Pengembangan Pariwisata Di Keraton Kasunanan Surakarta

C. Pengembangan Pariwisata Di Keraton Kasunanan Surakarta

1. Daya Tarik Keraton Kasunanan Surakarta

Dalam ingatan kolektif, Kota Solo dikenal sebagai kota Plesiran ( kota tamasya), kota budaya, dan kota yang tidak pernah tidur. Berbagai kegiatan yang menarik ditampilkan, terutama melalui berbagai promosi kebudayaan. Promosi kebudayaan ini beperan secara signifikan dalam membangun ingatan kolektif tentang Kota Solo, dimana di Solo terdapat : Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, Taman Sriwedari, Taman Balekambang, Taman Jurug, serta Bengawan Solo. Berbagai realitas simbolik ini telah mengantarkan Kota Solo sebagai salah satu kota penting yang memperkaya khasanah kultural bangsa Indonesia. Dalam ruang imajinasi publik, Kota Solo menjadi kota yang penuh dengan daya tarik kultural yang mampu menghipnotis orang-orang dari luar kota Solo maupun manca negara, sehingga banyaknya wisatawan tidak dapat dihindari. Kota Solo dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi dinamika internalnya

Orang-orang Jawa di wilayah pinggiran Kerajaan Surakarta tempo dulu sering mengatakan hendak pergi ke “Nagari”. Yang dimaksud “Nagari” adalah ibu kota kerajaan yang kini menjadi wilayah kota Solo. Sebagai pewaris pusat kerajaan Mataram Surakarta, Kota Solo menunjukkan ciri-ciri kota yang konsentris. Pola konsentris ini terkait dengan watak yang memusat dari dalam alam pikiran tradisional Jawa. Di dalam pembagian wilayah kerajaan semuanya tetap didasarkan pada watak yang memusat, wilayah tanah dikonsepsikan dalam tiga lingkaran dengan keraton sebagai pusatnya. Pembagian wilayah pada masa kerajaan tersebut adalah :

1) Kutaraga atau Kutanegara dengan keraton raja sebagai titik pusat, jadi boleh disebut keraton merupakan pusat sedangkan Kutaraga atau Negara adalah lingkaran wilayah yang pertama.

2) Negara Agung adalah daerah sekitar Kutaraga, yang masih termasuk inti kerajaan, karena di daerah inilah terdapat tanah lungguh jabatan dari para bangsawan yang bertempat tinggal di Kutaraga (di daerah Bagelen wilayah Negaragung Surakarta dan Yogyakarta tumpang paruk).

3) Mancanegara adalah daerah luar Negara Agung, yang meliputi: Mancanegara Wetan di daerah Bagelen wilayah Negaragung (mulai ponorogo ke timur), dan Mancanegara Kulon (mulai Banyumas ke Barat).

4) Daerah Pasisiran, terdiri dari : Pasisiran Kulon (Demak ke Barat) dan Pasisiran Wetan (Demak ke Timur) (G.Moedjanto, 1998 : 112). Daya tarik yang didominasi oleh pusat ini menjadikan kota Solo sebagai wilayah migrasi yang hingga kini mengalir terus. Daya tarik tersebut meliputi :

a. Museum Keraton Kasunanan Surakarta

Museum keraton merupakan kelompok bangunan yang denahnya membentuk empat persegi panjang membujur arah utara-selatan. Di lihat dari atapnya museum keraton terdiri dari empat komponen bangunan. Untuk memudahkan uraian maka komponen bangunan tersebut berturut-turut dari utara disebut bangunan sisi utara, bangunan sisi barat, bangunan sisi selatan, dan bangunan sisi timur.

1) Bangunan sisi utara Bangunan sisi utara membujur dari arah timur-barat. Berdasarkan struktur bangunan atapnya bangunan sisi utara ini berdenah ukuran 6m x 38 m bangunan berbentuk limas pada ujung timur dan bentuk kampung pada ujung barat. Penutup atap berupa seng gelombang dicat dengan warna merah meni. Pada bangunan sisi utara terdapat sebuah 1) Bangunan sisi utara Bangunan sisi utara membujur dari arah timur-barat. Berdasarkan struktur bangunan atapnya bangunan sisi utara ini berdenah ukuran 6m x 38 m bangunan berbentuk limas pada ujung timur dan bentuk kampung pada ujung barat. Penutup atap berupa seng gelombang dicat dengan warna merah meni. Pada bangunan sisi utara terdapat sebuah

Bangunan sisi utara terbagi menjadi empat ruang masing- masing dari timur ke barat adalah lorong pintu masuk/ruang penghubung. Ruang gamelan 1, ruanng souvenir dan ruang gamelan 2.

1.1. Lorong pintu masuk / ruang penghubung Lorong pintu masuk berukuran 4 m x 6 m ruang ini pada sisi timur berbatasan denga kamar mandi/WC dan sisi barat berbatasan dengan ruang gamelan 1. Pintu masuk utama pada sisi utara berukura lebar 2.20 m x tinggi 3.90 m dengan sedikit lengkung pada bagian atas. Kosen maupun daun pintu dibuat dari kayu jati daun pintu berbentuk lawang kupu (dua inep) dicat dengan warna kuning muda berpadu dengan warna biru tua pada listnya. Pada sisi selatan terdapat lubang pintu tanpa daun dengan ambang atas berbentuk lengkung. Lubang pintu ini diapit oleh dua pilar diberi hiasan list-list vertikal sedangkan pada bagian atas diberi hiasan profil pelipit horizontal. Lubang pintu ini berukuran 2.20 m x 3.90 m. Lantai ruanagan berupa keramik berwarna putih berukuran 30 x

30 cm sama dengan lantai kamar mandi/WC sedangkan plafon dari eternity dengan ketinggian ± 7 m dari lantai.

