jumlah pedagang ±22.922 orang. Dimana mempunyai visi dan misi serta tujuan yang ingin di capai.
Sebagai suatu Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah pasti mempunyai kas.. Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan
akuntansi atas penerimaan kas. Maka dari itu PD Pasar Medan memerlukan adanya sistem pengendalian intern terhadap Penerimaan kas yang efektif.
Pengendalian internal terhadap penerimaan kas sangat penting bagi perusahaan. Besarnya pengaruh kas terhadap perkembangan perusahaan dan mudahnya kas
disalahgunakan oleh karyawan, hal-hal inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti dan membahas pengendalian internal penerimaan kas, maka saya
memilih judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas Pada Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan”
1.2. Perumusan Masalah
Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penelitian sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
penulisan skripsi ini adalah: Apakah penerapan sistem pengendalian internal atas penerimaan kas di PD Pasar telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui sejauh mana penerapan sistem
pengendalian internal atas penerimaan kas pada PD Pasar Kota Medan apakah telah mencapai tujuan yang diharapkan.
1.4. Manfaat Penelitian
4
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal: 1.4.1.
Bagi Perusahaan: Sebagai informasi bagi pihak perusahaan untuk mengetahui aktivitas pengendalian internal yang dilakukan, sebagai
informasi tambahan bagi pihak perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap aktivitas pengendalian internal perusahaan
khususnya terhadap hal-hal yang menyangkut penerimaaan kas. 1.4.2.
Bagi Penulis: Untuk mengetahui dan memperoleh informasi perlunya sistem pengendalian internal atas penerimaan kas dalam
suatu perusahaan, sebagai bahan bagi penulis dalam memahami sistem pengendalian internal terhadap kas.
1.4.3. Bagi Fakultas: Sebagai bahan masukan bagi fakultas atas penelitian
mengenai pengendalian internal penerimaan kas, sehingga kelak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi bagi
mereka yang berniat dalam penelitian selanjutnya.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian sistem
Pada dasarnya sistem digunakan untuk menangani suatu permasalahan atau pekerjaan agar mencapai tujuan perusahaan. Dalam
melaksanakan kegiatan usahanya perusahaan memerlukan suatu sistem kerja yang teratur, agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan
pemanfaatan sumber-sumber ekonomi yang tersedia dalam perusahaan. Menurut Marshall dkk 2005 : 1 “Sistem adalah rangkaian dari dua atau
lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu”.
2.1.2. Pengertian sistem pengendalian internal
Pengertian pengendalian internal dalam arti luas dapat dibagi dua yaitu pengawasan administratif dan pengawasan akuntansi. Pengawasan
administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur- prosedur yang berhubungan dengan efisiensi usaha dan ketaatan terhadap
kebijakan pimpinan perusahaan. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan pengamanan harta milik perusahaan serta dapat dipercayanya laporan keuangan.
Pengendalian internal sangat penting dalam perkembangan operasi perusahaan, karena masalah–masalah yang timbul sangat kompleks.
Pengendalian internal yang baik dan memadai sangat diperlukan sesuai
6
Universitas Sumatera Utara
dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan zaman dan juga perkembangan dunia usaha. Istilah pengawasan internal pun mengalami
perkembangan tidak hanya untuk mengawasi kecermatan dan pembukuan, tetapi mempunyai arti luas yaitu meliputi seluruh organisasi perusahaan.
Menurut Boynton dkk 2003 : 373 meyatakan bahwa Pengendalian adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan
direksi, manajemen dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut: keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi.
Pengendalian internal merupakan suatu proses, ini berarti alat untuk mencapai suatu akhir, bukan akhir itu sendiri, pengawasan internal
terdiri dari serangkaian tindakan yang meresap dan terintegrasi dengan tidak ditambahkan kedalam infrastruktur suatu entitas. Pengendalian
internal dilaksanakan oleh orang bukan suatu dewan direksi, manajemen dan personal lainnya.
