Ekonomi Masyarakat Sekitar

Ekonomi Masyarakat Sekitar

Keberadaan obyek wisata Keraton Kasunanan Surakarta ternyata berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Perkembangan wisata Keraton Kasunanan Surakarta akan berpengaruh juga terhadap masyarakat sekitar. Dengan perkembangan wisata yang bagus atau selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka perkembangan ekonomi masyarakatpun ikut meningkat. Dengan lancarnya perekonomian, maka akan berpengaruh juga terhadap peningkatan kehidupan sosial masyarakat.

1. Dampak Sosial

Semakin ditingkatkannya pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta tentunya akan menambah pemasukan yang akan diperoleh Keraton. Pemasukan yang didapat dari wisata Keraton ini sepenuhnya dikelola oleh pihak keraton sehingga pemerintah hanya bertindak sebagai badan pelindung saja. Pemasukan ini digunakan untuk membiayai pemeliharaan dan pengembangan obyek wisata Keraton Kasunanan serta untuk membayar gaji sejumlah abdi dalem keraton.

Sejak tahun 1963, awal mula wisata Keraton ini hanya berupa museum Keraton Kasunanan saja, tapi seiring bergulirnya waktu fasilitas yang ada di Keraton selalu diperbarui dan diperbaiki. Hal ini pun memiliki peran yang sangat besar bagi masyarakat sekitar, seperti penuturan Dwi Hartanto (wawancara, 15 Desember 2009) “….. dengan semakin lengkapnya fasilitas yang ada di obyek wisata Keraton Kasunanan, sangat membantu masyarakat, terutama dalam hal lapangan pekerjaan. Misalnya saya sendiri, sebelumnya saya bingung mau bekerja apa dengan kemampuan yang pas-pasan dan pendidikan yang tidak seberapa, kemudian saya melihat ada kesempatan untuk bekerja sebagai tukang parkir di sini….”. Ibu Harsinah menambahkan selain bisa mendapat pekerjaan, Ibu Harsinah yang sudah berjualan lebih dari 20 tahun juga mendapatkan pengetahuan tentang budaya Keraton, adat istiadat di Keraton (wawancara, 15 Desember 2009).

Pak Ngadiman, seorang abdi dalem menuturkan “…Nek rame kulo tansah pareng kathah pahala, hlawong maringi pangertosan kaliyan tiyang- tiyang ..”. Hal ini mengandung makna bahwa dengan dibukanya Keraton sebagai obyek pariwisata, maka budaya keratonpun menjadi wawasan publik.

Adanya lapangan kerja yang didapatkan masyarakat, berarti akan meningkatnya pendapatan bagi keluarganya. Pendapatan tersebut mampu untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya dan menyekolahkan anak-anaknya. Dengan meningkatnya pendidikan masyarakat berarti semakin meningkat pula status masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan semakin ditingkatkannya wisata Keraton Kasunanan Surakarta, mempunyai pengaruh sosial terhadap masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut di antaranya :

a. Mengubah status sosial masyarakat yang tadinya pengangguran menjadi tidak menganggur.

b. Membuka peluang usaha, yang tadinya tidak punya usaha akhirnya mempunyai usaha sendiri.

c. Meningkatnya pendidikan. Adanya lapangan pekerjaan di Keraton merupakan penghasilan bagi para pekerja tersebut, dan dengan hal itu anak-anak dai pekerja tersebut dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

d. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat.

2. Dampak Ekonomi

Wisata Keraton Kasunanan sangat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Salah satunya membawa peluang kerja bagi masyarakat. Dengan terbukanya peluang usaha tentunya akan membawa pengaruh terhadap pendapatan masyarakat yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga untuk kegiatan sosial dalam masyarakat. Meskipun penghasilan yang didapat tidak begitu besar tetapi cukup untuk memnuhi kebutuhan. Orang-orang yang bekerja di Keraton Kasunanan merupakan Abdi Dalem Keraton yang sudah bekerja lebih dari separuh hidupnya, dan mereka kebanyakan adalah orang-orang yang tinggal di daerah sekitar Keraton Kasunanan Surakarta.