1.2. Ruang Gamelan I Ruang ini mempunyai denah ukuran 6 m x 12 m berlantai ubin abu-abu dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan hanya mempunyai satu pintu masuk di sisi selatan berukuran 2 m x 3 m. Daun pintu berbentuk lawang kupu dibuat dari kayu jati polos tanpa hiasan. Di dalam ruangan ini terdapat seperangkat gamelan, yang dibuat pada masa Susuhunan PB IV.

1.3. Ruang Souvenir Ruang souvenir adalah sebuah ruang semi terbuka yang memisahkan antara ruang gamelan I dan II. Menurut informasi tempat ini dahulu digunakan untuk tempat souvenir namun saat ini tak digunakan lagi sehingga hanya merupakan ruang kosong dengan sepasang meja dan kursi. Pada dinding utara terdapat sebuah pintu yang tidak difungsikan lagi. Pintu tersebut berbentuk “lawang kupu“ dengan hiasan ukiran tempel berwarna kuning keemasan. Dinding sisi utara maupun pintunya diberi cat warna hijau daun. Sedangkan dinding lainnya diberi cat warna biru muda. Pada sisi selatan terdapat lubang berbentuk persegi panjang berukuran 4 m x 3 m. Lantai ruang berupa tegel abu-abu berukuran 30 cm x 30 cm.

1.4. Ruang Gamelan II Sama seperri ruang gamelan I, ruang gamelan II berisi seperangkat gamelan. Ruang ini berukuran 6 m x 20 m dengan satu pintu di dinding selatan.

2) Bangunan sisi barat

Berdasarkan struktur atapnya bangunan sisi barat berdenah berukuran 6 m x 180 m membujur arah utara-selatan bersambung dengan bangunan Panti Pidana. Atap bangunan berbentuk limasan dengan penutup dari seng gelombang. Di sisi selatan bangunan ini terdapat bangunan membujur timur-barat dengan bentang 6 m yang merupakan lanjutan dari Koken. Atapnya juga berbentuk limasan. Atap bangunan tersebut dipisahkan oleh talang sedangkan pemisah ruangan antara bangunan panti pidana museum dan koken adalah lorong pintu atau ruang penghubung.

Bangunan sisi barat yang saat ini berfungsi sebagai museum terdiri dari 7 ruang display dan 2 ruang penghubung atau lorong pintu. Bangunan tersebut dilengkapi dengan emperan atau selasar selebar 4 m pada sisi barat dan timur. Emperan tersebut mempunyai atap tersendiri yang berupa seng gelombang yang diletakkan di bawah atap bangunan dan atap emperan terdapat lubang ventilasi dengan 55 cm setiap interval 3 m dilengkapi semacam teralis dari kayu yang berupa ukiran kerawang bermotif suluran. Di bawah atap terdapat lisplang dengan tepi berbentuk deretan segitiga bergerigi dipadu dengan motif lengkung.

Emperan sisi timur disangga oleh deretan tiang besi setiap interval 4 m diberi cat warna biru. Lantai emperan ditutupi dengan tegel abu-abu berukuran 30 cm x 30 cm. Menurut informasi atap selasar sisi selatan sepanjang 36 m pernah runtuh dan kemudian diganti dengan konstruksi baru dari kayu Kalimantan. Pada saat ini atap selasar tersebut belum dipasang langit-langit

Emperan sisi barat disangga oleh deretan tiang yang dibuat dari kayu berjumlah 15 buah setiap interval 4 m. Yang menarik perhatian bahwa tiang-tiang tersebut mempunyai bentuk yang sangat spesifik dengan hiasan ukiran yang sangat bagus pada bagan kepala tiang. Tiang- tiang tersebut dicat dengan warna biru muda dipadu dengan biru tua.

Bentuk tiang seperti tersebut mengingatkan kita pada tiang gaya korinthis yaitu penampang tiang bulat bergaris-garis vertikal kaki tiang berbentuk cincin dan kepala tiang diberi hiasan berupa motif tumbuhan Selain itu, yang menarik perhatian adalah bahwa pada kepala tiang tersebut terdapat ukiran tulisan “PB X”.

Berbeda dengan sisi timur lantai emperan/selasar sisi barat ditutup dengan peluran atau polesteran halus. Sedangkan langit-langit emperan dari papan kayu yang dicat warna biru muda dan di tengah- tengah plafon tersebut pada setiap jarak 4 m terdapat hiasan berupa ukiran tempel dari kayu. Hiasan tersebut digunakan untuk tempat gantungan lampu-lampu hias. Saat ini lampu hias asli sudah tidak dijumpai lagi sedangkan lampu hias yang ada sekarang hanyalah tiruan. Menurut salah seorang putra Dalem merupakan lampu hias tiruan ini merupakan lampu yang meniru bentuk lampu lama.

Pada bangunan sisi barat yang menghadap pelataran kraton terdapat 8 (delapan) buah pintu yang mempunyai bentuk, ukuran dan hiasan yang sama. Pintu-pintu tersebut saat sekarang tidak berfungsi lagi sebagai pintu karena ditutup untuk keperluan display museum. Lubang pintu berukuran 170 cm x 300 cm dengan daun pintu berbentuk lawang kupu. Diatas gawang pintu terdapat ventilasi berbentuk hiasan ukiran kerawang dengan motif sulur-suluran, ditengah-tengahnya terdapat ukiran berbentuk bintang bersudut sepuluh. Di atas kosen pintu terdapat hiasan ukiran membentuk bintang bersudut segitiga/semacam gunungan yang ditempelkan pada tembok dan motif sulur-suluran menyerupai hiasan “naga paksi”. Ditengah-tengah hiasan tersebut terdapat tulisan “PB X”.

