Negara, Ekonomi dan Keuangan Publik
5. Negara, Ekonomi dan Keuangan Publik
Kajian atas keuangan publik terkait erat dengan ideologi yang dianutnya. Para ahli ekonomi memberikan analisis bukan hanya akibat-akibat penerapan pajak pemerintahan dan aktivitas-aktivitas pembelanjaannya, melainkan juga berbagai aktivitas lain yang melingkupinya. Pandangan-pandangan tentang bagaimana pemerintah melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi dipengaruhi oleh pandangan idiologi yang terkait dengan hubungan antara individu dan negara.
Secara garis besar, ada dua pendekatan filsafat politik mengenai hal ini, yaitu pendekatan organik dan mekanistik. 122 Pendekatan organik menilai
bahwa masyarakat merupakan bagian dari organisme natural. Setiap individu menjadi bagian dari organisme ini dan pemerintah dapat dianggap pusatnya.
Individu mempunyai signifikansi hanya sebagai bagian dari komunitas, dan kebaikan individu diartikan sebagai bentuk tindakan atas kebaikan seluruh masyarakat. Adapun pendekatan mekanistik menganggap bahwa pemerintahan
secara organik bukan bagian dari masyarakat. Pemerintahan merupakan suatu
120 Talcott Parsons, The Social System (London: Routledge & Keagan Paul, 1961), 160 dan lihat
juga Talcott Parsons, Sociological Theory and Modern Society (New York: Free Press, 1969).
121 Baca argumen Al-Mawardi lebih lanjut dengan merasionalisasi penafsiran Al-Qur’an dalam QS. Thaha, 20:50, al-Rum, 30:7, Fushshilah, 41:9-10, dan al-Mu’minun, 23:71. Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-
Din, 153 dan baca pula komentar al-Arzanjani atas argumen Al-Mawardi tersebut. Al-Arzanjani, Minhaj al-Yaqin, 363-365.
122 Harvey S. Rosen & Ted Gayer, Public Finance (New York: McGraw Hill Education, 2008), 3.
wujud yang dikreasikan oleh individu-individu untuk mewujudkan tujuan- tujuan mereka.
Dasar-dasar filosofis tentang keuangan publik, seperti ditemukan pada pemikiran al-Mawardi, al-Ghazali, dan Ibn Miskawaih dapat ditemukan pada grand theory-nya tentang etika kehidupan duniawi dan ukhrawi (adab al- dunya wa al-din) dengan berpijak pada prinsip mashlahah. Kesejahteraan negara dapat terwujud melalui integrasi unit-unit masyarakat secara baik dalam sistem sosial , serta didukung oleh prinsip-prinsip moral sebagai pedoman bagi sikap dan perilaku sosialnya 123 .
Dalam hal ini, konsep “welfare state” menekankan kondisi ekonomi yang seimbang dan didukung oleh sektor publik dan sektor swasta dalam mewujudkan kesejahteraan yang diatur oleh negara. Pada sisi lain, para pelaku ekonomi yang memiliki moralitas agama berperan dalam menciptakan kemajuan ekonomi. Jadi, harmonisasi peran negara dengan masyarakat menjadi syarat mutlak dalam menciptakan kesejahteraan.
Secara lebih luas, al-Mawardi 124 mengemukakan pandangan politiknya bahwa untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat diperlukan negara yang memiliki kekuasaan yang sah berdasarkan agama. Konsep tersebut menuntut peran negara untuk memelihara kehidupan beragama, membuat kebijakan politik, menetapkan undang-undang sesuai dengan syari’at, serta menciptakan integritas kehidupan masyarakat.
Aktualisasi peran negara sebagai pengganti Nabi tidak lain dengan menciptakan kehidupan beragama yang harmonis, sedangkan peran politik negara terfokus pada pelaksanaan pemerintahan dengan mewujudkan kesejahteraan masyarakat . Untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, pemerintah berperan dalam mengatur dan mengelola keuangan publik dengan lembaga-lembaga yang ada.
Untuk memperkuat gagasannya tentang urgensi negara dalam pengelolaan keuangan publik, al-Mawardi mengutip salah satu ayat al-Qur’an tentang keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya (Q.S. al-Nisa, 4:59). Al-Mawardi memberikan interpretasi pada ayat tersebut, bahwa istilah “uli al-amr” memiliki dua makna, yaitu para pejabat (al-umara’) sebagaimana pendapat Ibn ‘Abbas, dan para ulama (al-‘ulama’) menurut Jabir bin ‘Abdullah, Hasan,
dan ‘Atha’. Al-Mawardi 125 lebih cenderung menafsirkannya sebagai penguasa yang memerintah rakyat.
123 Al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din (Beirut:Dar al-Fikr, 1995), 94-95, dan al-Arzanjani, Minhaj al-Yaqin ‘ala Syarh Adab al-Dunya wa al-Din (al-Haramain, 1328), 224-226.
Imamah diperlukan dalam kehidupan manusia dan memperoleh legitimasi hukum berdasarkan al- Qur’an, hadits, ijma’, dan akal. Al-Mawardi, Ahkam al-Sulthaniyah wa Wilayat al-Diniyah (Beirut: Dar
al-Fikr, 1960), 3 dan 5. Bandingkan dengan Ibn Taymiyah, al-Siyasah al-Syar’iyah (Kairo: Dar al-Sha’ab, 1980), 138-139 dan Abu Ya’la al-Farra’, Ahkam al-Sulthaniyah (Kairo: Mushtafa Bab al-Halabi, 1963), 19.
125 Al-Mawardi, Ahkam al-Sulthaniyah, 5 dan 48.
Berdasarkan ayat di atas, bagi al-Mawardi, 126 pemerintah memiliki kekuasaan dan wewenang dalam pengelolaan keuangan publik, antara lain menjaga keamaaan masyarakat sehingga manusia dapat hidup tenang dan bepergian dengan aman, tanpa takut mengalami penipuan dan ancaman atas diri dan hartanya; menarik fay’ dan memungut zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam secara jelas berdasarkan nash dan ijtihad; dan menentukan gaji dan besarnya pemberian kepada rakyat dan pihak
yang mempunyai bagian dari bayt al-mal secara adil. Sedangkan menurut Ziauddin Ahmed, et al, 127 tujuan kebijakan sosio-
ekonomi bagi suatu negara adalah keadilan dan persamaan, pemenuhan kebutuhan sosio-ekonomi masyarakat atau kesejahteraan sosio-ekonomi
(socio-economic welfare), pemanfaatan sumber-sumber ekonomi masyarakat atau pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian lingkungan budaya pada
masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, keuangan negara yang dikelola oleh negara untuk kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, pemerintah tidak dapat berperan dengan baik tanpa dukungan dari sektor swasta dalam mengelola sumber-sumber ekonomi. Adanya peran pemerintah dan sektor swasta yang bersama-sama melakukan pembangunan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.