Menurut Nugroho Widjajanto 2001 : 18 menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal adalah sistem pengendalian yang
meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk: mengamankan
aktiva perusahaan, mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, meningkatkan efisiensi dan mendorong agar kebijakan
manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi. Pengertian sistem pengendalian internal diatas dapat dipahami
bahwa pengawasan internal bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan,
pemborosan dan pencurian yang dilakukan pihak didalam maupun diluar perusahaan, selain itu pengendalian internal juga harus dapat memudahkan
pelacakan kesalahan baik disengaja ataupun tidak, sehingga
7
Universitas Sumatera Utara
mempermudah prosedur audit. Pengendalian internal agar berjalan efektif memerlukan adanya pembagian tanggung jawab secara khusus tujuannya
adalah agar setiap karyawan dapat mengkonsentrasikan perhatian kepada lingkup tanggungjawabnya masing-masing sehingga tidak ada suatu fungsi
yang tidak tertangani.
2.1.3. Fungsi sistem pengendalian internal
Menurut Romney dkk 2006 : 230, menyatakan bahwa pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting meliputi:
a. Pengendalian untuk pencegahan preventive control,
Dibutuhkan untuk mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Misalnya mempekerjakan personil akuntansi
yang berkualitas tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas
aset, fasilitas dan informasi.
b. Pengendalian untuk pemeriksaan detective control,
Dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Misalnya pengendalian untuk pemeriksaan
adalah pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.
c Pengendalian korektif corrective control, Dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian
untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasikan penyebab masalah,
memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah dimasa mendatang dapat
diminimalisasikan atau dihilangkan.
2.1.4. Tujuan sistem pengendalian internal
Sedangkan Menurut Mulyadi 2001 : 163, menyatakan bahwa tujuan sistem pengendalian internal dilihat dari definisi sistem
pengendalian intern adalah: a.
Menjaga kekayaan organisasi b.
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi c.
Mendorong Efisiensi d.
Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.1.5. Prinsip-prinsip pengendalian internal
Menurut Weygant dkk 2007 : 455 “ Prinsip-prinsip pengendalian internal meliputi: pembentukan tanggung jawab, pemisahan tugas,
8
Universitas Sumatera Utara
prosedur dokumentasi, pengendalian fisik, mekanik dan elektronik, dan
verifikasi internal independent dan pengendalian lainnya”.
Menurut Weygant dkk 2007 : 455 menyatakan bahwa Berikut ini adalah penjelasan dari prinsip-prinsip pengendalian
internal : a.
Karekteristik penting dalam pengendalian internal adalah penyerahan tanggung jawab kepada karyawan tertentu.
Pengendalian akan paling efektif jika hanya seseorang yang bertanggung jawab pada sebuah pekerjaan tertentu.
b. Pemisahan tugas merupakan hal yang tak terelakan dalam
sistem pengendalian internal. Ada dua penerapan yang umum dari prinsip ini yaitu aktivitas-aktivitas terkait seharusnya
ditugaskan ke orang yang berbeda-beda dan penciptaan akuntabilitas dengan pencatatan atas asset yang seharusnya
terpisah dari penjagaan fisik asset tersebut.
c. Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi dan peristiwa
sudah terjadi. Beberapa prosedur seharusnya ditetapkan untuk dokumen yaitu dokumen seharusnya diberi nomor terlebih
dahulu prenumbered, seluruh dokumen dihitung dan penyerahan dokumen ke departemen yang benar sehingga
membantu penjaminan pencatatan transaksi tepat waktu.
d. Penggunaan pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik
adalah penting. Pengendalian fisik sangat terkait dengan perlindungan aset. Pengendalian mekanik dan elektronik juga
melindungi aset dan sebagian mempertinggi keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi.
e. Verifikasi internal independen sebagian besar pengendalian
internal memberikan verifikasi internal independen. Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan, dan rekonsilasi data yang
dibuat oleh karyawan lain. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari verifikasi internal independen perlu dilakukan:
1. Verifikasi seharusnya dilakukan setiap periodik atau
mendadak.
2. Verifikasi seharusnya dilakukan oleh seseorang yang
independen atas karyawan yang bertanggung jawab atas informasi yang terkait.
3. Perselisihan dan pengecualian seharusnya dilaporkan di
tingkat manajemen yang dapat memberikan tindakan korektif.
Diperusahaan besar, verifikasi independen sering ditugaskan kepada auditor internal. Auditor internal adalah karyawan yang
mengevaluasi secara berkesinambungan tingkat efektivitas sistem pengendalian perusahaan.