Pada tembok sisi timur terdapat empat buah pintu dengan peletakan yang tidak teratur. Bentuk dan ukran pintu ini sama dengan pintu-pintu pada bangunan sisi utara dan timur. Menurut informasi pintu pada tembok sisi timur ini dahulu berjumlah 8 bauh, mempunyai bentuk Pada tembok sisi timur terdapat empat buah pintu dengan peletakan yang tidak teratur. Bentuk dan ukran pintu ini sama dengan pintu-pintu pada bangunan sisi utara dan timur. Menurut informasi pintu pada tembok sisi timur ini dahulu berjumlah 8 bauh, mempunyai bentuk

Berdasarkan foto lama hasil repro foto koleksi kerabat kraton, pada bangunan museum sisi barat menghadap ke taman (timur) terdapat kanopi atau bangunan kuncungan yang disangga oleh tiang-tiang dari pasangan bata. Tampak pada foto tersebut dibelakang kuncungan kanopio terdapat sebuah pintu diapit oleh dua buah jendela kaca. Sayang sekali foto tersebut tidak diketahui tahun pembuatannya. Sampai sekarang tiang- tiang dari pasangan bata tersebut maupun bekas potongan kanopi yang menempel tembok bangunan masih dapat kita jumpai. Sedangkan pintu dan kedua jendela yang mengapit pintu saat ini sudah ditutup tembok. Seperti telah disebutkan di muka bangunan museum sisi barat ini mempunyai 7 (tujuh) ruang display dengan 4 (empat) pintu yang menghubungkan dengan selaras timur. Antara ruang display satu dengan lainya dihubungkan oleh lubang pintu tanpa daun. Lantai ruang display berupa tegel abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. Sesuai dengan fungsinya sebagai museum maka ruang-ruang tersebut berisi koleksi benda-benda kuna milik Keraton Surakarta. Jenis-jenis benda yang dipamerkan antara lain berupa gambar raja-raja Keraton Surakarta, kursi-kursi raja dan almari., alat-alat trasportasi seperti kereta Joli, kyai Rajamala (bagian dari perahu), senjata, benda-benda perunggu seperti arca Budha, Durga, Avalokiesvara, Siwa, Kuwera dan lain-lain, juga beberapa relief yang ditempelkan di dinding, maket, alat-alat upacara dan sebagainya. Untuk memenuhi display koleksi maka ruang-ruang tersebut ditata sedemikian rupa dimaksudkan untuk memperoleh aspek keindahan dan kenyamanan. Untuk itu di dalam ruang museum dapat kita saksikan almari fitrin yang ditempelkan di tembok sehingga deretan pintu sisi barat di tutup tembok Berdasarkan foto lama hasil repro foto koleksi kerabat kraton, pada bangunan museum sisi barat menghadap ke taman (timur) terdapat kanopi atau bangunan kuncungan yang disangga oleh tiang-tiang dari pasangan bata. Tampak pada foto tersebut dibelakang kuncungan kanopio terdapat sebuah pintu diapit oleh dua buah jendela kaca. Sayang sekali foto tersebut tidak diketahui tahun pembuatannya. Sampai sekarang tiang- tiang dari pasangan bata tersebut maupun bekas potongan kanopi yang menempel tembok bangunan masih dapat kita jumpai. Sedangkan pintu dan kedua jendela yang mengapit pintu saat ini sudah ditutup tembok. Seperti telah disebutkan di muka bangunan museum sisi barat ini mempunyai 7 (tujuh) ruang display dengan 4 (empat) pintu yang menghubungkan dengan selaras timur. Antara ruang display satu dengan lainya dihubungkan oleh lubang pintu tanpa daun. Lantai ruang display berupa tegel abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. Sesuai dengan fungsinya sebagai museum maka ruang-ruang tersebut berisi koleksi benda-benda kuna milik Keraton Surakarta. Jenis-jenis benda yang dipamerkan antara lain berupa gambar raja-raja Keraton Surakarta, kursi-kursi raja dan almari., alat-alat trasportasi seperti kereta Joli, kyai Rajamala (bagian dari perahu), senjata, benda-benda perunggu seperti arca Budha, Durga, Avalokiesvara, Siwa, Kuwera dan lain-lain, juga beberapa relief yang ditempelkan di dinding, maket, alat-alat upacara dan sebagainya. Untuk memenuhi display koleksi maka ruang-ruang tersebut ditata sedemikian rupa dimaksudkan untuk memperoleh aspek keindahan dan kenyamanan. Untuk itu di dalam ruang museum dapat kita saksikan almari fitrin yang ditempelkan di tembok sehingga deretan pintu sisi barat di tutup tembok

Ruang display bangunan sisi barat ini diapit oleh dua ruang penghubung atau lorong pintu yaitu sisi utara menghubungkan museum dengan peralatan keraton, dan sisi selatan menghubungkan museum dengan koken, ruang penghubung atau lorong pintu ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan ruang penghubung bangunan sisi utara. Lantai pada kedua ruangan ini lebih rendah ± 10 cm dibandingkan dengan lantai selaras maupun ruang museum. Penutup lantainya adalah plesteran sedangkan plafonya dari papan kayu jati yang dipasang pada ketinggian 7 m, berada di atas lubang ventilasi dan di cat dengan warna kuning atau krem. Ditengah-tengah plafon tersebut ditempel hiasan ukiran sama dengan ukiran pada plafon selaras sisi barat untuk tempat gantungan lampu.

