Analisis Urusan Pilihan Prioritas Provinsi Bali

4.3.4 Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral

Penggunaan energi ;listrik di Bali sebagai daerah tujuan wisata utama dunia terus menunjukkan peningkatan cukup pesat. Kebutuhan energi listrik listrik di bali setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali. Pada pertengahan tahun 2005 kebutuhan energi listrik dibali pada beban puncak mencapai 400,8 MW. Kebutuhan energi ini dipasok leh PLTD/PLTG pesanggaran yang memiliki mampu 152 MW, PLTG gilimanuk 130 MW, dari jaringan interkoneksi jawa-bali melalui kabel laut dengan kapasitas 200 MW, dan PLTGU pemaron sebesar 80 MW. Dengan demikian total pasokan energi listrik dibali mencapai 562 MW.

Daftar Dusun Belum berlistrik Provinsi Bali (keadaan Desember 2007) sebanyak 85 dari 4219 dusun yang tersebar di masing-masing Kabupaten sebagai berikut;

1. Buleleng 5 dusun

2. Karangasem dusun

3. Klunkung 34 dusun

4. Bangli 30 dusun Dalam mewujudkan pembangunan bali yang lestari, handal dan merata, pembangunan energi diarahkan pada penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya energi; peningkatan sarana dan prasarana produksi; peningkatan fungsi kelembagaan; peningkatan mutu SDM dan penguasaan teknologi; serta peningkatan peran masyarakat dan kepedulian masyarakat dalam pemanfaatan energi. Pembangunan energi juga diarahkan pada peningkatan intensitas pencarian sumber-sumber energi sejalan dengan peningkatan populasi dan laju petumbuhan ekonomi. Disamping itu pengembangan energi juga dicapai melalui penentuan harga energi yang telah memperhitungkan biaya produksi dan daya beli masyarakat. Pembangunan energi diarahkan kepada penganekaragaman (diversivikasi) energi serta konservasi energi. Pengembangan energi dilaksanakan juga dengan memperhatikan komposisi penggunaan energi yang optimal bagi tiap jenis energi.

Pembangunan kelistrikan diarahkan pada penyediaan tenaga listrik yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dengan melakukan peningkatan kapasitas pembangkit baru..Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan pada penyediaan tenaga listrik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sehingga tahun 2025 akan mencapai kebutuhan sebesar 2 GW, dengan melakukan peningkatan kualitas, kuantitas dan jangkauan system jaringan transmisi dan distribusi secara terintegrasi agar mampu menyediakan tenaga listrik yang handal dan berbasis informasi. Arah pengembangan meliputi:

1. penyediaan tenaga listrik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat,

2. penyempurnaan struktur industri penyediaan tenaga listriknyang memberikan peluang lebih luas bagi swasta secara lebih terbuka, kompetitif, professional terarah dan terpisah dari misi social untuk wilayah non komersial

3. penyempurnaan kebijakan tariff dan subsidi diarahkan pada penerapan tariff regional yang strukturnya disesuaikan dengan harga penetapan pemerintah (HPP) bagi setiap kelompok pelanggan, sedangkan subsidi diarahkan pada 3. penyempurnaan kebijakan tariff dan subsidi diarahkan pada penerapan tariff regional yang strukturnya disesuaikan dengan harga penetapan pemerintah (HPP) bagi setiap kelompok pelanggan, sedangkan subsidi diarahkan pada

4. peningkatan manajemen pengelolaan usaha penyediaan tenaga listrik meliputi : good governance, kemampuan manajemen dan penataan system organisasi

5. diversifikasi energi untuk pembangkit listrik seperti panas bumi, mikro hidro, gas, dan batubara, juga dapat diterapkannya pembangkit listrik tenaga surya, angina dan gelombang

6. pengembangan industri penunjang ketenagalistrikan yang mengedapnkan peningkatan kandungan local yang melibatkan dunia usaha, pendidikan, pemerintah, dan masyarakat secara terintegrasi dan sinergis berbasis transfer knowledge termasuk pengembangan standarisasai dan sertifikasi kelistrikan.

7. program pembinaan dan pengembangan usaha ketenagalistrikan, usaha energi terbarukan dan konservasi energi

Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa belum ada variabel yang bisa mendukung penyelenggaraan urusan ini. Terutama belum optimalnya daya dukung alam, sarana dan prasarana, daya dukung politik, dukungan dari masyarakat di daerah ini. Total skor untuk urusan energi dan sumber daya mineral adalah 100, sebagai tampak dalam tabel berikut:

Tabel IV. 5

Skor Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral

Jumlah

No. Variabel

Bobot

Nilai

Total Skor

Indikator

1 Potensi dan Keunikan Sumber 1 40 1 40

Daya Daerah 2 Lingkungan Strategis Nasional

1 30 1 30 dan Internasional 3 Strategi dan Kebijakan Bali

1 30 1 30 Mandara: Maju, Aman, Damai, Sejahtera Jumlah

4.3.5 Urusan Pariwisata

Sebagai andalan utama ekonomi Bali sangat rentan dipengaruhi kondisi sosial ekonomi politik dan keamanan yg sifatnya nasional, regional maupun global. Adanya berbagai peristiwa dan konflik pada beberapa daerah di bali sangat berpengaruh terhadakondisi kepariwisataan bali. Selama 20 tahun terakhir perkembangan jumlah wisatawan ke Bali sangat berfluktuasi sebagai akibat berbagai insiden baik lokal, regional maupun global. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara langsung ke Bali per tahun selama kurun waktu 2000-2005 mencapai 1.386.448 orang dengan jumlah terbanyak terjadi pada tahun 2004 dengan jumlah 1.457.565 orang dan terndah tahun 2003 sebanyak 993.185. Lima besar negara asal wisatawan yang berkunjung langsung ke Bali dalam kurun waktu 2000-2005 adalah Jepang, Australia, Taiwan, Korea Selatan dan Jerman. Rata-rata tingkat hunian kamar berdasarkan klasifikasi hotel per tahun selama lima tahun terkahir adalah 48,51% dimana pada tahun 2005 hotel bintang satu sebesar 39,68%, hotel bintang dua sebesar 38,08%, hotel bintang tiga 36,62%, bintang empat 43,22 % dan hotel bintang lima sebesar 49,14%. Rata-rata lama menginap pada tahun 2005 pada hotel berbintang mencapai 36,63 hari meliputi wisatawan manca negara 3,83 dan wisatawan nusantara 3,23 hari, Komposisi ini agak berbeda dibandingkan tahun 2002 dimana rata-rata menginap mencapai 4,07 hari meliputi wisatawan manca negara, 4,20 hari dan wisatawan nusantara 3,62 hari.

Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa ketiga variabel bisa mendukung Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa ketiga variabel bisa mendukung

Tabel IV. 6 Skor Urusan Pariwisata

Jumlah

No. Variabel

Bobot

Nilai

Total Skor

Indikator

1 Potensi dan Keunikan Sumber 1 40 3 120 Daya Daerah 2 Lingkungan Strategis Nasional

1 30 3 90 dan Internasional 3 Strategi dan Kebijakan Bali

1 30 3 90 Mandara: Maju, Aman, Damai, Sejahtera Jumlah

4.3.6 Urusan Perindustrian

Sektor industri kecil dan menengah sebagai pendukung pariwisata Bali mempunyai peluang yang cukup menjanjikan bagi perolehan Bali di masa yang akan datang. Nilai produksi industri kecil dan menengah pada tahun 2005 mencapai Rp.2.915.529,846 juta atau meningkat 8,47% dibandingkan tahun 2000 yang mencapai Rp. 2.047.898,00 juta dengan kontributor terbesar adalah Kabupaten Gianyar yaitu sebesar Rp. 1.037.787,310 juta, dan terendah adalah Kabupaten Buleleng sebesar 57.731,103 juta. Nilai produksi pada tahun 2005 meliputi sektor formal sebesar Rp.2.052.531,441 juta dan sektor informal sebesarRp. 862.998,405 juta.

Peluang industri kerajinan daerah Bali cukup potensial untuk dikembangkan menjadi industri unggulan karena didukung adanya tenaga kerja terampil, disaen yang Peluang industri kerajinan daerah Bali cukup potensial untuk dikembangkan menjadi industri unggulan karena didukung adanya tenaga kerja terampil, disaen yang

Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa hanya variabel pertama yang belum mendukung penyelenggaraan urusan ini. Daya dukung alam, sarana dan prasarana, dukungan partisipasi masyarakat di daerah ini, kontribusi untuk APBD, Total skor untuk urusan perindutrian adalah 240, sebagai tampak dalam tabel berikut:

Tabel IV. 7 Skor Urusan Perindustrian

Jumlah

No. Variabel

Bobot

Nilai

Total Skor

Indikator

1 Potensi dan Keunikan Sumber 1 40 2 80 Daya Daerah 2 Lingkungan Strategis Nasional

1 30 3 90 dan Internasional 3 Strategi dan Kebijakan Bali

1 30 3 90 Mandara: Maju, Aman, Damai, Sejahtera Jumlah

4.3.7 Urusan Perdagangan

Perdagangan, hotel dan restoran sebagai sector yang berhubungan erat dengan pariwisata Bali mempunyai andil yang besar terhadap pembangunan perekonomian Bali secara keseluruhan. Hal ini tercermin dari kontribusi sector ini terhadap Produk Domestik Rational Bruto Bali yang cukup besar (dalam kisaran tahun 2003 hinggga tahun 2007 fluktuasinya sbb:28,43%; 29,19%; 29,37%; 28,88% dan 28,98%). Data tersebut menunjukkan pada 2(dua) tahub terahir ini kontribusinya mengalami penurunan walaupun tidak signifikan. (Bandingkan dengan kontribusi sektor pertanian pada tahun yang sama sbb:21,66%; 20,70%; 20,29%; 19,96% dan 19,41%)

Disamping itu letak pulau Bali yang strategis, dengan didukung 4(empat) pelabuhan laut, Benoa, Padang Bai, Celukan Bawang dan Gilimanuk serta tersedianya sarana transportasi lainnya yang sangat memadai, diharapkan akan memudahkan arus keluar masuknya barang yang pada giliranya akan meningkatkan kinerja perekonomian Bali.