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Komponen sistem pengendalian internal
Berdasarkan COSO dalam buku Boynton 2003 : 374, menyatahkan bahwa
lima komponen model pengendalian internal yang saling berhubungan :
a. Lingkungan pengendalian control environment, menetapkan
suasana suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
menjadi pondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya, yang menyedikan disiplin dan struktur.
b. Penentuan resiko risk assessment, merupakan
pengidentifikasi dan analisis entitas mengenai resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang membentuk
suatu dasar mengenai bagaimana resiko harus dikelola.
c. Aktivitas pengendalian control activities, merupakan
kebijakan dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi information and communication,
merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang
membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya.
e. Pemantauan monitoring, merupakan suatu proses yang
menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu.
2.1.7. Pengertian kas
Kas Menurut Mulyadi 2001 : 163 adalah “Kas diartikan sebagai alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran finansial yang mempunyai sifat paling
tinggi tingkat likuiditasnya”.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan 2008 : 83 adalah “Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam
akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah. Hampir setiap transaksi dengan pihak luar
selalu mempengaruhi kas”.
10
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan kas adalah uang atau alat pertukaran yang digunakan sebagai alat pembayaran financial.
Menurut Bastian 2006 : 119 menyatakan bahwa Secara umum Prosedur kas bertujuan untuk:
a. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan
dengan perolehan mengenai kas dari pengakuan sampai proses penerimaannya.
b. Mendapatkan data atau catatan yang akurat tentang kas sesuai
dengan input dari masing-masing dinasunit kerja. c.
Mendukung pembuatan keputusan personel yang mengendalikan fungsi kas.
Kas diakui sebesar nilai nominal dari uang tunai yang dapat dipersamakan dengan uang tunai, serta rekening giro di bank yang tidak
dibatasi penggunaannya. Perubahan kas dipengaruhi oleh dua aktivitas, yaitu penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan kas meliputi transaksi-
transaksi yang mengakibatkan bertambahnya saldo kas tunai dan rekening bank milik entitas pemerintah daerah, baik yang berasal dari pendapatan
tunai, penerimaan piutang, penerimaan transfer, penerimaan pinjaman, maupun penerimaan lainnya. Penerimaan kas dicatat harian pada saat
terjadinya sebesar nilai nominal yang diterima.
2.1.8. Prosedur akuntansi penerimaan kas
Menurut Abdul Halim 2007 : 78 menyatakan bahwa Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi: serangkaian proses,
baik manual maupun komputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transakasi danatau kejadian
keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
penerimaan kas pada SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah danatau SKPKD Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
2.1.8.1. Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan
kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan
11
Universitas Sumatera Utara
Kerja Perangkat Daerah, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi SKPKD.
2.1.8.2. Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD danatau SKPKD terdiri dari:
a. Surat ketetapan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak yang dibuat oleh PPKD.
b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah SKRD, digunakan untuk menetapkan retribusi daerah atas wajib
retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran. c. Surat Tanda Bukti Penerimaan STBP, digunakan
untuk mencatat setiap penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan. d. Surat Tanda setoran STS, digunakan untuk menyetor
penerimaan daerah yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.
e. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
f. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukan adanya transfer uang masuk ke
rekening kas. g. Buku jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
12
Universitas Sumatera Utara
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas.
h. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk memosting semua
transakasi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke buku besar untuk setiap rekening
aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
i. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu. 2.1.8.3.
Penjelasan uraian prosedurnya sebagai berikut : a.
Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-
SKPD, sedangkan SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akunatnsi pada SKPKD.
b. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan
bukti transakasi penerimaan kas melakukan pencatatan kedalam jurnal penerimaan kas, disertai
rekening lawan asal penerimaan kas tersebut. c.
Bukti transaksi penerimaan kas mencakup surat tanda bukti pembayaran STBP, surat tanda setoran,
13
Universitas Sumatera Utara
bukti setoran, nota kredit, dan bukti penerimaan lainnya.
d. Fungsi akuntansi pada PPK-SKPD danatau fungsi
akuntansi pada SKPKD secara periodik atau berkala melakukan posting ke buku besar.
e. Jika dianggap perlu, fungsi akuntansi pada PPK-
SKPD danatau fungsi akuntansi pada SKPKD dapat membuat buku besar pembantu yang berfungsi
sebagai rincian buku besar dan berlaku sebagai kontrol.
f. Pencatatan kedalam jurnal penerimaan kas, buku
besar, dan buku besar pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD danatau fungsi
akuntansi pada SKPKD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku. g.