3) Bangunan sisi timur Berdasarkan struktur atapnya bangunan sisi timur berdenah ukuran 6 m x 140 m. Atap bangunan berbentuk limas pada ujung utara dan bentuk pelana dalam bentuk selatan. Struktur atap ditopang oleh pasangan bata setebal 48 cm. Pada tembok sisi timur yang berbatasan dengan jalan jero benteng wetan setiap 11,5 m diperkuat dengan struktur tembok setebal 90 cm di bagian bawah dan 30 cm di bagian atas selebar 115 cm sampai ketinggian 4.40 m. Di atasnya pada ketinggian 4,50 m dari tanah terdapat lubang ventilasi berbentuk lingkaran 55 cm setiap jarak 3 m. Penutup ventilasi adalah ukiran kerawang dari kayu. Lubang ventilasi seperti tersebut juga terdapat pada tembok sisi barat. Atap bangunan ditutup dengan seng gelombang berwarna merah meni. Di bawah atap bangunan terdapat atap selasar/emperan yang juga ditutup dengan seng gelombang. Atas emperan tersebut ditopang oleh tiang-tiang dari pipa besi dicat warna biru setiap interval 3 m. Langit-langit selasar 3) Bangunan sisi timur Berdasarkan struktur atapnya bangunan sisi timur berdenah ukuran 6 m x 140 m. Atap bangunan berbentuk limas pada ujung utara dan bentuk pelana dalam bentuk selatan. Struktur atap ditopang oleh pasangan bata setebal 48 cm. Pada tembok sisi timur yang berbatasan dengan jalan jero benteng wetan setiap 11,5 m diperkuat dengan struktur tembok setebal 90 cm di bagian bawah dan 30 cm di bagian atas selebar 115 cm sampai ketinggian 4.40 m. Di atasnya pada ketinggian 4,50 m dari tanah terdapat lubang ventilasi berbentuk lingkaran 55 cm setiap jarak 3 m. Penutup ventilasi adalah ukiran kerawang dari kayu. Lubang ventilasi seperti tersebut juga terdapat pada tembok sisi barat. Atap bangunan ditutup dengan seng gelombang berwarna merah meni. Di bawah atap bangunan terdapat atap selasar/emperan yang juga ditutup dengan seng gelombang. Atas emperan tersebut ditopang oleh tiang-tiang dari pipa besi dicat warna biru setiap interval 3 m. Langit-langit selasar

Bangunan sisi timur ini terdiri dari 6 ruang dengan ukuran yang berbeda. Ruang paling utara digunakan untuk kamar mandi/ WC berukuran 6 m x 6 m. Lantai ruang ini ditutup dengan keramik ukuran

30 cm x 30 cm, sedangkan ruang paling selatan berukuran 6 m x 26 m digunakan untuk gudang. Adapun empat ruang lainnya digunakan untuk display koleksi museum. Empat ruang tersebut masing-masing dari utara berukuran 6 m x 44 m, 6 m x 27.5 m, 6 m x 10 m dan 6 m x 26 m tiga ruang di sebelah selatan dihubungkan oleh lubang tembok penghubunng, sedangkan ruang paling utara terpisah. Keempat ruang display koleksi museum mempunyai pintu dengan bentuk dan ukuran yang sama di sisi barat menghadap ke taman. Lantai ruang display dan gudang berupa ubin abu-abu berukuran 20 x 20 cm dan telah dinaikan ± 10 cm dari lantai semula yang berupa plesteran.

4) Bangunan sisi selatan Bangunan sisi selatan merupakan bangunan baru yang pernah digunakan untuk gedung SMEA swasta. Saat ini gedung tersebut tidak digunakan lagi. Sebagian dibiarkan kosongan dan sebagian digunakan untuk gudang . Menurut informasi, pada bagian selatan kompleks museum ini dahulu terdapat bangunan pendopo menghadap ke utara yang disebut Dalem Kadipaten. Di tempat inilah Pangeran Adipati Anom tinggal sebelum menjadi raja. Pada denah situasi Keraton Surakarta yang dibuat oleh Victor Zimmerman yang pernah mengunjungi Keraton Surakarta pada tahun 1915. Dalem Kadipaten masih terlihat namun mengetahui kapan Dalem Kadipaten itu dibongkar tidak ditemukan data yang pasti. Kemungkinan sumur yang masih dapat kita saksikan di halaman museum sisi selatan adalah sisa-sisa Dalem Kadipaten. Sumur tersebut saat ini masih dikeramatkan dan dibuatkan bangunan penutup di atasnya.

5) Lain-lain Di tengah kompleks bangunan museum membentang sebuah halaman yang luas berukuran 32 m x 144 m membentang arah utara- selatan. Permukaan tanah halaman lebih rendah 50 cm dari permukaan lantai selasar yang dihubungkan oleh undakan dengan dua ank tangga. Di depan bekas kanopi terdapat taman berbentuk lingkaran (bundar) yang dikelilingi pagar teralis dari besi dipadu dengan pasangan bata diplester dengan berbentuk segi delapan setiap jarak 1.5 m dengan ketinggian ± 7 cm. Di tengah-tengah taman tersebut, terdapat sebuah patung wanita gaya Italia berdiri di atas pasangan bata yang diplester benrtuk persegi. Di sekeliling halaman tersebut selain ditanam jenis tanaman hias, juga terdapat tanaman buah seperti pohon kelengkeng, jambu, mangga dan pohon-pohon besar lainnya Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah, banyak juga yang ditanam di pot. Sedangkan pohon besar seperti pohon kelengkeng di tanam di dekat bangunan sehingga sebagian ranting dan daunnya berada di atas atap selasar.

Di sebelah selatan taman bundar terdapat sebuah potongan balok kayu jati yang diberi atap pelindung. Potongan balok kayu jati tersebut merupakan sisa balok kayu jati dari hutan Donoloyoyang dipakai untuk membangun kembali keraton setelah terbakar pada tahu 1985 Di sebelah selatannya lagi terdapat sebuah sumur kuno berbentuk persegi dan diberi atap pelindung semacam cungkup.

Peninggalan Keraton Surakarta, selain berupa bangunan- bangunan ada pula yang berupa benda-benda peninggalan yang terdapat di komplek Keraton Surakarta. Di depan Sasana Sumewa diletakkan tiga buah meriam. Meriam-meriam tersebut masing-masing bernama Kyai Pancawarna, Kyai Brasta, Kyai Segarawarna. Meriam Pancawarna dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram , meriam ini bentuknya paling besar di antara meriam-meriam yang lain. Meriam ini disebut Kyai Sapujagat.

