Keuangan Publik pada Masa Modern

4. Keuangan Publik pada Masa Modern

Untuk memahami keuangan publik pada masa modern dan keterkaitannya dengan keuangan publik dalam Islam, akan diuraikan lebih dulu ruang lingkup dan basis metodologi yang berkembang pada disiplin ilmu ini. Hal ini dilakukan untuk merumuskan ide-ide al-Mawardi, khususnya istilah teknis dan realitas keuangan publik yang berkembang dalam lintasan sejarah.

a. Ruang Lingkup Keuangan Publik

Keuangan publik merupakan cabang ilmu ekonomi yang mengkaji persoalan pajak dan aktivitas pembelanjaan pemerintah. 263 Istilah

public finance merupakan nama yang kurang tepat mengingat isu- isu fundamentalnya termasuk aspek non-finansial, yang berhubungan dengan uang (money). Meskipun demikian, masalah utama berhubungan dengan penggunaan sumber-sumber yang riil. Untuk alasan ini, beberapa praktisi ekonomi menggunakan label ekonomi sektor publik (public sector economics), atau diringkas dengan ekonomi publik (public economics) saja. Public finance mencakup analisis positif dan normatif. Analisis positif mengungkap isu-isu tentang sebab dan akibat, misalnya penerapan pajak oleh pemerintah kepada masyarakat, sedangkan analisis normatif terkait dengan isu-isu bersifat etis, misalnya pajak pendapatan atau konsumsi mengandung nilai keadilan atau tidak.

Adapun keuangan publik modern memfokuskan pada fungsi mikroekonomi pemerintah, bagaimana pemerintah membuat kebijakan dan mengalokasikan sumber-sumber serta melakukan distribusi pendapatan. Pada bagian yang luas, fungsi makroekonomi pemerintah antara lain menerapkan pajak, melakukan pembelanjaan publik, dan membuat kebijakan moneter yang dapat mengurangi tingkat pengangguran dan harga dalam kehidupan masyarakat.

263 Harvey S. Rosen, “Public Finance: Essay for the Encyclopedia of Public Choice”, CEPS Working Paper No. 80 (Maret 2002), 1.

Dengan demikian, ruang lingkup keuangan publik mencakup 264 pembelanjaan publik (public expenditure) terdiri dari barang publik (public goods), ekternalitas (externalities), asuransi sosial (social insurance), redistribusi pendapatan (income redistribution); teori pajak (theory of taxation) yang meliputi pajak insidental (tax incidence), kelebihan beban (excess burden), pajak optimum (optimal taxion); pendapatan publik (public revenues) yang mencakup pajak pendapatan (income tax), pajak pendapatan perusahaan (coorporation income tax), pajak konsumsi (consumption taxes), pajak kesehatan (wealth taxes), defisit keuangan (deficit finance); federalisme fiskal (fiscal federalism); dan keuangan publik dan pilihan publik (public finance and public choice)

b. Basis Metodologi Keuangan Publik

Mainstream teori ekonomi memberikan kerangka kerja tentang keuangan publik. Tentu saja kerangka ini tidak dapat digunakan untuk memahami public finance hanya pada wilayah mikroekonomi. Menurut F.M.

Bator, 265 sebagaimana kasus pada cabang-cabang lain dari ilmu ekonomi, pendekatan normatif atas public finance merujuk pada konsep ekonomi

kesejahteraan (welfare economics), suatu teori ekonomi yang memusatkan pada kebutuhan sosial dari alternatif ekonomi negara. Konsep ekonomi kesejahteraan menekankan pada kondisi dengan alokasi sumber-sumber

ekonomi yang disebut dengan optimalitas Pareto atau efisiensi Pareto, 266 suatu pengalokasian sumber daya yang efisien untuk meningkatkan

kemakmuran seseorang dan tidak menyebabkan orang lain menjadi lebih buruk secara ekonomi.

Efisiensi Pareto merupakan kriteria normatif yang cukup rasional, jika alokasi sumber daya yang tidak efisien berupa “pemborosan” dirasakan dapat membuat seseorang lebih baik tanpa melukai orang lain. Kesimpulan teori ekonomi kesejahteraan ini dapat diterima jika dua asumsi berikut terpenuhi, kemudian pelaku ekonomi akan menerima kondisi efisiensi Pareto dengan alokasi sumber daya tanpa intervensi pemerintah. Asumsi tersebut meliputi seluruh pelaku produksi dan konsumsi merupakan kompetitor sempurna,

264 Ruang lingkup atau materi yang dibahas dalam public finance cukup beragam. Lebih lanjut dapat dilihat

misalnya baca A.C. Pigau, a Study in Public Finance (London: Macmillan, 1928), R. A. Musgrave, the Theory of Public Finance (New York: McGraw-Hill, 1959), A.B. Atkinson and Joseph E. Stiglitz, Lectures

on Public Economics (New York: McGraw-Hill, Inc, 1980). 265 Bator, F.M., “The Simple Analytics of Welfare Maximization,” American Economic Review vol. 47 (March

1957), 22-59. Baca pula Richard A. Musgrave & Peggy B. Musgrave, Public Finance in Theory and Practice (New York: McGraw-Hill, Inc., 1989), 4.

