Teori Barang Publik

B. Teori Barang Publik

Salah satu peran pemerintah yang cukup penting adalah membuat keputusan terkait alokasi sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan barang publik. Dalam hal ini, sistem ekonomi sosialis mempraktekkan sebagian besar barang- barang swasta diproduksi oleh pemerintah, sedangkan sistem ekonomi kapitalis menerapkan sebagian besar barang-barang publik diproduksi oleh sektor swasta. 742

Dalam menganalisis alokasi sumber-sumber ekonomi yang optimum untuk barang-barang swasta dan barang publik tidak dapat dilepaskan dari aspek pembiayaan kegiatan produksi. Sektor swasta mempunyai berbagai-bagai sumber

Untuk menganalisis lebih jauh kelebihan dan kelemahan teori Peacock dan Wiseman baca Richard M. Bird, Intergovernmental Fiscal Relations in Latin America: Policy Design and Policy Outcomes

(Washington DC: Inter American Development Bank, 2001). 741 Lihat James M. Buchanan and Richard A. Musgrave, Public Finance and Public Choice, 167-168.

742 Baca lebih lanjut Harvey S. Rossen & Ted Gayer, Public Finance, 47-49.

dana untuk melaksanakan produksi, yaitu dengan meminjam dari bank, menjual saham-saham atau dari keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (retained earnings). Pemerintah juga mempunyai berbagai sumber dana untuk melaksanakan ativitasnya, misalnya saja dengan pinjaman luar negeri, dengan mencetak uang atau dengan memungut pajak.

Ada beberapa teori yang menganalisis barang-barang publik dalam alokasi sumber-sumber ekonomi, yaitu teori Pigau, teori Bowen, teori Erick Lindahl, teori Samuelson, dan teori anggaran.

1. Teori Pigau

Menurut Pigau, 743 barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat sehingga kepuasan marginal atas barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang publik.

Teori Pigau ini memiliki kelemahan dalam menjelaskan barang publik, karena didasarkan pada rasa ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif karena sifatnya ordinal.

2. Teori Bowen

Teori Bowen dapat dijelaskan dengan membuat perbedaan antara barang swasta dan barang publik. Barang swasta merupakan barang yang memiliki sifat pengecualian, sehingga pemilik suatu barang dapat mengecualikan orang lain dari manfaat barang tersebut, misalnya saja sepatu. 744

Adapun barang publik, seperti diartikan Bowen, 745 sebagai barang yang tidak dapat ditetapkan pengecualian. Jadi sekali suatu barang publik sudah tersedia maka tidak ada seorangpun yang dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut, misalnya saja pertahanan nasional.

Teori Bowen ini memiliki kelemahan dengan menggunakan analisis permintaan dan penawaran. Kelemahan ini terletak pada prinsip barang publik yang tidak dapat diberlakukan pengecualian, sehingga masyarakat tidak mau menggunakan kesenangan (preferensi) akan barang tersebut yang menjadikan kurva permintaannya tidak ada.

3. Teori Erick Lindahl

Teori Erick Lindahl hampir sama dengan teori Bowen, hanya saja

Welfare Economics (London: Macmillan, 1920), 59. Baca pula A.C. Pigau, a Study in Public A.C. Pigau, Finance (London: Macmillan, 3rd ed.,1947). 744 Harvey S. Rossen & Ted Gayer, Public Finance, 53. 745 Harvey S. Rossen & Ted Gayer, Public Finance, 56.

pembayaran masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut, tetapi berupa persentase dari total biaya penyediaan barang publik. 746

Teori pengeluaran pemerintah yang dikemukakan Lindahl ini cukup berguna untuk membahas penyediaan barang publik yang optimum dan sekaligus membahas mengenai alokasi pembiayaan barang publik antara anggota masyarakat. 747

Teori Lindahl ini memiliki kelemahan karena hanya membahas barang publik tanpa menjelaskan penyediaan barang swasta yang dihasilkan oleh sektor swasta. Selain itu, kelemahan utama dari teori ini berupa penggunaan kurva indiferens. Sifat barang publik (tidak dapat dikecualikan) menyebabkan tidak ada seorang individu yang bersedia menunjukkan preferensinya terhadap barang publik. Kelemahan lainnya adalah teori ini hanya melihat penyediaan barang publik saja tanpa memperhitungkan jumlah barang swasta yang seharusnya diproduksi agar masyarakat mencapai kesejahteraan optimal.