Selain itu di tepi halaman depan Sitinggil terdapat 8 buah meriam urut dari sebelah barat ke timur adalah sebagai berikut :

a. Kyai Bringsing, pemberian dari Raja Siam

b. Kyai Bagus, pemberian Jenderal Van Der Leen

c. Kyai Nangkula, pemberian dari VOC

d. Kyai Maesa Kumali, dibuat pada zaman Mataram 1545 Jawa 1623 M

e. Kyai Kumbarawi, dibuat pada zaman Mataram 1545 Jawa 1623 M

f. Kyai Sadewa, pemberian dari VOC

g. Kyai Alus, pemberian Jenderal Van Der Leen

h. Kyai Kadhal Buntung / Kyai Pemecut, dibuat pada zaman Mataram (DepKebPar, 2001 : 7) Selain meriam, juga terdapat benda-benda peninggalan sejarah yang tersimpan di Museum Keraton Surakarta, yang terdiri dari beberapa ruang, berikut ruang-ruang dalam museum Keraton Surakarta beserta detail isinya :

Ruang I Gambar-gambar foto raja dan ukiran kursi raja :

a. Gambar Susuhunan Paku Buwana V - XII

b. Gambar Susuhunan Paku Buwana X duduk dengan pakaian kebesaran

c. Satu gambar kanjeng emas permaisuri Susuhunan Paku Buwana X

d. Kursi ukir dadri zaman Susuhunan Paku Buwana IV 1788 – 1820

e. Dua buah kursi ukir dari Gianyar Bali yang dipersembahkan kepada Susuhunan Paku Buwana X

f. Sebuah kursi tenpat duduk Susuhunan Paku Buwana X

g. Dua buah almari dari zaman Susuhunan Paku Buwana X

Ruang II Dalam almari-almari kaca dipamerkan bermacam-macam benda

dan arca perunggu, antara lain Buddha Awalokiteswara dan beberapa arca batu dari zaman purbakala :

a. Arca Dewa Kuwera

b. Arca Dewi Durga

c. Arca Dewi Tara

d. Arca Dewa Siwa Mahaguru

Ruang III Terdapat kuda dari kayu lengkap dengan pakaiannya untuk dinaiki

pengantin laki-laki kerajaan.

Ruang IV Adegan pengantin perempuan dan laki-laki duduk bersila di depan

Krobogan diapit oleh dua orang patah sakembaran. Satu joli besar sebuah tempat pakaian ukir-ukiran dibuat pada aman Paku Buwana X.

Pada dinding terdapat relief :

a. Relief keberangkatan calon pengantin kerajaan laki-laki dan perempuan dari keraton ke kepatihan

b. Relief adegan pengantin menjalankan upacara ijab nikah

c. Relief adegan pengantin panggih yaitu pengantin perempuan dipertemukan dengan pengantin laki-laki .

Ruang V

Terlihat adegan kesenian rakyat :

a. Adegan pergelaran wayang kulit purwo dengan kelir wayang dan dalang

b. Pada dinding terdapat relief :

1) Klenengan yaitu musik Jawa tanpa penari

2) Pertunjukan wayang kulit

3) Pertunjukan wayang kulit pada upacara perkawinan, supitan, ruwatan dan bersih desa.

c. Pada dinding sebelah barat dalam almari kaca terdapat adegan :

4) Wayang Kulit Purwa

5) Wayang Kulit Gedhok

6) Wayang Kulit Madya

7) Wayang Golek dari kayu, berbemntuk manusia

8) Wayang Klitik, seperti wayang kulit yang dibuat dari kayu

Ruang VI Di ruang ini terdapat bermacam-macam topeng yang digunakan khusus

dalam tarian topeng. Ceritanya mengambil dari cerita Panji Inukertapati, Asmarabangun, Dewi Galuh, Candrakirana, Klana. Pada dinding timur di perlihatkan lukisan relief :

a. Relief pertunjukan Jaran Kepang

b. Relief pertunjukan tarian Tayub yaitu seorang wanita menari dan menyanyi diiringi gamelan

c. Relief pertunjukan Lawung : dua orang naik kuda membawa sodor bertarung diiringi gamelan

d. Relief pande keris atau tukang membuat keris

e. Relief upacara keselamatan

Ruang VII Di ruang ini terdapat beberapa benda alat upacara antara lain :

a. Bokor, Kendil

b. Perhiasan Di ruang tengah terdapat sebuah payung bersusun tiga untuk upacara khitanan Susuhunan PB IV.

Ruang VIII Ruang koleksi tandu, kramun unutuk memikul putri raja / penari srimpi Ruang IX Koleksi kereta para raja :

a. Kereta kyai Gruda, dadri zaman Susuhunan PB II di Kartasura tahun 1726, persembahan VOC

b. Kereta kyai Garuda Putra, kereta yang dipakai pada zaman Susuhunan PB X untuk menjemput tamu agung

c. Kereta kyai Maraseba, yaitu untuk titihan Susuhunan PB III

d. Di sebelah selatan dalam almari kaca terdapat pakaian kusir / pengemudi kereta dan pakaian kuda

Ruang X Pada dinding terdapat lukisan Relief :

a. Relief pertemuan antara Susuhunan PB IV dengan pangeran Diponegoro pada waktu Perang Jawa. Keduanya dilukiskan dengan naik kuda

b. Relief pengadilan pada zaman kuno

Ruang XI Terdapat beberapa koleksi senjata kuno antara lain : bedil, pistol, pedang,

tameng perisai, keris, panah dan pelana kuda. Di sebelah utara di perlihatkan drama suatu adegan di masa perang antara Pangeran Diponegoro dengan Kompeni Belanda di Gua Selarong tahun 1825-1830.

a. Pangeran Diponegoro mengendarai kuda putih

b. Sentot Prawiroredjo

Ruang XII Tempat Kyai Rojomolo. Di ruang ini terdapat patung kayu, Kyai

Rojomolo yaitu patung kepala raksasa untuk hiasan perahu ,pada zaman Susuhunan PB IV.

