Metode Politik Kelompok Moderat Aktif

B.3. Metode Politik Kelompok Moderat Aktif

1. Media yang Digunakan

Kelompok ini selain sebagai akademisi atau ilmuwan di universitas mereka juga aktif berperang wacana dalam perdebatan politik atau issue kontemporer. Kelompok ini tidak puas dengan situasi dan kondisi dan tidak lantas frustasi tapi mencari jejak dan hal-hal baru yang bisa dijadikan alat analisi untuk kemudian menuliskannya dalam media internal MD atau media nasional seperti Kompas dan juga penerbitan buku. Kemam- puan menulis ini dianggap mampu menggerakan komunitas dan pera- daban yang sering menjadi terma dalam hasanah MD.

2. Pengaruh terhadap Keputusan Organisasi

Ahmad Syafii Maarif (ASM), menurut hemat penulis dalam pemikiran dan tindakan politk berada diantara jalur Kultural dan struktural (Mudzakkir, 2010). Sedangkan dalam klasifikasi penulis ASM masuk sebagai kelompok mederat aktif yang selalu mempunyai prinsip dan referensi historis sebagaimana background keilmuwannya. Memang diakui kadang juga ’nekad’ menjadi tukang kritik dan menjadi partisan politik. Kelompok ini kadang menjauhi ranah politik praktis dan seringkali menghimpitkan diri dalam persoalan politik praktis seperti; Pertama, dalam perumusan Khittah Denpasar 2002, pleno PP yang mengarahkan dukungan MD kepada MAR. Kedua, dalam upaya mempromosikan kandidat JK-Win pada pemilu 2009 yang mengundang kontroversi karena Buya Syafii dianggap akan lebih baik berada di luar barisan elite yang terjungkal dalam politik praktis. Banyak orang menyayangkan sebab kasihan buya lantaran ’kotornya’ dunia politik praktis di negeri ini, buya memang sering ditempatkan sebagai guru bangsa, guru kemanusiaan (kadang dibaca kelompok MD konservatif sebagai tokoh liberal atau lebih jauh lagi sepilis).

3. Hubungan dengan Partai Politik

Meski ada nada pesimisme lantaran liberalisasi politik kitu juga berdampak serius pada kondisi internal MD. Ribuan kali penegasan MD

kepada MD dan kontribusinya tidak banyak bahkan bertentangan dengan paradigma MD, misalnya kasus BOS dan BLT. Pertemuan di BLK Panti Asuhan Yatim Aisyiyah Jl. Agus Salim Yogyakarta.

Polit ik Elit e Muhammadiyah

tidak berpolitik praktis tidak menyurutkan langkah elite-elite MD untuk terus berinteraksi politik dan menghimpitkan MD dalam politik sejak pendirinya HA Dahlan yang menjadi anggota Partai Politik, lalu zaman Orde Lama di Masyumi dan Parmusi, serta PAN dan PMB dan dukungan kepada capres tertentu. Tabiat ini sudah disinyalir oleh G.H.Bousquet, orientalis Prancis, “Memang betul bahwa MD tidak campur tangan dalam

politik, tetapi anggota-anggotanya terlibat.” 72 Walau demikian kelompok ini tetap tidak terlalu tertarik untuk masuk dan asik di dunia politik praktis. Sikap moderat bagi kelompok ini akan jauh lebih baik dalam rangkah menjaga peran dan identitas MD sebagai organisasi dakwah dan kader bangsa.

Ada benarnya pendapat bahwa Ormas tidak mungkin 100% terlepas dari pertikaian politik yang bernama proses pemilu ini mungkin ada banyak kebenarannya. Bahkan dibanyak organisasi mendadak membuat pernyataan politik menjelang detik-detik pemilu, termasuk di tubuh MD. Salah satu dokumen penting MD yang dirumuskan dalam sidang Tanwir (sidang tertinggi di bawah Muktamar) di Denpasar pada tahun 2002 adalah menghasilkan khittah perjuangan dalam dalam kehidupan bernegara (politik). Salah satu alenia berbunyi sebagai berikut:

“Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau kekuatan- kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan- kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pember ­da­yaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepentingan (interest groups ).” 73

72 Ahmad Syafii Maarif dalam tulisan ‘Potret Politik Muhammadiyah’ dalam pengantar buku,’ Syarifudin Jurdi yang berjudul Muhammadiyah dalam Dinamika Politik 1966-2006

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hlm.vii 73 Sumber: Berita Resmi Muhammadiyah, Keputusan Sidang Tanwir Muhammadiyah

2002 di Denpasar-Bali. Tanwir merupakan permusyawaratan tertinggi di bawah Muktamar dan di atas Musyawarah Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.

