Teori Pajak dan Distribusi Pendapatan Pemerintah
B. Teori Pajak dan Distribusi Pendapatan Pemerintah
Dalam mengelola sumber-sumber pendapatan, maka distribusi beban pemerintah menuntut adanya kebijakan pemerintah yang mengatur prinsip-prinsip yang ditempuh dalam mendistribusikan beban tersebut kepada masyarakat. Dengan kata lain, sebagai besar beban pemerintah dibiayai dari pajak, sehingga diperlukan aturan bagi pembebanan pajak kepada wajib pajak.
Dalam ekonomi klasik, Adam Smith 462 menegaskan beberapa prinsip utama dalam pembebanan pajak yang dikenal dengan Smith’s Canons, yaitu prinsip
keadilan (equity). Pajak merupakan suatu pungutan yang menjadi hak pemerintah berdasarkan undang-undang, sehingga pembebanan dan pemungutannya dapat dipaksakan kepada wajib pajak meskipun tidak ada balas jasa yang langsung dapat diterima dari pemakaiannya. Pajak menjadi sumber pendapatan paling penting dalam ekonomi modern. Karena itu, menurut Harves S. Rossen, 463 teori-teori pajak mengeksplorasi bagaimana pajak dapat dipungut untuk mencapai efisiensi ekonomi dan untuk mencapai distribusi pendapatan secara adil. Sebagaimana kasus pada kajian pengeluaran pemerintah, maka teori kesejahteraan ekonomi dapat digunakan untuk kerangka analisis tentang pajak tersebut.
Dalam pandangan Don Fullerton and Gilbert Metcalf, 464 pajak menjadi akibat langsung dari adanya aktivitas pemerintah yang menimbulkan persoalan tentang siapa yang membayar pajak (wajib pajak) dan siapa yang menderita beban pajak. Persoalan pertama ditetapkan melalui undang-undang atau peraturan pemerintah, sedangkan masalah kedua bisa jadi terkait dengan beban pajak orang lain yang dilimpahkan oleh wajib pajak.
Dalam penetapan pajak dan pemungutannya kepada masyarakat harus mempertimbangkan asas-asas agar tidak menyebabkan masalah baru bagi para wajib pajak. Menurut Adam Smith, 465 ada empat cara yang perlu diperhatikan dalam pemungutan pajak, yaitu pelaksanaan pemungutan pajak membutuhkan banyak staf dengan gaji yang bersumber dari penerimaan pajak atau pajak baru; pemungutan pajak dapat mematikan usaha masyarakat atau hambatan usaha tertentu yang memberikan kesempatan kerja dengan memakai bahan mentah serta input lain yang telah tersedia; pajak mungkin berakibat menghukum atau mematikan kesempatan untuk investasi modal yang sangat diperlukan bagi 461 Richard A. Musgrave & Alan T. Peacock (eds.), Classics in the Theory of Public Finance, 127-128.
462 Lebih lanjut baca Baca lebih lanjut karya Adam Smith, The Wealth of Nations. 463 Harvey S. Rossen, Public Finance, 11. 464 Don Fullerton and Gilbert Metcalf, “Tax Incidence.” in Handbook of Public Economics, 33-34. 465 Lebih lanjut baca Adam Smith, The Wealth of Nations, London: Everyman’s Library, 1910, Buku V Bab
II Bagian II tentang “on Taxes”. Baca pula Beverly Moran,”Adam Smith and the Search for an Ideal Tax System” pada Isaac William Martin, et.al. (eds.), The New Fiscal Sociology: Taxation in Comparative and Historical Perspective (New York: Cambridge University Press, 2009), 201-215 II Bagian II tentang “on Taxes”. Baca pula Beverly Moran,”Adam Smith and the Search for an Ideal Tax System” pada Isaac William Martin, et.al. (eds.), The New Fiscal Sociology: Taxation in Comparative and Historical Perspective (New York: Cambridge University Press, 2009), 201-215
Berbeda dengan pandangan Adam Smith, Wagner 466 merumuskan empat postulat atau asas bagi pencapaian pajak ideal, yaitu asas politik finansial,
yaitu menghasilkan jumlah penerimaan yang memadai dan bersifat dinamis; asas ekonomis, yaitu pajak dikenakan hanya pada pendapatan, modal dan atau pengeluaran dengan mempertimbangkan fleksibelitas; asas keadilan, yaitu pajak bersifat umum atau universal dengan prinsip kesamaan beban; asas administrasi, yaitu adanya kepastian perpajakan, keluwesan dalam penarikan, biaya relatif kecil; dan asas yuiridis atau hukum, yaitu pajak ditetapkan melalui undang- undang dan bersifat jelas.