Ruang XIII

a. Keramik dan porselin kuno yang dahulu menjadi perlengkapan rumah tangga dan dapur

b. Alat untuk memasak nasi untuk keperluan perang

b. Aset-Aset Budaya Yang Dimiliki Oleh Keraton

Keraton Kasunanan Surakarta sebenarnya mempunyai banyak asset budaya apabila ditangani secara maksimal. Bermacam aset budaya tersebut dapat meningkatkan daya tarik keraton tersendiri. Adpun aset-aset budaya yang dapat diandalkan adalah :

1) Kirab Pusaka

Kirab pusaka ini dimulai pada tengah malam pada setiap malam tanggal 1. Suro. Definisi kirap pusaka adalah mengarak atau mempertontonkan pusaka-pusaka keraton kepada massa dengan cara berjalan mengelilingi keraton. Pada zaman dahulu pusaka yang dikirab ini oleh masyarakat mempunyai tujuan untuk melindungi dan menjaga keselamatan negara dari segala kejahatan dan hal-hal yang tidak baik. Beberapa pusaka terutama tombak diarak keliling keraton dengan diiringi kerbau bule milik keraton.

2) Grebeg Maulud ( Bakdha Maulud ) Grebeg Maulud lebih dikenal dengan sebutan “Sekatenan” diadakan satu tahun sekali. Sebelum Grebeg Maulud diadakan perayaan sekaten selama tujuh hari yaitu pada tanggal 5 sampai 12 maulud. Selama tujuh hari tersebut mengalun gamelan sekatenan yang ditabuh di Bangsal Masjid Agung.

3) Tinggalan Dalem Jumenengan Susuhunan PB XII Tinggalan Dalem Jumenengan berarti suatu peristiwa atau peringatan penobatan raja. Pada saat ini masih dilaksanakan setahun sekali tepatnya pada tanggal 2 ruwah yaitu pada waktu penobatan Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan PB XII. Dalam upacara penobatan tersebut diadakan pasowanan yaitu para kerabat keraton dan abdi dalem dengan berpakaian Jawa lengkap datang menghadap raja kemudian disajikan tarian sakral yaitu tarian Bedoyo Ketawang. Keesokan harinya raja dengan mengendarai Kereta Garuda Kencana mengelilingi wilayah kerajaan dengan diikuti oleh para kerabat dan abdi dalem keraton

c. Daya Tarik Lainnya Di Sekitar Keraton

Beberapa obyek lain yang berada di sekitar Keraton Kasunanan Surakarta yang dapat menunjang terhadap daya tarik keraton itu sendiri. Obyek-obyek tersebut antara lain :

1) Makam Kyai Solo Makam ini terletak di dalam Benteng Baluwarti yang hanya menempuh 10 menit perjalanan dari Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Kyai Solo adalah seorang pertapa yang sangat sakti dan daerahnya dijadikan cikal bakal berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta. Setiap malam jumat banyak ziarah datang untuk meminta berkah.

2) Tempat Penyimpanan Kereta Kencana Tempat ini menyimpan kereta-kereta kuda yang pernah digunakan oleh putra raja dan putri-putrinya. Di tempat ini juga disimpan Kereta Garuda Kencana yang dipergunakan oleh Sinuhun Kanjeng Susuhunan PB

XII untuk melakukan kirab mengelilingi keratonnya. Tempat ini terletak di sebelah barat laut dari Kori Kemandhungan.

3) Penyimpanan Gerbong Kereta Api Susuhunan PB X Tempat ini berada di alun-alun selatan kurang lebih 15 menit perjalanan menuju tempat tersebut . Di tempat tersebut terdapat kereta jenasah PB X yang berhadapan dengan kereta pesiar PB X. Tempat tersebut mengandung makna bahwa selain hidup di dunia terdapat juga dunia yang lain yaitu dunia akhirat.

4) Masjid Agung Masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun utara keraton. Masjid ini dibangun oleh PB II dan dipercantik oleh PB X. Bangunan masjid ini kebanyakan berwarna biru dan memiliki sebuah gapura yang mempunyai arti pengampunan.

5) Pasar Klewer Pasar ini terkenal dengan tempat penjualan bermacam-macam kain terbesar di kota Solo, dimana pedagang dari luar daerah mengambil barang daganngnya di Pasar Klewer. Pasar ini terletak di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta

6) Tempat Persembhayangan Agama Hindu Tempat ini selain untuk memanjatkan doa bagi para penganut Agama Hindu juga sebagai tempat meditasi. Tempat ini terletak di sebelah timur museum Keraton Kasunanan Surakarta

Aset-aset tersebut sangat mendukung kepariwisataan Keraton Kasunanan Surakarta yang harus dipelihara dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, pihak keraton harus mengangkat aset-aset tersebut sebagai daya tarik wisatawan selain keraton itu sendiri.

2. Perkembangan Wisata Keraton Kasunanan Surakarta

a. Perkembangan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Obyek Wisata Keraton Kasunanan Surakarta dari awal dijadikannya Keraton sebagai obyek wisata sampai sekarang tidak banyak mengalami perkembangan. Hal ini dikarenakan untuk tetap menjaga unsur estetika dan etika dari suatu Keraton, renovasi yang dilakukanpun tidak menyimpang dari bentuk aslinya. Perkembangan yang terjadi hanya di beberapa bangunan untuk tujuan pariwisata. Bangunan yang dimaksud adalah :

1) Loket/tempat pembelian tiket masuk Loket ini berada di samping Kori Kamandhungan. Loket ini selain berfungsi menjual tiket juga menjual barang-barang khas keratin misalnya: buku-buku yang berhubungan dengan keraton, kain leher keraton (yang berwarna merah-kuning), minyak wangi.