4. Teori Samuelson

Teori Samuelson ini menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah yang disertai analisis barang sektor swasta. Menurut Samuelson, 748 adanya barang publik dengan dua ciri berupa non-exclucionary dan non-rivalry tidak berarti bahwa perekonomian tidak dapat mencapai kondisi Pareto optimal atau tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal.

Teori Samuelson ini memiliki kelebihan karena analisisnya sederhana, jelas, dan menyeluruh. Namun teori ini memiliki kelemahan antara lain: 749

pertama, hasil analisis sangat tergantung pada tingkat kesejahteraan individu mana yang dipilih (individu S atau R), dan tingkat kesejahteraan mana yang mula-mula dipilih; kedua, Samuelson menunjukkan tercapainya kondisi Pareto

optimal, namun kita tidak tahu apakah perpindahan kebutuhan menunjukkan perbaikan atau penurunan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Analisis Samuelson menerangkan kembali teori penyediaan barang publik sebagaimana yang dikemukakan Lindahl, 750 bahwa apabila setiap orang

mempunyai sejumlah pendapatan tertentu, dan kurva permintaan akan barang- barang publik dapat digambarkan, maka kurva tersebut akan menunjukkan

746 Erick Lindahl, Die Gerechtiggkeit der Besteuerung, (Lund, 1919). Teori Erick Lindahl dapat dibaca pula

pada bagian karya Richard A. Musgrave & Alan T. Peacock (eds.), Classics in the Theory of Public Finance (London: Macmillan, 1958), 114. Baca pula Lief Johansen, “Some Notes on the Lindahl Theory of Determinations of Public Expenditure”, International Economics Review, vol. 4 (September 1963) : 346- 358.

747 Lief Johansen, “Some Notes on the Lindahl Theory of Determinations of Public Expenditure”, 350-351. 748 Robert J. Samuelson, “Pure Theory of Public Expenditure and Taxation”, pada karya J. Margolis & H.

Guitton (eds.), Public Economics (New York: St. Martin Press, 1969), 98-123. 749 Martin C. Mc. Guire & Henry Aaron,”Efficiency and Equity in the Optimal Supply of Public Good,” Review

of Economics and Statistics, vol. 51 (Pebruari 1969) : 31-39. 750 Lief Johansen, “Some Notes on the Lindahl Theory of Determinations of Public Expenditure”, 354.

kesediaan setiap orang untuk membayar barang publik. Dalam sistem yang menunjukkan setiap orang harus membayar sesuai dengan manfaat yang diterima, maka setiap orang akan membayar barang publik dengan harga yang berbeda-beda, tergantung dari manfaat marginal yang diterima.

Kelemahan teori Samuelson yang ketiga, teori ini tidak lepas dari

kelemahan yang umum seperti halnya teori pengeluaran pemerintah dari Bowen dan Lindahl, yaitu anggapan bahwa konsumen secara tegas mengemukakan kesukaan terhadap barang publik dan menjadi dasar pengenaan biaya untuk menghasilkan barang publik. Adapun persoalannya pada penentuan jumlah barang publik yang akan disediakan oleh pemerintah, yaitu bagaimana pemerintah memungut pembayaran dari konsumen barang publik. Setiap orang tidak mau secara suka rela mengemukakan kesukaannya sebab bisa menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengenakan tarif. Selain itu, mereka pun tahu bahwa apabila barang publik sudah tersedia, mereka tidak dapat dikecualikan dari penggunaan barang tersebut.

