Aspek Hukum Ketenagakerjaan

C. Aspek Hukum Ketenagakerjaan

Pada pokoknya hubungan antara Franchisor dengan Franchisee yang didasarkan pada suatu perjanjian yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu sesuai perjanjian, merupakan hubungan bisnis yang tunduk pada KUH Dagang dan KUH Perdata. Namun demikian, seperti diketahui bahwa pembukaan bisnis franchise ini umumnya membutuhkan atau mempekerjakan tenaga kerja, maka dalam hal ini timbul aspek-aspek hukum ketenagakerjaan dalam sistem bisnis franchise tersebut.

Hubungan antara Franchisee (pemegang franchise) dengan tenaga kerjanya merupakan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang diatur dalam perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sesuai ketentuan syarat-syarat kerja yang berlaku. Dalam hal ini, pihak Franchisee dapat dianggap sebagai unsur pimpinan perusahaan atau pengusaha, sedangkan usaha franchisenya dapat dianggap sebagai perusahaan sebagaimana layaknya suatu perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja.

Seperti telah dikemukakan dalam bahasan mengenai perjanjian franchise, di mana perjanjian franchise dilakukan untuk jangka waktu tertentu, maka jangka waktu tertentu di mana pihak Franchisee mempunyai hak atas apa yang diperjanjikan dengan pihak Franchisor tersebut akan mempengaruhi bentuk hubungan ketenagakerjaan antara pihak Franchisee dengan tenaga kerjanya. Hubungan ketenagakerjaan yang timbul dari sistem franchise ini tentunya juga terbatas pada sejauh mana jangka waktu perjanjian franchise antara pihak Franchisee dengan pihak Franchisor.

Oleh karena hubungan kerja antara Franchisee dengan tenaga kerja dilakukan mengikuti jangka waktu perjanjian franchise, maka hubungan kerja yang timbul tersebut pada dasarnya merupakan hubungan kerja waktu tertentu, di mana hubungan kerja ini telah diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Di samping itu, hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan kerja ini tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum ketenagakerjaan pada umumnya.

Kesepakatan kerja waktu tertentu sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja tersebut di atas adalah suatu bentuk perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha, untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Kesepakatan kerja ini dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia sebanyak tiga rangkap masing-masing untuk pekerja, pengusaha, dan kantor DEPNAKER setempat untuk didaftar. Pelaksanaan kesepakatan kerja waktu tertentu ini tidak boleh dipersyaratkan adanya masa percobaan. Apabila dalam kesepakatan tersebut tercantum adanya masa percobaan, maka masa percobaan tersebut menjadi batal karena hukum.

Syarat-syarat kerja yang dimuat dalam kesepakatan kerja waktu tertentu isinya tidak boleh lebih rendah dari syarat-syarat kerja yang termuat dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku di perusahaan bersangkutan. Jika isi kesepakatan kerja waktu tertentu lebih rendah dari Peraturan Perusahaan atau KKB, maka yang berlaku adalah isi dalam Peraturan Perusahaan atau PKB.

Dengan adanya ketentuan yang mengatur masalah kesepakatan kerja waktu tertentu, dikaitkan dengan adanya jangka waktu berlakunya perjanjian franchise, maka menurut hemat penulis hubungan kerja antara pekerja

(tenaga kerja) dengan pengusaha (pihak franchisee) dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/M EN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu.

Walaupun di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja tersebut di atas mensyaratkan adanya waktu tertentu, yaitu diadakan paling lama 2 (dua) tahun, dan hanya dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama dalam waktu yang sama, serta dapat diperbaharui setelah berakhirnya kesepakatan kerja yang lama, maka dalam hal perusahaan franchise, sebagaimana diketahui jangka waktu perjanjian yang pada umumnya masa berlakunya perjanjian antara 5 sampai 10 tahun, dalam hal ini kita dapat melakukan analog! prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/M EN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu tersebut.

Di samping itu, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan yang telah ada selama ini dapat dijadikan dasar bagi hubungan ketenagakerjaan dalam suatu perusahaan franchise, misalnya masalah pembinaan keahlian dan kejuruan yang diatur di dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.