Faktor Spasial Yang Mendukung Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011
a. Faktor Spasial Yang Mendukung Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011
1) Pola Keruangan (Spatial Patern) Pola keruangan yang muncul di sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah pola mengelompok, terkonsentrasi di satu wilayah sehingga membentuk suatu sentra yang mampu berkembang dengan baik, karena telah memiliki pusat atau inti pertumbuhan. Karena dengan membentuk pola yang mengelompok akan menguntungkan pada segi pemasaran dan persaingan dalam membuat inovasi produk.
2) Struktur Keruangan (Spatial Patern) Struktur keruangan yang ada di sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah Struktur memanjang mengikuti dan searah dengan jalan. Sehingga memudahkan masyarakat untuk menentukan pilihan pada produk kulit yang diinginkannya.
3) Proses Keruangan (Spatial Process) Proses keruangan adalah perkembangan yang terjadi secara terus menerus dalam rentetan peristiwa atau suatu perubahan yang bersifat konstan atau berlangsung terus menerus secara tetap menuju hasil tertentu, terdapat rentetan kejadian dan mempunyai dimensi kewaktuan. Munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari membutuhkan waktu yang cukup lama. Akan ada unit industri yang berdiri lebih awal dan menjadi pelopor dan inti dari perkembangan
commit to user
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari ini masih terus eksis.
4) Organisasi Keruangan (Spatial Organization) Organisasi keruangan bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen lingkungan mana yang berpengaruh terhadap terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang. Penekanan utamanya pada keterkaitan antara kenampakan yang satu dengan yang lainnya secara individual. Organisasi keruangan yang ada di Desa Selosari adalah adanya pengaruh dari kegiatan industri kerajinan kulit yang dirasakan oleh lingkungan sekitarnya, beberapa masyarakat sekitar sentra industri telah beralih profesi dan menekuni bidang kerajinan kulit karena dirasa lebih menguntungkan dan dianggap lebih mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
5) Interaksi Keruangan (Spatial Interaction) Interaksi keruangan menekankan pada keterkaitan elemen-elemen lingkungan secara intra maupun inter elemen baik secara individu maupun antar wilayah untuk dapat menjalin komunikasi wilayah. Interaksi keruangan yang terjadi di sentra indutri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah interaksi antara masyarakat di dalam lingkungan sentra industri dengan masyarakat di luar lingkungan industri dalam tukar menukar ide-ide dalam inovasi desain produk kulit dan proses pemasaran produk kerajinan kulit ke luar wilayah sentra industri. Interaksi seperti ini akan terus berlangsung selama sentra industry ini tetap ada dan eksis.
6) Tendensi/Trend Keruangan (Spatial Tendency) Tendensi keruangan yang menekankan pada upaya mengetahui kecenderungan perubahan suatu gejala. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan analisis lokasi dan waktu keruangan. Kecenderungan Desa Selosari yang direncanakan menjadi sentra industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan mulai dipenuhi oleh
commit to user
kerajinan kulit. Guna memaksimalkan potensi yang dimiliki sentra industri kerajinan kulit. Perkembangan ini dimaksudkan untuk sentralisasi sehingga mengurangi beban kota dalam menampung aliran transportasi akibat penuhnya kendaraan yang akan menuju Desa Selosari.
7) Asosiasi Keruangan (Spatial Asociation) Asosiasi keruangan bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang, apakah ada fungsional atas sebaran atau gejala yang ada dengan gejala keruangan yang terjadi. Asosiasi keruangan yang timbul di Desa Selosari adalah adanya perkembangan sentra industri kerajinan kulit yang cukup pesat memungkinkan adanya sentralisai dari unit industri dan akan timbul akumulasi dari limbah sisa produksi yang mengganggu lingkungan, berupa limbah sisa pemotongan bahan kulit dan sisa bahan kimia lain yang menimbulkan bau yang cukup menyengat.
8) Komparasi Keruangan (Spatial Comparation) Komparasi keruangan merupakan komparasi atau perbandingan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain, maka dalam hal ini sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari akan dibandingkan dengan wilayah atau desa lain di wilayah Kecamatan Magetan. Tujuannya adalah upaya mengetahui keunggulan dan kelemahan yang ada pada masing-masing wilayah dalam hal yang sama, sehingga dapat diketahui upaya untuk menentukan kebijakan pengembangan wilayah lebih lanjut. Untuk membandingkan kemajuan daerah satu dengan daerah yang lain dengan sendirinya akan membutuhkan elemen-elemen wilayah yang lebih kompleks untuk dikemukakan. Sebagai contoh mengenai latar belakang mengapa daerah tertentu mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya dalam waktu relative singkat sedangkan daerah lain
commit to user
Dengan mempelajari kelebihan-kelebihan dan kekurangan masing- masing wilayah dalam tata kelola wilayah, maka akan dapat diketahui kunci keberhasilan pembangunannnya dan hal ini dapat dimanfaatkan oleh wilayah lain untuk memperbaiki kinerjanya.
9) Sinergisme Keruangan (Spatial Sinergism) Dalam makna sinergisme yang utama adalah munculnya nilai kegunaan/keuntungan dari proses bekerja samanya dua hal atau lebih tersebut yang lebih banyak/ lebih baik dibandingkan apabila masing- masing hal tersebut bekerja sendiri-sendiri. Sinergisme keruangan adalah usaha untuk menemukan dan mengenali wilayah-wilayah mana dan sector-sektor apa saja yang layak melakukan kerja sama regional dalam rangka memperoleh kinerja yang lebih baik. Karena dalam hal ini melibatkan beberapa wilayah, maka harus dikaji mengenai potensi dan kelemahannya sehingga kelemahan yang ada dapat ditutup oleh keunggulan di pihak lain. Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari juga memiliki sinergisme di dalamnya, yaitu saling bekerja samanya beberapa unit industri dengan beberapa pedagang perantara guna meningkatnya pendapatan dan kualaitas produk yang dihasilkan.