Adapun kelemahan keempat adalah barang publik yang di bahas adalah barang yang mempunyai sifat kebersamaan berupa barang publik yang dipakai oleh konsumen dalam jumlah yang sama. Barang publik murni yang mempunyai sifat tersebut jenisnya sangat terbatas, misalnya pertahanan nasional dan kehakiman, sedangkan sebagian bear barang publik tidak mempunyai sifat tersebut, misalnya rumah sakit, sekolah dan sebagainya.

5. Teori Anggaran

Teori anggaran memiliki asumsi bahwa setiap orang membayar atas penggunaan barang publik dengan jumlah yang sama sesuai dengan sistem harga untuk barang swasta

(private goods). 751

Teori alokasi barang publik melalui anggaran merupakan suatu teori

analisa penyediaan barang publik yang lebih sesuai dengan kenyataan (reality), karena bertitik tolak pada distibusi pendapatan awal di antara individu-individu dalam masyarakat (dalam hal ini individu A dan B), dan dapat digunakan untuk menentukan beban pajak diantara para konsumen untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 752

Meskipun demikian, teori anggaran ini memiliki kelemahan utama, yaitu digunakannya kurva indiferens sebagai alat analisis yang baik dari segi teori, namun kurang bermanfaat untuk aplikasi penggunaannya dalam kenyataan sehari-hari.

Beberapa teori barang publik yang dikemukakan tersebut di atas menggunakan kurva permintaan dan atau kurva indiferens yang dalam

751 E.M. Gramlich, Benefit-cost Analysis of Government Programs (Englewood Cliffs, N.J.,:Prentice-Hill, 1981),16.

752 E.M. Gramlich, Benefit-cost Analysis of Government Programs, 16-17.

pelaksanaannya tidak dapat diukur secara empiris. Oleh karena itu, teori ekonomi dianggap tidak mampu memecahkan maslah alokasi sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan barang-barang swasta dan barang-barang publik secara empiris, dan pemecahannya harus dilaksanakan dengan proses pemungutan suara (voting) yang biasa dilakukan dalam proses politik. Namun demikian, pemungutan suara juga tidak dapat memberikan pemecahan yang sangat memuaskan kecuali pada suatu masyarakat dimana preferensi mereka identik sehingga dapat tercapai hasil secara aklamasi.

Adapun al-Mawardi memberikan gagasan khusus terkait dengan barang-

barang publik ini dalam bentuk tanah yang dilindungi (al-hima) dan fasilitas publik (al-arfaq). Al-hima merupakan peraturan tentang tanah yang dilarang untuk diolah dan dimiliki seseorang, agar ia tetap menjadi wilayah yang boleh dipergunakan bagi siapapun, bagi tempat tumbuhnya padang rumput, dan tempat menggembala hewan. Adapun fasilitas umum dimaksudkan sarana dan prasarana umum seperti tempat duduk di pasar, di pinggir jalan, di pinggir

kota, dan tempat istirahat bagi para musafir. Tugas pemerintah dalam hal ini antara lain menyediakan fasilitas yang dapat menjaga aurat, memelihara persediaan air, dan memberikan kesempatan bagi orang untuk memilikinya. 753

Beberapa cacatan dari pendapat al-Mawardi di atas terkait dengan barang

publik (public goods), antara lain; pertama, peran pemerintah cukup dominan untuk menjamin tersedianya barang-barang atau fasilitas yang dibutuhkan oleh banyak orang, sekaligus juga memberikan larangan bagi siapa saja untuk memilikinya; kedua , barang-barang publik termasuk juga kebutuhan masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya, seperti pelaksanaan ajaran agama, keamanan masyarakat, pendidikan,

pertahanan nasional, dan sebagainya; ketiga , pemerintah mengangkat petugas untuk pemeliharaan fasilitas umum atau kebutuhan yang bersifat nasional, misalnya mengangkat ulama yang memberikan pengajaran atau imam shalat; dan keempat, menjamin terciptanya kemaslahatan bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat melalui distribusi pendapatan publik.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63