2) Area parkir Area parkir merupakan lokasi yang sudah ditentukan untuk menempatkan kendaraan. Luas area parkir harus proporsional dengan prediksi jumlah rata-rata kendaraan pada saat pengunjung ramai. Di 2) Area parkir Area parkir merupakan lokasi yang sudah ditentukan untuk menempatkan kendaraan. Luas area parkir harus proporsional dengan prediksi jumlah rata-rata kendaraan pada saat pengunjung ramai. Di

3) Loket ke dua Loket kedua ini berfungsi untuk menyerahkan tiket yang sudah dibeli di loket yang pertama, tapi di loket yang kedua ini juga menjual tiket untuk kamera dan handycam. Di loket yang kedua ini juga terdapat guide, jika pengunjung menginginkan didampingi seorang guide maka guide akan siap mengantarkan dan menerangkan tentang seluk beluk keraton.

4) Toilet Tempat ini untuk membersihkan diri, misalnya buang air kecil dan cuci kaki, biasanya setelah memasuki halaman keraton tanpa menggunakan alas. Toilet berada di tepat di pintu masuk museum keraton. Toilet ini juga selalu dijaga kebersihannya.

5) Tempat ibadah Pengunjung muslim tentunya memerlukan tempat ibadah saat mengunjungi Keraton, di Keraton terdapat langgar di depan Kori Kamandhungan.

6) Perpustakaan Keraton Kasunanan Surakarta merupakan obyek wisata budaya dan wisata edukasi, sehingga di dalam keraton juga terdapat perpustakaan. Bagi pengunjung yang ingin memperdalam pengetahuan tentang keraton bisa membaca-baca di perpustakaan. Perpustakaan buka setiap senin sampai jumat dari jam 09.00 samapi 13.00.

b. Perkembangan Pengunjung

Keraton Kasunanan Surakarta resmi hanya sebagai simbol kekuasaan raja pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka. Setelah Indonesia merdeka, secara otomatis Keraton kasunanan Surakarta menjadi wilayah dari Indonesia. Awal pertama yang dijadikan tempat wisata hanyalah museumnya saja. Museum Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibuka tahun 1963 (wawancara: KGPH Poeger, tanggal 27 Desember 2009). Jumlah pengunjung yang datangpun naik turun. Seperti saat liburan sekolah atau Keraton akan punya “gawe” maka pengunjung Keraton akan meningkat, tetapi ada kalanya penurunan yaitu pada saat puasa Ramadhan (wawancara: Bu Darini, tanggal

27 Desember 2009).

c. Perkembangan Tenaga Kerja ( management)

Pada awal berdirinya Keraton sebagai tempat wisata ini, sudah memiliki tenaga kerja dan pengurus yang jelas yaitu abdi dalem Keraton itu sendiri, meski dengan upah yang diterima tidak besar, hal ini karena loyalitas mereka terhadap Keraton yang sangat tinggi. (Wawancara: Bu Darini, tanggal

27 Desember 2009). Tentunya management wisata Keraton Kasunanansudah mengalami perbaikan yang signifikan, dari keahlian tiap tenaga kerja maupun dari sistem pengelolaannya.

3. Upaya Membenahi dan Mempromosikan Keraton Kasunanan

Surakarta Sebagai Daerah Tujuan Wisata Yang Baik

a. Upaya Pembenahan Kawasan

Pada dasarnya kawasan wisata budaya ini memerlukan suatu upaya pembenahan, yang dimaksud dengan upaya pembenahan adalah usaha-usaha perawatan dan perbaikan baik dari berbagi fasilitas yang terdapat di obyek wisata tersebut. Hal-hal tersebut adalah :

1) Pemugaran Bangunan Keraton

Pelaksanaan pemugaran berdasarkan pada Undang-undang Cagar Budaya No. 5 tahun 1992 pasal 15 ayat 2 huruf d. Hal ini juga tercermin dalam ICOMOS CHARTER article 9 yang menyatakan secara jelas bahwa tujuan pemugaran adalah untuk memelihara dan menumbuhkan nilai-nilai historis dan estetis suatu monument, berdasarkan bahan-bahan asli dan sumber-sumber yang otentik. Dengan demikian misi pemugaran Bangunan Museum Keraton Surakarta merupakan serangkaian kegiatan untuk memperbaiki bangunan museum yang rusak pada bentuk aslinya.

Pelaksanaan pemugaran Bangunan Museum Keraton Surakarta dilaksanakan pada tahun anggaran 1998 sampai dengan 2000. Dasar untuk melaksanakan pemugaran ini diperlukan pengidentifikasian kerusakan pada elemen-elemen bangunan supaya lebih jelas komponen-komponen yang dipertahankan, diganti, maupun ditambal sulam.

Dalam pemugaran yang berlangsung selama 2 tahun melibatkan tenaga ahli, tenaga terdidik dan tenaga terampil. Dana yang diperlukan untuk membiayai pemugaran museum Keraton Kasunanan Surakarta adalah sebagai berikut:

1. APBN tahun 1998/1999 = Rp 42.732.000,00

2. APBN tahun 1999/2000 = Rp 121.561.000,00

3. APBN tahun 2000

= Rp 30.000.000,00

Bangunan Museum Keraton Kasunanan Surakarta yang dipugar meliputi bangunan di sisi timur, sisi selatan, dan sisi barat. Adapun sasarannya antara lain meliputi perbaikan kusen jendela dan pintu, dinding, lantai, langit-langit dan atap.

