegah kekikiran ; dan melaksanakan kebaikan terhadap sesamanya, baik ucapan

maupun perbuatan.

99 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 241 dan al-Arzanjani, Minhaj al-Yaqin, 519. 100 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 245-246 dan al-Arzanjani, Minhaj al-Yaqin, 528-531. 101 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 251-262. 102 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 133. dan al-Arzanjani, Minhaj al-Yaqin, 323-324. Di antara ciri umum

mentalitas Masa Pertengahan adalah pembahasan tentang sedekah, yang sekarang disebut keadilan, Hal ini menunjukkan pendirian umum yang disetujui Al-Mawardi dalam membahas kedermawanan.

103 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, 133.

Dalam konteks perilaku ekonomi, sifat dermawan merupakan tindakan membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan dan dipergunakan selayaknya sesuai dengan kebutuhan tersebut. 104 Gagasan al-Mawardi ini dapat berarti bahwa memberi seseorang lebih dari apa yang tidak pantas diperolehnya adalah bentuk pemborosan dan tidak memberikan sesuatu yang dimilikinya dari kelebihan harta benda adalah bentuk kekikiran . Dalam konteks ekonomi, prinsip efektivitas dan efisiensi tersebut menjadi dasar dalam pengelolaan

harta. Secara filosofis, kepemilikan harta dan pengelolaannya berfungsi secara

sosial dalam kerangka ibadah. Bagi al-Mawardi, harta benda merupakan sarana bagi perwujudan perbuatan-perbuatan mulia dalam mengokohkan agama dan membentuk solidaritas sosial. Bagi al-Ghazali, 105 manfaat harta antara lain untuk kegunaan ibadah, seperti haji dan jihad; kegunaan untuk orang lain, seperti sedekah, amal kemanusiaan, mempertahankan harga diri, dan menggaji pelayan; dan untuk kegunaan masalah umum, seperti membangun masjid dan rumah sakit. Adapun keburukan harta antara lain dapat memudahkan perbuatan dosa, untuk kenikmatan dari kesenangan yang mengarah pada pembelanjaan harta yang salah, dan dapat melupakan diri dari ingat kepada Allah.

Nampaknya, polemik antara manfaat dan keburukan harta memerlukan sikap ideal seseorang untuk mengatasinya. Seseorang mungkin menerima resiko keburukan harta demi memperluas kedermawanan dan menyebarkan kebaikan, atau ia memilih hidup fakir agar terhindar secara lebih aman dari tipu daya kekayaan yang tak berarti dan sementara. 106

Al-Mawardi lebih bersikap pada posisi manusia yang dianjurkan agar membatasi diri pada kehidupan yang layak. 107 al-Mawardi tidak mengajukan

sistem egaliter dan hanya menentukan norma-norma berdasarkan perspektif sosialnya sendiri, yaitu mengendalikan perilaku ekonomi. Karena itu, setiap orang bisa mencari kesempurnaan, sesuai dengan makna dan tingkat perbedaan yang terjadi berdasarkan kondisi kehidupannya, yaitu miskin, menengah, dan kaya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63