Adapun untuk memahami masalah penerima beban pajak, maka dapat dianalisis dengan teori insidens pajak (tax incidence theory) yang dikemukakan
Musgrave. 467 Dalam hal ini, ada tiga konsep beban pajak, yaitu insidens pajak anggaran berimbang (balance budget incidence), insidens pajak diferensial
(differential incidence), dan insidens pajak absolut (absolut incidence). Perbedaan ketiga konsep tersebut terletak pada pola pengeluaran pemerintah.
Konsep teori insidens pajak yang pertama, insidens pajak anggaran berimbang (balance-budget-incidence), yaitu pengaruh distributif suatu pajak terhadap pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari penerimaan-penerimaan pajak dalam jumlah yang sama. Kedua , insidens pajak diferensial (differential incidence), yaitu menganalisis pengaruh distribusi pendapatan dari suatu jenis pajak apabila digantikan dengan jenis pajak lain untuk membiayai aktivitas pemerintah dalam jumlah yang sama.
Jadi, insidens pajak diferensial menganalisis berbagai alternatif pembiayaan dengan pajak dari suatu program pemerintah. Ketiga , insidens pajak absolut (absolute incidence), yaitu untuk melihat pengaruh suatu jenis pajak terhadap distribusi pendapatan masyarakat tanpa melihat efek distributif jenis pajak
lainnya atau dari suatu program pemerintah (pengeluaran pemerintah). 468 Teori insidens pajak dapat diterapkan melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan keseimbangan parsial (partial equilibrium approach) dan pendekatan keseimbangan umum
(general equilibrium approach). 469 Pendekatan keseimbangan parsial adalah suatu pendekatan untuk menganalisis distribusi
pendapatan yang terjadi dalam satu pasar saja sebagai akibat adanya suatu pajak. Jadi, pendekatan keseimbangan parsial ini hanya melihat beban akhir suatu jenis pajak dalam satu pasar saja, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk
466 Jürgen G. Backhaus and Adolf E. Wagner, From Continental Public Finance to Public Choice: Mapping Continuity, JEL codes: B1, B2, H0, Z0, 76-79.
467 Richard A. Musgrave & Alan T. Peacock (eds.), Classics in the Theory of Public Finance, 24-25. 468 Harvey S. Rossen & Ted Gayer, Public Finance, 201-202. 469 Harvey S. Rossen & Ted Gayer, Public Finance, 203-205.
menganalisis pajak penjualan umum (general sales tax) berupa pajak penjualan yang dikenakan pada semua jenis barang.
Untuk pajak penjualan dibagi menjadi pajak advalorem (advalorem tax) dan pajak perunit (unit tax). Pajak advalorem adalah pajak penjualan yang dikenakan berdasarkan nilai, misalnya untuk pajak tekstil dikenakan pajak 10% dari harga jualnya, sedangkan pajak penjualan perunit (unit tax) dikenakan berdasarkan
jumlah unit barang yang dijual. 470 Pemerintah menggunakan pajak penjualan dengan maksud agar pajak
tersebut dibayar oleh konsumen. Tujuan ini akan menjadi lebih jelas lagi dianalisis dengan pengenaan cukai atas suatu barang. Sebetulnya pajak penjualan dan cukai kedua-duanya adalah sama, yaitu termasuk pajak tidak langsung. Akan tetapi ada dua perbedaan yang mendasar antara kedua jenis pajak tersebut yaitu cukai dikenakan pada barang yang terbatas dan untuk mengendalikan atau membatasi konsumsi masyarakat terhadap suatu barang.
Sedangkan pendekatan keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu jenis pajak dalam satu pasar terhadap keseimbangan pada pasar- pasar lainnya yang terkait dengan pihak yang dikenakan pajak.