Pendirian Anak Perusahaan Transnasional di Indonesia

B. Pendirian Anak Perusahaan Transnasional di Indonesia

Berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, diatur secara tegas

bahwa: ―Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang ‖. Dalam hal terdapat unsur asing baik sebagian ataupun seluruhnya, maka Perseroan Terbatas tersebut harus berbentu PT. PMA (Penanaman Modal Asing). Suatu PT biasa yang dalam perkembangannya memasukkan pemodal baru yang berstatus asing (baik itu perorangan maupun badan hukum) maka PT tersebut juga harus merubah statusnya menjadi PT. PMA.

Perusahaan Transnasional sebagaimana telah dijelaskan adalah suatu perusahaan yang didirikan disuatu negara (home country) dan dalam melaksanakan kegiatannya melintasi batas yurisdiksi negara dimana perusahaan tersebut pertama kali didirikan untuk melakukan kegiatan usahanya di wilayah yurisdiksi negara lain (host country). Dengan mendasarkan pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, maka kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan transnasional di Indonesia dapat dilakukan dengan membentuk badan hukum baru dalam bentuk Perseroan Terbatas yang berstatus PMA, atau perusahaan transnasional tersebut dapat melakukan penyertaan saham atau mengambilalih sebagian saham pada perusahaan Nasonal yang ada di Indonesia.

Secara umum, syarat-syarat dan tahapan-tahapan untuk mendirikan PT. PMA yang baru dalam rangka penaman modal asing adalah sebagai berikut:

 Pengajuan Ijin Sementara untuk pendirian PT. PMA melalui BPKM, dengan menyampaikan identitas perusahaan yang akan didirikan, yang meliputi:

 Nama Perusahaan  Kota sebagai tempat domisili usaha;  Jumlah Modal;  Nama pemegang saham dan presentase modal;  Susunan Direksi dan Komisaris

 Pengajuan permohonan tersebut harus mengisi surat permohonan (Investment Application Under the Foreign Investment Law) dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

 Pendiri (Pemegang Saham) asing;  Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau

bahasa Inggris berikut seluruh perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan/pemberitahuannya;

 Copy passport yang masih berlaku dari pemegang saham individual.  NPWP Perusahaan;  Pendiri (Pemegang Saham) Indonesia;  KTP untuk individual;  NPWP pribadi;  Flowchart proses produksi dan bahan baku (raw materials) yang

dibutuhkan untuk proses industri tersebut;  Descripsi/explanation untuk proses kelangsungan bisnis;  Asli surat kuasa (dalam hal pendiri diwakili oleh orang/pihak lain);  Kelengkapan data lain yang dibutuhkan oleh Departemen terkait

(bila ada) dan dinyatakan dalam ―Technical guidance’s book on investment implementation‖;  Untuk sector tertentu, contohnya sector pertambangan yang melakukan kegiatan ekstraksi, sektor energi, perkebunan kelapa sawit dan perikanan, membutuhkan Surat Rekomendasi dari Departemen teknis terkait;

 Perjanjian kerja sama (bisa berupa Joint Venture, Joint Operation, MOU,

dll) antara

pengusaha

kecil

dan pengusaha dan pengusaha

 Surat Pernyataan dari perusahaan kecil yang memenuhi kriteria sebagai Perusahaan Kecil berdasarkan Peraturan No. 9/1995.

 Setelah berkas lengkap, ijin baru dapat diproses di BKPM, dimana Ijin BKPM tersebut berlaku sebagaimana halnya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada PT biasa;

 Setelah Ijin dari BKPM terbit, maka proses pendirian PT. PMA dapat dilakukan. dengan catatan, nama PT. sudah bisa digunakan/memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan HAM;

 Pengurusan Domisili dan NPWP atas nama PT. yang bersangkutan, NPWP yang dibuat untuk PT. PMA harus NPWP khusus PT. PMA (Catatan: Pada saat ini dapat sekalian mengurus Surat PKP (Pengusaha Kena Pajak) pada KPP khusus PMA tersebut, dan nantinya akan dilakukan survey/tinjau lokasi perusahaan), karena ada survei dari Kantor Pajak setempat di lokasi usaha;

 Pembukaan rekening atas nama Perseroan dan menyetorkan modal saham dalam bentuk uang tunai ke kas Perseroan. Bukti setornya diserahkan kepada Notaris untuk kelengkapan permohonan pengesahan pada Kementerian Hukum dan HAM RI;

 Pengajuan pengesahan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI di Jakarta;  Setelah terbit pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM RI, selanjutnya dapat diurus Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Wajib Daftar perusahaan (WDP)-nya;

 Setelah semua selesai, selanjutnya pengurusan untuk dimuat dalam Berita Negara.

Setelah semua prosedur dilewati, maka harus dilanjutkan dengan jenis usahanya. Apabila merupakan industri, maka harus diurus Ijin Lokasi, Undang-Undang gangguan (HO)-nya, dan Surat Ijin Usaha Industri. Dalam hal perusahaan tersebut akan memasukkan mesin-mesin

pabrik, maka terdapat pemberian subsidi atau keringanan pajak bea masuk atas mesin-mesin tersebut. Untuk itu, PT. PMA tersebut harus mengurus ijin lagi di BKPM, yaitu Masterlist dan APIS. Pada saat mesin akan masuk, maka harus mengurus lagi dokumen berupa surat bebas bea masuknya pada KPP PT. PMA y ang disebut ―SKBPPN‖ dan dilanjutkan dengan ijin dari Bea Cukai berupa Surat Registrasi Produsen (SRP) atau Surat Registrasi Importir (SRI). Setelah perusahaan berjalan beberapa waktu, maka akan dilanjutkan dengan pengurusan Ijin Usaha Tetap (IUT) pada BKPM.