Pada akhir periode, fungsi akuntansi pada PKK- SKPD danatau fungsi akuntansi pada SKPKD
menyusun laporan keuangan.
2.1.9. Aktivitas pengendalian kas
Pengendalian terhadap kas merupakan struktur organisasi dan semua cara serta alat-alat yang dikoordinasikan, yang digunakan di dalam
perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan kas perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data mengenai kas, memajukan
14
Universitas Sumatera Utara
efisiensi dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan yang ditetapkan sebelumnya.
Berikut ini adalah penjelasan dari aktivitas pengendalian kas: 2.1.9.1. Pemisahan fungsi pemegang penerimaan kas dan
pencatatan penerimaan kas, agar tidak terjadi kecurangan atau penyelewengan dana kas dan transaksi penerimaan
kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh fungsi penyimpanan kas sejak awal sampai akhir tanpa campur
tangan dari fungsi yang lain. 2.1.9.2. Semua penerimaan kas didepositkandisimpan secara utuh
setiap hari, prosedur ini memungkinkan juga diperlukannya duplikat deposit slip yang dikirim oleh
bank atau petugas lain selain kasir kepada departemen tersendiri untuk digunakan dalam pemeriksaan.
2.1.9.3. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas menurut catatan
dan pemeriksaan internal juga dilakukan pada selang waktu yang tidak teratur.
2.1.9.4. Pengecekan secara independen untuk meneliti pembukuan sehingga dapat diuji dengan membandingkan saldo
dalam rekening buku besar umum dengan jumlah saldo- saldo dalam buku pembantu. Hal ini juga akan
mengurangi kesalahan-kesalahan dalam buku besar umum.
15
Universitas Sumatera Utara
2.1.9.5. Pelaporan kinerja untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas yang perlu dipertanggung
jawabkan. 2.1.9.6. Perencanaan dan penggunaan dokumen dan catatan yang
memadai untuk membantu pencatatan secara semestinya atas transakasi penerimaan kas yang dibuat berdasarkan
nomor urut cetak. Menurut Bastian 2006 : 124 menyatakan bahwa
Aktivitas pengendalian kas yaitu fungsi penagihanpemungutan pendapatan harus terpisah dari fungsi penyimpanan uang, aktivitas
pengendalian meliputi: a.
Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi pencatatan. b.
Jumlah kas yang diterima dari proses pendapatan harus disetor seluruhnya ke kas daerah dalam tempo 1 x 24 jam di hari yang
sama dengan saat penerimaan. c.
Perhitungan saldo kas yang ada ditangan dari fungsi kas dilakukan secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi
pengendalian internal. d.
Bukti kas keluar harus dilampiri dokumen pendukung yang lengkap dan sah.
e. Setiap pencatatan ke register bukti kas keluar harus didukung
dengan bukti kas keluar yang dilampiri dokumen pendukung yang lengkap.
f. Pengecekan secara independen terhadap posting kedalam buku
besar pembantu penerimaan kas dan buku pembantu pengeluaran kas dengan akun kontrolnya di buku besar kas.
g. Pertanggungjawaban secara periodik terhadap semua formulir
bernomor urut tercetak. h.
Panduan rekening dan tinjauan terhadap pemberian kode rekening.
Menurut Stice dan Skousen 2004 : 499 menyatakan bahwa Karakteristik dasar dari suatu sistem pengendalian internal kas
adalah: a.
Tanggung jawab yang diserahkan secara khusus untuk menangani penerimaan kas.
b. Pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas.
c. Penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari lazimnya ke
rekening bank. d.
Sistem voucher untuk mengendalikan pembayaran kas. e.
Audit internal pada selang waktu yang tidak terduga.
