Pengumpulan al-Qur’an Zaman Kekhilafahan Abû Bakar

1.2. Pengumpulan al-Qur’an Zaman Kekhilafahan Abû Bakar

Pasca wafatnya Rasulullah saw. para sahabat ra. belum merasa perlu agar al-Qur’an dikumpulkan dalam satu kitab, hingga terbunuhnya sejumlah penghafal al-Qur’an dalam Perang Riddah pada tahun 10 H/632 M dan Perang Yamâmah pada tahun 11 H/633 M. Dalam peperangan tersebut, sejumlah penghafal dan qurrâ’ telah terbunuh; ada yang mengatakan 70 orang, dan ada yang mengatakan 500 orang. Kondisi ini sempat mencemaskan ‘Umar bin al-Khaththâb, yang dikhawatirkan akan berdampak pada hilangnya sebagian suhuf. Beliau lalu berfikir untuk mengajukan hal itu kepada

Abû Bakar supaya beliau mengumpulkan al-Qur’an. Zayd bin Tsâbit menuturkan:

ُﺮَﻤُﻋ ْﻝَﺰَﻳ ْﻢَﻠَﻓ ٌﺮْﻴَﺧ ِﻪﱠﻠﻟﺍَﻭ َﻮ ُﻫ ُﺮَﻤُﻋ َﻝﺎَﻘَﻓ e ِﻪﱠﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ ُﻪْﻠَﻌْﻔَﻳ

10 At­Tirmidzi, Sunan, hadits no. 3011.

ُﻪْﻌَﻤْﺟﺎَﻓ َﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ِﻊﱠﺒَﺘَﺘَﻓ e ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻝﻮُﺳَﺮِﻟ َﻲْﺣَﻮْﻟﺍ

Ketika terjadi peristiwa Perang Yamamah, Abû Bakar telah mengirim utusan kepada saya, di sampingnya ada ‘Umar. Abû Bakar berkata: Saya telah didatangi oleh ‘Umar, dan dia berkata: Sesungguhnya peristiwa Yamamah telah menimpa orang-orang (qurrâ’) itu dengan tragis. Saya khawatir, para qurrâ’ itu akan banyak lagi yang terbunuh di muka bumi ini, sehingga banyak bagian dari al- Qur’an ini hilang hingga Anda mengumpulkannya. Saya berpendapat, bahwa Anda harus mengumpulkan al-Qur’an ini. Abu Bakar berkata kepada ‘Umar: Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul saw? ‘Umar menjawab: Demi Allah, hal itu adalah baik. Maka, ‘Umar terus mendatangiku hingga Allah melapangkan dadaku untuk melakukan hal itu. Akupun akhirnya berpendapat yang sama dengan ‘Umar. Zayd bin Tsâbit berkata: ‘Umar di sampingnya (Abû Bakar) sedang duduk, tidak berkata-kata. Abu Bakar berkata: Kamu (Zayd bin Tsâbit) seorang pemuda yang cerdas, dan kami pun tidak pernah melemparkan tuduhan apapun kepadamu. Kamu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah saw. maka telitilah al-Qur’an dan kumpulkanlah. 11

Bagaimana cara Zayd bin Tsâbit mengumpulkan al-Qur’an pada zaman Abû Bakar? Realitas tersebut beliau jelaskan, sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Bukhâri dalam kitab Shahîh-nya:

11 Al­Bukhâri, Shah îh, hadits no. 4311.

Maka aku melakukannya, kemudian aku meneliti al-Qur’an. Aku mengumpulkannya dari lempengan (riqâ’), tulang binatang (aktâf), pelepah kurma (‘asab), batu tipis (lihâf) dan dada (hafalan) tokoh- tokoh (penghafal)-nya hingga aku menemukan dua ayat dari surat at- Taubah pada Huzaymah al-Anshâri, yang tidak aku temukan pada

yang lain: hingga akhir. Lembaran-lembaran yang di dalamnya al-Qur’an telah dikumpulkan itu ada pada Abû Bakar hingga Allah mewafatkan beliau, kemudian di tangan ‘Umar hingga Allah pun mewafatkan beliau, kemudian berpindah ke tangan Hafshah bint ‘Umar. 12

Keterangan ini menjelaskan metode Zayd bin Tsâbit dalam mengumpulkan al-Qur’an, bahwa pengumpulan tersebut berpijak pada dua hal:

1. hafalan yang tersimpan dalam dada para sahabat;

2. materi yang tertulis di depan Rasul, dan materi tersebut tidak diterima, kecuali dengan kesaksian dua orang yang adil. 13

Menurut as-Sakhâwi, sebagaimana yang dinukil oleh as- Suyûthi, bahwa yang dimaksud dengan disaksikan oleh dua orang adalah, bahwa hal itu merupakan sesuatu yang ditulis sebagaimana bentuk yang dengannya al-Qur’an telah diturunkan, atau bahwa yang

14 ditulis itu memang telah ditulis di depan Rasulullah saw. Abû

Syâmah juga menyatakan, bahwa tujuan mereka adalah agar al- Qur’an tersebut tidak ditulis dengan tulisan yang sama dengan yang ditulis di depan Rasulullah saw. 15

12 Ibid. 13 Al­Mubârakfûri, Tuh fat al­Ahwadhi, Dâr al­Kutub al­‘Ilmiyyah,

Beirut, t.t., juz VIII, hal. 408. 14 As­Suyûthi, Op. Cit., juz I, hal. 238.

15 ‘Ali al­Hasan, Op. Cit., hal. 141.

Karena itu, kesaksian tersebut bukan kesaksian atas al- Qur’an, karena hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat jumlah para penghafal dan pembacanya sangat banyak. Namun, kesaksian yang dimaksud di sini adalah kesaksian atas tulisan yang ditulis di depan Nabi saw. Dengan cara itulah, penulisan tersebut telah selesai dengan sempurna sehingga terkumpul dalam lembaran yang diikat dengan benang, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebagian riwayat. Inilah peranan yang dimainkan oleh Zayd bin Tsâbit.