BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan sistem pemerintahan dari sistem terpusat menjadi sistem otonomi daerah telah memberi dampak yang besar pada sistem penyelenggaraan
pemerintahan dan ruang lingkup kinerja. Hal ini juga memberi dampak pada pengaturan sistem keuangan pemerintah di daerah. Otonomi daerah menuntut
pemerintahan daerah untuk lebih memberikan pelayanan publik yang didasarkan asas-asas pelayanan publik yang meliputi: transparansi, akuntabilitas, kondisional,
partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban demi tercapainya “good goverment”.
Pengendalian internal merupakan alat bantu yang diharapkan dapat membantu manajemen menjaga harta milik perusahaan, menguji ketelitian dan
kebenaran data akurat, meningkatkan efisiensi operasi dan ketaatan atas kebijakan yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik
terhadap struktur organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan fungsi operasional, fungsi penyimpanan dan fungsi pencatatan.
Pada umumnya, untuk mencapai hal tersebut diperlukan pengembangan sistem penyelenggaraan pemerintah dan memanfaatkan kemajuan tekhnologi
informasi dan ilmu pengetahuan dengan tersedianya data dan informasi pada instansi pemerintah yang dapat dianalisis dan dimanfaatkan secara cepat, akurat
dan aman. Salah satunya yakni sistem akuntansi sektor publik dimana akuntansi 1
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan merupakan salah satu bagiannya. Selama ini sistem akuntansi sektor publik mulai mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan sistem
pemerintahan tersebut. Pembangunan yang sedang dilaksanakan di negara kita saat ini untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur tentunya memerlukan sumber pembiayaan yang tidak sedikit baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakekatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan
secara akuntabel dan transparan, baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada pemerintah pusat yang telah membagikan dana perimbangan kepada
seluruh daerah di Indonesia. Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini,
ditandai dengan perubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan
keuangannya. Sebelum bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintahan Daerah hanya berupa
Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA Manual Administrasi
Keuangan Daerah yang diberlakukan sejak tahun 1981. Sejak bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan
yang harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan Arus kas dan Neraca Daerah. Kewajiban
untuk menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001, tetapi hingga saat ini pemerintah daerah masih belum memiliki standar
2
Universitas Sumatera Utara
akuntansi pemerintahan yang menjadi acuan di dalam membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya.
Kas diakui sebesar nilai nominal dari uang tunai atau yang dapat dipersamakan dengan uang tunai, serta rekening giro di bank yang tidak dibatasi
penggunaannya. Perubahan kas dipengaruhi oleh dua aktivitas yaitu: penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas meliputi transaksi-transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya saldo kas tunai dan atau rekening bank milik entitas pemerintah daerah, baik yang berasal dari pendapatan tunai, penerimaan
piutang, penerimaan transfer, penerimaan pinjaman, maupun penerimaan lainnya. Kas sifatnya yang paling likuid diantara komponen aktiva lainnya, maka
kas mudah langsung dapat digunakan dan sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan. Sifat-sifat ini menjadikan kas sering disalahgunakan dan
merupakan objek penyelewengan yang akhirnya akan mengganggu stabilitas perusahaan dan akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan, maka sangat
penting dibuatkan suatu perlindungan terhadap kas dalam aktivitas perusahaan. Perusahaan Daerah Pasar PD Pasar Kota Medan merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2001 tentang pembentukan Daerah Pasar Kota Medan
yang bergerak dibidang penataan pasar. Adapun Kantor yang dijadikan kantor PD. Pasar Kota Medan, Jl. Razak Baru No. 1-A Pasar Petisah Lt. III Medan.
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan mempunyai pasar di Kota Medan sebanyak 56 pasar yang berada di 22 kecamatan dengan luas 172.510.35 m
2
dengan jumlah kios sebanyak 8.795 stand sebanyak 8.409 dan toko sebanyak 63 unit dengan
3
Universitas Sumatera Utara
jumlah pedagang ±22.922 orang. Dimana mempunyai visi dan misi serta tujuan yang ingin di capai.
Sebagai suatu Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah pasti mempunyai kas.. Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan
akuntansi atas penerimaan kas. Maka dari itu PD Pasar Medan memerlukan adanya sistem pengendalian intern terhadap Penerimaan kas yang efektif.
Pengendalian internal terhadap penerimaan kas sangat penting bagi perusahaan. Besarnya pengaruh kas terhadap perkembangan perusahaan dan mudahnya kas
disalahgunakan oleh karyawan, hal-hal inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti dan membahas pengendalian internal penerimaan kas, maka saya
memilih judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas Pada Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan”
1.2. Perumusan Masalah