266 Vilfredo Pareto (1848-1923) adalah orang pertama yang mengembangkan secara sistematis teori tentang

efisiensi ekonomi. Ia memperoleh pendidikan di Italia dalam bidnag teknik, bekerja di jawatan kereta api dan memegang posisi dalam manajemen industri sampai tahun 1892. Ia mempelajari ekonomi secara mendalam dan menggantikan posisi Leon Walras tahun 1923, seorang ahli ekonomi University of Lausanne. Ia meninggal di Swiss dan membuat tulisan-tulisan ekonomi dan sosiologi.

dengan catatan salah satunya tidak menguasai pasar; dan suatu pasar menjadi tempat bagi arus komoditi. Dalam suatu keadaan, hasil formalisasi ini merupakan cara pandang lama ketika hal ini muncul untuk menyediakan barang-barang dan pelayanan (providing goods and services), kebebasan

sistem perusahaan yang cukup produktif. 267 Dukungan atas kondisi tersebut menunjukkan terpenuhinya dua asumsi

yang disyaratkan. Jika demikian, apakah pemerintah memiliki peran dalam mengatur ekonomi ? Hanya sedikit pemerintahan yang menjaga hak-hak kepemilikan dan menetapkan hukum serta aturan. Namun demikian, jika suatu alokasi sumber daya merupakan efisiensi Pareto, hal ini belum tentu terpenuhi secara sosial. Masyarakat mungkin akan melakukan perdagangan

secara efisien dengan mencapai distribusi yang merata atas sumber-sumber daya bagi para anggotanya. Kemudian, jika kegiatan ekonomi mencapai

efisiensi Pareto, intervensi pemerintah dibutuhkan untuk mengatur distribusi yang merata atas pendapatan yang diperoleh.

Kenyataannya, dunia ekonomi yang nyata tidak dapat memenuhi dua asumsi yang menjadi syarat tercapainya efisiensi Pareto. Asumsi pertama

akan dilanggar ketika perusahaan-perusahaan memiliki kekuatan pasar dan meningkatkan harga di atas tingkat kompetitif. Monopoli merupakan contoh yang ekstrim. Isu-isu yang diasosiasikan dengan kekuatan pasar secara umum terjadi pada berbagai organisasi produksi, buka pada keuangan publik. Adapun asumsi kedua akan dilanggar ketika pasar menyediakan komoditi yang tidak penting.

Akhirnya, jika pasar sebagai tempat komoditas tidak eksis, kita akan berusaha menciptakan pasar untuk fungsi alokasi yang efisien. Sebagai

contoh, udara dibutuhkan oleh manusia dan tidak dimikili oleh pelaku pasar. Akibatnya, individu-individu dapat menggunakan pembersih udara dengan harga nol. Sumber daya khusus ini tidak dapat digunakan secara efisien. Bentuk-bentuk pasar yang tidak memiliki eksistensi muncul pada beragam situasi; di mana setiap sesuatu berpotensi yang menyebabkan pemerintah melakukan intervensi dan menciptakan kesejahteraan. Akibatnya, kegagalan pasar menimbulkan pentingnya agenda keuangan publik.

c. Problem Keuangan Publik

Dalam perkembangan keuangan publik ditandai dengan adanya studi atas peran pemerintah dalam perekonomian. Dalam hal ini, sejauhmana campur tangan pemerintah dalam mengatur ekonomi pasar (market economy). Pemusatan kegiatan ekonomi oleh pemerintah, dan sebaliknya, kebebasan ekonomi oleh pelaku pasar dengan mengecilkan peran pemerintah menyebabkan kondisi ekonomi yang berdampak pada problem kesejahteraan

267 Harvey S. Rosen, “Public Finance: Essay for the Encyclopedia of Public Choice”, 2.

masyarakat. Karena itu, kesejahteraan masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah menjadi persoalan utama dalam pengelolaan keuangan publik atau ekonomi sektor publik. Persoalan lainnya muncul akibat tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Pertama, keadilan (equity) dalam ekonomi. Pola efisien yang bertujuan pasar dari kegiatan ekonomi belum tentu dianggap pola yang adil oleh

masyarakat. Kapitalisme mengarah pada kepemilikan sebesal-besarnya atas modal dan alat-alat produksi, sementara masyarakat lain seperti pekerja berada dalam kondisi miskin. Dengan kata lain, orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin terpuruk ekonominya.

Kedua, adanya barang-barang umum (public goods) yang tidak disediakan oleh ekonomi pasar sektor swasta. Barang ini memiliki sifat pokok bahwa apabila tersedia, maka tersedia secara merata bagi semua orang. Karena semua orang mengambil manfaat atas barang ini, sehingga tidak dapat diproduksi dan dijual atas dasar keuntungan, kecuali pemerintah memberikan fasilitas atas barang ini.

Ketiga, kegiatan produksi dari perusahaan dan kegiatan konsumsi dari perorangan memiliki saling ketergantungan. Karena itu ada faktor luar yang

harus berperan di dalamnya yang disebut eksternalitas, melalui campur tangan pemerintah.

Keempat, banyak kegiatan yang diproduksi melalui kompetisi dan efisiensi dapat terpenuhi bila disediakan oleh suatu usaha saja, seperti subsidi pemerintah yang menjamin efisiensi ekonomi dan pembatasan ketidakadilan pendapatan.

Kelima, fungsi ekonomi pasar tidak selamanya mampu menciptakan stAbi>litas, karena muncul pergeseran yang tidak diduga dalam permintaan

keseluruhan (agregat demand) yang menyebabkan inflasi atau resesi ekonomi.

Keenam, tingkat pembentukan modal tidak mencapai standar yang ditetapkan untuk memenuhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah untuk melakukan perubahan

paramater yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Jika kenyataan di atas menjadi latar belakang perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pengelolaan keuangan publik mutlak diperlukan agar pemerintah dapat melaksanakan fungsinya secara tepat dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63