16
Universitas Sumatera Utara
f. Pelanggaran ganda atas kas dan pembukuan, dengan rekonsiliasi
yang dilaksanakan oleh seseorang diluar bagian akuntansi. Ada pembagian tugas dan wewenang yang jelas dalam struktur organisasi,
sehingga ada pemisahan tugas antara pemegang dana kas dan yang melakukan pencatatan, hal ini dilakukan untuk melindungi kas. Kas yang
diterima harus langsung disetorkan maksimal dalam waktu 1x24 jam di hari yang sama pada saat menerima kas. Adanya catatan ganda untuk kas
baik di bank dan pembukuan agar bisa melakukan rekonsiliasi. Pengendalian semacam ini cenderung lebih banyak diselewengkan oleh
perusahaan besar dengan banyak karyawan. Perusahaan kecil dengan beberapa karyawan umumnya mendapat kesulitan dalam memisahkan
sepenuhnya tugas-tugas akuntansi dan penanganan kas.
2.1.10. Keterbatasan sistem pengendalian internal pemerintah
Berkaitan dengan konsep dasar sistem pengendalian internal yang dipengaruhi oleh manusia sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya,
keberadaan sebuah sistem pengendalian internal tidak dimaksudkan untuk meniadakan semua peluang terjadinya kesalahan atau pelanggaran. Dengan
kata lain, tetap ada unsur keterbatasan atau kelemahan atas sistem pengendalian intern dalam organisasi tersebut, sebaik apapun sistem
pengendalian internal itu dirancang. Keterbatasan atau kelemahan tersebut meliputi:
2.1.10.1. Pertimbangan yang kurang matang Efektivitas pengendalian seringkali dibatasi oleh adanya
keterbatasan manusia dalam pengambilan keputusan. Suatu keputusan diambil oleh manajemen umumnya didasarkan pada
17
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan-pertimbangan yang antara lain mencakup informasi yang tersedia, waktu yang ada dan beberapa variabel lain baik
intern maupun ekstern. Dalam kenyataannya sering dijumpai bahwa beberapa keputusan yang diambil dengan kondisi
keterbatasan waktu dan informasi akan memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan dengan apa yang diharapkan.
2.1.10.2. Kesalahan dalam menerjemahkan perintah Walaupun pengendalian telah dirancang dengan sebaik-
baiknya, namun kegagalan dapat terjadi yang disebabkan adanya pegawai yang salah menerjemahkan suatu perintah. Kesalahan
dalam menerjemahkan suatu perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan pegawai yang bersangkutan.
Terjadinya kegagalan dapat lebih besar jika kesalahan menerjemahkan perintah dilakukan oleh seorang pimpinan.
2.1.10.3. Pengabaian manajemen Suatu pengendalian intern dapat berjalan efektif apabila
semua pihak atau unsur dalam organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Meskipun suatu organisasi memiliki sistem pengendalian yang memadai,
pengendalian tersebut tidak akan mencapai tujuannya jika pegawai atau bahkan pimpinan mengabaikan pengendalian. Pengabaian
tersebut dapat terjadi antara lain karena adanya kepentingan di luar organisasi, seperti kepentingan pribadi seorang pimpinan.
18
Universitas Sumatera Utara
2.1.10.4. Adanya kolusi Kolusi merupakan salah satu ancaman dari pengendalian
yang efektif. Walaupun pemisahan tugas dan fungsi telah dilakukan namun jika manusianya melakukan suatu kecurangan
untuk kepentingan pribadi atau kepentingan tertentu selain organisasi, maka pengendalian yang sebaik apapun tidak akan
dapat mencegah terjadinya suatu tindakan yang merugikan organisasi
2.2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan dan mengungkapkan katerkaitan antara variabel yang akan diteliti, berdasarkan
batasan dan rumusan masalah, berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa untuk mengurangi tindakan
kecurangan yang terjadi pada suatu perusahaan, penerapan sistem pengendalian internal terhadap penerimaan kas harus efektif. Sistem pengendalian intern
penerimaan kas adalah suatu susunan yang didalamnya meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
penerimaan saldo dalam kas. Untuk lebih menyederhanakan kerangka pemikiran tersebut maka dibuatlah kerangka konseptual seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2 : Kerangka konseptual
Sumber : Malthis 2001, Manullang 2001
Sistem Pengendalian Internal
X Penerimaan
Kas Y
19
Universitas Sumatera Utara
2.3. Hipotesis