Keadaan Geografis
1. Keadaan Geografis
a. Letak Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat terletak di Kelurahan
Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah yang memiliki garis lintang dan bujur sebagai berikut :
110 ° 27 ' 0 " BB - 111 ° 20 ' 0 " BT ; 7 ° 4 ' 0 " LU - 8 ° 10 ' 0 " LS . Luas Kota Surakarta adalah 24 Km 2 dengan ukuran 6 Km, membentang dari arah barat ke timur, dan 4 Km dari arah utara ke selatan.
Kota ini berada di tanah dataran rendah di tepi sebelah barat Sungai Bengawan Solo dan berada di ketinggian tanah ± 92 meter di atas permukaan air laut.
Sedangkan luas wilayah kerajaan Surakarta (sekarang eks Karesidenan Surakarta) seluruhnya adalah 6.215 Km 2 , yang meliputi Wonogiri, Klaten,
Surakarta, Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Separuh dari daerah itu milik
Kasunanan dan separuh lainnya milik Mangkunagaran. Secara administratif, Karesidenan Surakarta berbatasan dengan Karesidenan Yogyakarta, Kedu, Semarang dan Madiun. Batas alam berupa Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang terletak di sebelah barat, Pegunungan Kendeng di sebelah Utara, dan Gunung Lawu di sebelah Timur. Antara G. Merapi dan G. Merbabu dengan G. Lawu membentuk dataran rendah yang luas, meliputi daerah Klaten, Boyolali, dan Kartasura yang kaya akan sedimen vulkanis. Dari lereng
G, Merapi mengalir Sungai Opak ke Selatan menjadi batas antara Karesidenan Surakarta dan Karesidenan Yogyakarta. Sungai Dengkeng menyatu dengan Bengawan Solo yang mata airnya berasal dari Distrik Sembuyan, dengan nama Sungai Penambangan. Di Lereng Barat G. lawu mengalir Sungai Samin, Colo, Wingko, dan Jenes. Sungai-sungai ini mengalir ke dataran rendah Karanganyar yang membentuk daerah persawahan (Depdikbud, 1999:11). Sedangkan Kota Surakarta sekarang dibatasi oleh :
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Karanganyar dan Boyolali
2) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sukoharjo dan Karanganyar
3) Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Sukoharjo
4) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sukoharjo dan Karanganyar
b. Keadaan Tanah Menurut kepercayaan Jawa, tanah yang cocok untuk didirikan
sebuah bangunan Keraton adalah tanah yang bagus dan berbau wangi. Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa ahli nujum dan pejabat pemerintahan akhirnya ditemukan keadaan tanah yang cocok untuk didirikan Keraton adalah di Desa Sala.
Dipilihnya Desa Sala dikaitkan dengan fungsi Bengawan sebagai alat penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. J. Noorduyn memperkirakan, bahwa Desa Semanggi, yang terletak agak di sebelah tenggara Desa Sala, pada akhir abad XVIII merupakan bandar penting. Nama Wulayu terdapat dalam Ferry Charter abad XIV, sebuah piagam berisi
keterangan bahwa, Bengawan Semanggi atau Bengawan Sala mempunyai 44 buah bandar. Surabaya merupakan bandar pertama dan Wulayu sebagai bandar terakhir. Pada peta sekarang nama Wulayu tidak dapat ditemukan, tetapi nama beberapa bandar sebelum Wulayu masih dicantumkan. Oleh sebab itu dapat diperkirakan bahwa Wulayu letaknya dekat sekali dengan Desa Sala, disebabkan karena bandar satu dengan bandar berikutnya sedikitnya berjarak 4 sampai 7 km, atau 13 sampai 15 km. Noorduyn berpendapat bahwa satu- satunya sungai di antara dua gunung tersebut adalah Bengawan Sala dan Bandar paling dekat dengan Desa Sala adalah Semanggi. Jika Semanggi sama dengan Wulayu atau Wuluyu, dapat dimengerti mengapa Desa Sala terpilih untuk tempat kedudukan keraton baru. Letak Keraton Pajang, Kartasura, dan Surakarta berdekatan satu dengan yang lainnya dan semuanya didirikan di sebelah barat Bengawan, dekat dengan Semanggi. Besar kemungkinannya bahwa jalan raya yang menghubungkan keraton-keraton tersebut di atas dengan Jawa Timur terletak di dekat Semanggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Desa Sala itu sekarang terletak di Kecamatan pasar Kliwon. Dilihat dari wilayah Surakarta maka pemilihan tanah untuk didirikan Keraton sangatlah cocok dan tepat yang mana bangunan Keraton Kasunanan Surakarta menempatkan diri di daerah yang strategis untuk wilayah Surakarta (Babad Sala, 1984:15).