2) Menata Lahan Parkir Tempat parkir yang tidak tertata dengan baik sering dikeluhkan oleh para pengunjung. Penyediaan lapangan parker pun dirasa masih kurang, hal ini disebabkan pasar klewer yang terletak di sebelah barat keraton ini tidak mampu menampung semua kendaraan para pedagang sehingga mereka memarkir kendaraan mereka sepanjang alun-alun utara sehingga mengakibatkan kemacetan lalu-lintas. Selain itu para penarik 2) Menata Lahan Parkir Tempat parkir yang tidak tertata dengan baik sering dikeluhkan oleh para pengunjung. Penyediaan lapangan parker pun dirasa masih kurang, hal ini disebabkan pasar klewer yang terletak di sebelah barat keraton ini tidak mampu menampung semua kendaraan para pedagang sehingga mereka memarkir kendaraan mereka sepanjang alun-alun utara sehingga mengakibatkan kemacetan lalu-lintas. Selain itu para penarik

3) Penataan Para Pedagang Kaki Lima Sebuah obyek wisata diharapkan memiliki sebuah kenang- kenangan untuk dikenang oleh para wisatawan. Di sekitar Alun-alun Utara keraton banyak terdapat pedagang kaki lima yang berjualan di shelter-shelter yang disediakan oleh Pemerintah Kota agar kesan keindahan dan keasrian Keraton tetap terjaga.

4) Membuat Bak-bak Sampah Agar tetap terjaga kebersihannya maka disediakan tempat sampah di setiap meter, di lahan parkir, di dekat pedagang kaki lima.

5) Membersihkan dan Memperbaiki Toilet yang Rusak Toilet ini bersifat untuk umum, jadi sangat diperhatikan kebersihannya agar tidak mengganggu kenyamanan di Keraton. Oleh karena itu, setiap pemakaian toilet membayar Rp 500, 00 uang ini digunakan untuk membeli peralatan pembersih dan bila ada toilet yang rusak, petugas memanggil teknisi keraton untuk memperbaikinya.

6) Memperindah Museum Keraton Surakarta Museum Keraton Surakarta adalah pintu masuk ke keraton selain Kori Kemandhungan. Oleh sebab itu, pihak keraton harus merawat museum ini dengan maksimal , misalnya :

1.6.1 Membersihkan ruangan beseerta isinya. Membersihakan ruangan dan barang-barang yang ada di museum secara intensif sehingga ruangan tersebut tidak pengab sedangkan barang bersejarah di dalamnya dibersihkan sehingga terpelihara kebersihan.

1.6.2 Menambah penerangan. Memberkan penerangan yang cukup di dalam museum dengan menggunakan lampu yang mempunyai betuk kuno sehingga ruangan di dalam museum tidak terlihat gelap dan bentuk lampu tersebut mendukung suasana keaslian Keraton Surakarta.

1.6.3 Memakai pakaian adat. Dalam kegiatan sehari-hari pada SDM yang ada dalam museum ini seperti guide dan abdi dalem memakai pakaian daerah dalam menjalankan tugasnya atau menerapkan kembali peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh PB X. Tata cara memasuki Keraton Kasunanan Surakarta yaitu :

1. Tidak boleh memakai topi atau payung ketika di keraton

2. Tidak boleh memaki alas kaki ketika di keraton

3. Memakai pakaian adapt Jawa jika ingin berkunjung ke Keraton

4. Wanita sedang datang bulan tidak diperbolehkan memasuki Keraton (Mas Antok, Guide Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat wawancara 3 Desember 2009).

b. Usaha-usaha Promosi

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, pengelola pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta berusaha melakukan berbagai macam program promosi. Menurut KGPH Poeger (wawancara, 27 Desember 2009) kegiatan promosi yang dilakukan adalah

1) Pihak Keraton bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha batik. Misal dengan mengadakan pentas seni dan workshop-workshop tentang batik, 1) Pihak Keraton bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha batik. Misal dengan mengadakan pentas seni dan workshop-workshop tentang batik,

2) Pihak Keraton Kasunanan juga akan mengadakan kerjasama dengan Pemkot, disini yang dimaksud dengan Pemkot adalah Dinas pariwisata. Karena selama ini dirasa komunikasi antara pihak Keraton Kasunanan dengan Dinas Pariwisata Surakarta belum maksimal. Hal ini juga disebabkan Keraton memang berada di dalam wilayah administratif Solo, tapi tidak dikelola oleh Dinas Pariwisata Surakarta, yang mengelola wisata Keraton itu pihak Keraton sendiri (wawancara: Bu Erni, tanggal 23 Desember 2009).

3) Selain dengan Pemkot, pihak keraton juga mengadakan kerjasama dengan biro travel, yaitu dengan memasukkan Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu tujuan wisata di biro travel tersebut.

4) Melalui media baik media cetak maupun elektronik. Media cetak, misalnya Koran, majalah, dan pamflet melakukan promosi lewat tulisan-tulisan yang dapat mengundang rasa penasaran pengunjung untuk segera datang mengunjungi Keraton, sedang media elektronik,misalnya TV dan video yang menyuguhkan Keraton dalam bentuk visual audio jadi, keindahan dan keanggunan Keraton dapat dinikmati penikmat media elektronik dan pada akhirnya mereka akan berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta.

4. Sifat Kunjungan ke Keraton

Sekedar informasi bahwa tiga tipe pengunjung yang dapat diinformasikan kepada para pembaca. Adapun sifat kunjungan ke Keraton Kasunanan Surakarta dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis menurut dengan kebutuhannya yaitu :

a. Kunjungan pelajar SMP dan SMU, dimana kunjungan mereka bertujuan untuk mengenal tentang sejarah dan budaya keraton. Bagi mahasiswa, tujuannya lebih spesifik lagi misalnya menganalisa perkembangan wisata di Keraton, a. Kunjungan pelajar SMP dan SMU, dimana kunjungan mereka bertujuan untuk mengenal tentang sejarah dan budaya keraton. Bagi mahasiswa, tujuannya lebih spesifik lagi misalnya menganalisa perkembangan wisata di Keraton,

c. Kunjungan resmi pejabat pemerintahan yang bertujuan untuk membicarakan kerjasama dengan pihak keraton. Misalnya Kunjungan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah untuk melakukan pemugaran di Keraton.