David Efendi

Dengan demikian MD berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar seba- gaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian, keya ­kinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan “Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur ”. Haedar Nashir berpendapat yang serupa bahwa peran MD bisa dijalankan tanpa terjun langsung dalam politik kekuasaan (partai politik), jalur non politik masih terbuka lebar. 74

Ini merupakan salah satu alasan mendasar mengapa MD berani peras keringat, banting tulang untuk memenangkan MAR sebagai calon presiden pada pemilu 2004 yang lalu. Keputusan organisasi ini ditafsirkan menjadi banyak pengertian oleh kelompok warga MD. Beberapa golongan MD ada yang menanggapi dengan sinis mengenai rumusan politik untuk melegitimasi tindakan MD dalam panggung politik.

4. Respon terhadap Pemilu 2009

Mengenai dukungan ASM ke JK mempunyai latar belakang yang panjang dan sudah terjalin kedekatan personal semenjak kasus BP (Bank Persyarikatan) yang terancam dibubarkan lantaran ada kejahatan di dalamnya, semacam korupsi atau perampokan uang MD yang jumlahnya miliaran rupiah. JK-lah orang yang menyelamatkan muka ASM dan juga perekonomian MD. 75

Kontroversi itu dimulai dari sebuah opini pribadi “mengapa beliau mempromosikan JK dalam Pilpres 2009?” yang dimuat Kompas pada

74 High politics berarti tidak menjadi partai politik atau bagian partai politik sedangkan low politics dianggap sebagai perbuatan politik praktis kepartaian. Definisi high politics

ditafsirkan beragam di kalangan MD. Haedar Nashir dalam makalah Seminar, “Khittah Muhammadiyah dan Peran Politik di Indonesia”, 22 April 2009.

75 Kisah BP dan JK ini diuraikan secara detail pada buku autobiografi ASM, Titik-titik Kisar kehidupanku, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2005), hlm.

Polit ik Elit e Muhammadiyah

tanggal 25 Juli 2009. Menarik mengkritisi pernyataan Buya ASM terutama persinggungannya dengan MAR sebagai salah satu kontestan Pilpres 2004 lalu. 76

Dalam pemaparannya, ASM membeberkan apa yang disebutnya “rahasia” dapur politik pribadinya. Buya menyebut nama MAR yang pernah didukungnya pada putaran pertama Pilpres 2004 ternyata kandas dan Buya merasa tak sedap dengannya. Pernyataan ini dinilai pengamat (mungkin pendukung MAR) kehilangan konteks dan relevansi, tidak me- nambah bobot pernyataannya, dan sebaliknya malah justru dapat merusak hubungan silaturahmi dan kebersamaan dalam keluarga besar persya- rikatan MD sendiri. Cara “buka-bukaan” atau “blak-blakan” gaya ASM dianggap bukan gaya khas orang Timur, tetapi lebih sebagai sekadar justifikasi terhadap apa yang diyakini ASM sebagai upaya memperjuangkan

dan menyehatkan kultur demokrasi. 77 Beberapa fakta mengenai kiprah politik ASM antara lain perlu dicermati sebagai analisa. Pertama, pada Pilpres 2004, Buya Syafii pernah mengatakan bahwa “Muhammadiyah netral, boleh memilih siapa saja”. Tetapi dalam Pilpres Putaran II, Buya Syafii berkampanye untuk pasangan SBY-JK di Aceh. Semua keluarga Muhammadiyah di Aceh mengetahuinya dan menjadi saksinya. Kedua, salah satu statemen yang disukai Buya Syafii berbunyi, “Muhammadiyah adalah tenda besar, tidak boleh berpolitik”. Tetapi buya sendiri malah menjadi pimpinan atau anggota Baitul Muslimin PDIP, sebuah lembaga politik yang dianggap sebagai sayap dakwahnya. Ketiga, pada Pilpres 2009, beliau terang-terangan mendukung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-WIN). Alasannya, karena ingin melihat Indonesia menjadi lebih baik.

76 Robby H. Abror, wacana, Di Balik Dapur Politik Syafii Maarif, Suara Merdeka, Jum’at, 31 Juli 2009.

77 Tetapi kalau dalam kamus politiknya, Buya Syafii memang sengaja menerapkan demitologisasi politik tabu, maka dalam konteks ini fakta tentang Buya agaknya perlu

juga untuk disingkapkan agar tersampaikan pesan-pesan keterbukaan (baca: “buka- bukaan”) yang fair, dan dapat juga dimaknai sebagai wahana saling menyapa di muka umum atau sekadar wacana tanding, Robby H. Abror, wacana, Di Balik Dapur Politik Syafii Maarif, Suara Merdeka, Jum’at, 31 Juli 2009

David Efendi

Sekian tahun lalu, manuver gaya politik ASM seperti di atas mungkin masih dianggap layak. Tetapi sekarang, ketika masyarakat makin melek politik, mereka menjadi lebih mengetahui bahwa dengan gembar-gembor netral politik seperti itu menunjukkan bahwa sebenarnya Buya Syafii sedang bermain api politik. Dengan langkah politiknya, orang bilang, “kasihan Muhammadiyah, juga kasihan buya”, tapi bagi pendukung pemikiran ASM akan mengatakan, demi MD, demi perubahan Bangsa yang lebih baik! ASM menegasikan harga dirinya untuk kepentingan yang diyakininya jauh lebih substansial.