Sektor perdagangan ini menjadi makin penting dan masuk dalam prioritas penanganan dengan adanya dinas-dinas didaerah serta kementrian ditingkat pusat Perkembangan ekspor daerah Bali dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata sebesar USD 621,992,417.96. Dimana ekspor tertinggi tahun 2005 yaitu sebesar USD 867,927,603.36 dan terendah pada tahun 2001 yaitu sebesar USD 383,613,720.99. Sementara itu andil ekspor Bali terhadap ekspor non migas nasional Sektor perdagangan ini menjadi makin penting dan masuk dalam prioritas penanganan dengan adanya dinas-dinas didaerah serta kementrian ditingkat pusat Perkembangan ekspor daerah Bali dalam kurun waktu 2000-2005 rata-rata sebesar USD 621,992,417.96. Dimana ekspor tertinggi tahun 2005 yaitu sebesar USD 867,927,603.36 dan terendah pada tahun 2001 yaitu sebesar USD 383,613,720.99. Sementara itu andil ekspor Bali terhadap ekspor non migas nasional

Tantangan di sektor perdagangan antara lain rendahnya komoditi ekspor, sumberdaya manusia pelaku bisnis, perlindungan terhadap konsumen dan produsen, terbatasnya bahan baku lokal, belum memiliki tempat promosi yang bertaraf internasional seperti Bali Trade Center, terbatasnya informasi pasar luar negeri dan belum adanya pelabuhan ekspor.

Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa hanya variabel pertama yang belum mendukung penyelenggaraan urusan ini. Daya dukung alam, sarana dan prasarana, dukungan partisipasi masyarakat di daerah ini, kontribusi untuk APBD, Total skor untuk urusan perdagangan adalah 270, sebagai tampak dalam tabel berikut:

Tabel IV. 8 Skor Urusan Perdagangan

Jumlah

No. Variabel

Bobot

Nilai

Total Skor

Indikator

1 Potensi dan Keunikan Sumber 1 40 3 120 Daya Daerah 2 Lingkungan Strategis Nasional

1 30 2 60 dan Internasional 3 Strategi dan Kebijakan Bali

1 30 3 90 Mandara: Maju, Aman, Damai, Sejahtera Jumlah

4.3.8 Urusan Transmigrasi

Sektor transmigrasi ini menjadi tidak terlalu relevan untuk menjadi prioritas urusan pilihan Provinsi Bali dengan beberapa pertimbangan. Sebaran penduduk di Bali dapat dikatakan tidak merata dan konsentrasi penduduk hanya terdapat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung saja. Sehingga akan tidak produktif jika program Sektor transmigrasi ini menjadi tidak terlalu relevan untuk menjadi prioritas urusan pilihan Provinsi Bali dengan beberapa pertimbangan. Sebaran penduduk di Bali dapat dikatakan tidak merata dan konsentrasi penduduk hanya terdapat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung saja. Sehingga akan tidak produktif jika program

Selain itu transmigrasi tampaknya meninggalkan “trauma“ yang tidak menyenangkan bagi sebagian transmigran Bali. Bisa dilihat contoh transmigran Bali di Timor-Timur dan Poso. Kesuksesan mereka membangun daerah transmigrasi yang dibarengi dengan kesejahteraan hilang begitu saja karena pergolakan politik atau konflik yang muncul seiring penerapan desentralisasi yang luas.

Setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru, kebijaksanaan transmigrasi ini tampaknya tidak lagi dipandang sebagai masalah urgen negara dengan dibubarkannya departemen yang mengurusnya.

Analisis terhadap tiga variabel yaitu potensi dan keunikan sumber daya daerah, lingkungan strategis nasional dan internasional, serta strategi dan kebijakan BALI MANDARA memperlihatkan bahwa tidak ada variabel yang bisa mendukung penyelenggaraan urusan ini. Daya dukung alam, sarana dan prasarana, dukungan partisipasi masyarakat di daerah ini, kontribusi untuk APBD, Total skor untuk urusan transmigrasi adalah 100, sebagai tampak dalam tabel berikut:

Tabel IV. 9 Skor Urusan Transmigrasi

Jumlah

No. Variabel

Bobot

Nilai

Total Skor

Indikator

1 Potensi dan Keunikan Sumber 1 40 1 40

Daya Daerah 2 Lingkungan Strategis Nasional

1 30 1 30 dan Internasional 3 Strategi dan Kebijakan Bali

1 30 1 30 Mandara: Maju, Aman, Damai, Sejahtera Jumlah

Dari hasil analisis dengan menggunakan beberapa pertimbangan dan kriteria tersebut, maka skor untuk tingkat prioritas penyelenggaraan masing-masing urusan adalah sebagai berikut:

Tabel IV.10 Tingkat Prioritas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Kriteria

Total Skor

Tingkat Prioritas Penyelenggaraan Urusan

Urusan Kelautan dan Perikanan

V Pertanian

I/ II Kehutanan

VI Energi dan Sumber Daya

VII/VIII Mineral Pariwisata

I/ II Perindustrian