Ada sekitar 2 orang yang bekerja sebagai tukang parkir di area parkir kendaraan pribadi. Pelaksanaan perparkiran ini dilakukan oleh masyarakat sekitar Keraton. Dua orang parkir selalu datang setiap hari, bahkan pada saat liburan sekolah atau hari raya jumlah tenaga parkir ditambah seperti penuturan Dwi Hartanto (wawancara, 15 Desember 2009) “pada musim liburan sekolah atau hari raya, jumlah tenaga parkir ditambah karena jumlah kendaraan yang datang meningkat”.

Ada sekitar 5 orang yang bekerja di loket tiket yang pertama. Pengunjung yang ingin memasuki museum Keraton harus membeli tiket terlebih dahulu, dan 4 orang di loket yang ke dua. Ada dua tempat loket, karena yang pertama berfungsi untuk menjual tiket dan tempat yang kedua untuk pengecekan tiket dan pembelian tiket untuk kamera dan handycam. Bila ada pengunjung yang tidak membeli tiket maka akan disuruh membeli tiket terlebih dahulu. Adapun dafar harga tiket di loket yang pertama:

Domestik : Rp 6000,00 Foreign

Rombongan ( > 40 ) : Rp 5000,00 Pada saat-saat tertentu harga tiket pun mengalami kenaikan seperti saat

Hari Lebaran menjadi Rp 8000,00. Ada sekitar 6 orang mungkin lebih yang bekerja sebagai guide. Guide ini

bekerja secara bergilir biar semua rata dan guide ini dibayar sukarela oleh pengguna jasanya. Guide ini biasanya orang-orang sekitar yang mengetahui benar tentang seluk-beluk keraton.

Ada 6 pedagang akar-akaran yang menjual akar-akaran di tepi jalan atau di pintu masuk museum. Menurut Pak Darmo Suwito (wawancara, 20 Agustus 2009) …. Saya dari tahun 1965 menjual akar-akaran ini, biasanya souvenir ini laku keras saat musim-musim liburan sekolah atau hari raya Lebaran. Penghasilan dari menjual souvenir ini cukup lumayan, karena souvenir dibuat sendiri tidak mengambil dari tempat lain….”. Pak darmo menambahkan bahwa semakin banyak pengunjung yang datang akan semakin banyak pula pendapatan yang diperoleh. Ada 4 atau 5 penarik andong di depan museum Keraton, yang siap mengantarkan pengunjung untuk mengelilingi Keraton Kasunanan Surakarta mulau dari Gapura Gladhag sampai Gapura Gading.

Ada 2 atau 3 penjaga Kori Kamandhungan yang akan memeriksa pengunjung yang memiliki kepentingan untuk penelitian atau ke perpustakaan. Peraturannya pun berbeda dari museum, misalnya :

a. Bagi wanita tidak boleh mengenakan celana harus mengenakan bawahan atau rok.

b. Harus memakai sepatu.

c. Harus berpakaian yang sopan.

d. Harus menjaga tingkah laku dan ucapan. Setelah memasuki Keraton, akan tampak banyak sekali abdi dalem yang mengurusi kebersihan dan keindahan Keraton, yang jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan. Ada 5 orang penjaga perpustakaan yang bertugas untuk menjaga kepustakaan dari Keraton. Perpustakaan dan Sasana Wilopo buka dari jam 10.00 –

13.00, sedangkan museum dari jam 10.00 – 15.00. Belum lagi kerabat-kerabat Kerajaan yang memegang jabatan di Keraton yang jumlahnya sangat banyak. Keraton merupakan suatu organisasi sehingga terdapat kepengurusan dalam Keraton itu sendiri, layaknya sebuah organisasi.

Dengan adanya wisata Keraton Kasunanan Surakarta memberikan dampak kehidupan ekonomi masyarakat sekitar lokasi Keraton. Masyarakat sekitar keraton pun membuka lapangan kerja baru untuk memperoleh penghasilan, misalnya dengan mereka berjualan di sekitar keraton, menawarkan jasa, dan membantu memberikan keterangan mengenai Keraton. Diperolehnya penghasilan dari sektor pariwisata berarti memberikan perubahan ekonomi menjadi lebih baik.