1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah jenis tindak tutur dalam dialog percakapan komik Detektif
Conan karya Aoyama Gosho?
2. Bagaimanakah kategori tindak ilokusi dalam dialog percakapan komik
Detektif Conan karya Aoyama Gosho?
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan ini membatasi ruang lingkup permasalahan, dengan tujuan agar penelitian ini jelas dan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam komik Detektif Conan dengan menggunakan pendekatan
ilmu pragmatik.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam dialog percakapan komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho.
2. Mendeskripsikan kategori tindak ilokusi dalam dialog percakapan komik
Detektif Conan karya Aoyama Gosho.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan teori-teori
dan penerapannya tentang kajian linguistik terapan khususnya ilmu pragmatik terutama dalam dialog percakapan pada komik.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat menambah kajian analisis pragmatik
khususnya pemakaian tindak tuturdengan objek kajian komik.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti
dalam pemahaman dialog percakapan dalam komik Detektif Conan terutama dalam hal memahami jenis tindak tutur dan kategori tindak
ilokusi khususnya kepada para peminat ilmu pragmatik. 2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan terutama dalam penelitian mengenai jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam
dialog percakapan. 3.
Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis komik Indonesia bagaimana cara baru penulis komik asing dalam hal menuangkan isi pikiran dalam
mempergunakan bahasa.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkretKBBI, 2005: 588.
2.1.1 Tindak Tutur
Tindak tutur atau tindak ujaran speech act mempunyai kedudukan sangat penting di dalam pragmatik.Hal tersebut karena tindak tutur merupakan satuan
analisis pragmatik.Pada tahun 1962, Austin dalam bukunya yang berjudul How to do Things with Words mengatakan bahwa dalam mengujarkan sebuah kalimat
tertentu dipandang sebagai melakukan tindakan act, di samping mengucapkan kalimat tersebut. Austin membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan
ujaran, yaitu: lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka Searle 1979 dalam bukunya Speech Acts Theory and Pragmatics, ia membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima
kategori yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
2.1.2 Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku tersendiri http:id.wikipedia.orgwikiKomik.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.1.3 Sinopsis Komik Detektif Conan
Shinichi Kudo seorang detektif SMA berusia 17 tahun yang biasanya membantu polisi memecahkan kasus, diserang oleh 2 anggota sindikat misterius
ketika mengawasi sebuah pemerasan.Ia kemudian diberi minum racun misterius yang baru selesai dikembangkan untuk membunuhnya. Namun, sebuah efek
samping yang jarang terjadi yang tidak diketahui anggota sindikat tersebut, racun tersebut mengakibatkan tubuhnya mengecil seperti anak kecil berusia tujuh tahun
setelah mereka meninggalkannya. Untuk menyembunyikan identitasnya dan untuk menginvestigasi keadaan
sindikat tersebut, yang selanjutnya dikenal dengan namaOrganisasi Berbaju Hitam atau Organisasi Hitam. Dia menyamarkan namanya menjadi Conan
Edogawa.Untuk mencari jejak sindikat tersebut, dia tinggal bersama dengan teman sejak kecilnya bernama Ran Mouri yang ayahnya, Kogoro Mouri,
merupakan seorang detektif swasta.Dia bersekolah di SD Teitan dan membentuk Grup Detektif Cilik dengan 3 teman sekelasnya, yaitu: Ayumi Yoshida, Mitsuhiko
Tsuburaya, dan Genta Kojima. Meskipun tubuhnya mengecil, ia tetap memecahkan kasus. Biasanya ia menyelesaikan kasus-kasus tersebut dengan
meniru suara Kogoro Mouri dengan alat yang diciptakan oleh tetangganya, Profesor Agasa.
Kogoro Mouri seorang detektif yang agak bodoh awalnya bingung pada kemampuan memecahkan kasusnya meningkat secara mendadak. Kemudian ia
tidak heran karena ia senang ketenarannya semakin meningkat. Ran Mouri pernah
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
beberapa kali mencurigai bahwa Conan adalah Shinichi. Namun, kecerdikan Conan membuat Ran pun percaya bahwa Conan bukanlah Shinichi.
Selanjutnya dalam seri ini, tokoh utama lainnya, Ai Haibara muncul. Ai adalah seorang mantan anggota Organisasi Hitam yang memiliki nama sandi
Sherry. Nama aslinya adalah Shiho Miyano.Dia seorang ilmuan yang mengembangkan racun APTX 4869 yang membuat tubuh Shinichi mengecil.
Setelah kakaknya secara kejam dibunuh oleh anggota Organisasi Hitam, ia mencoba keluar dari organisasi itu namun ia ditangkap. Dia mencoba bunuh diri
dengan menelan pil APTX 4869 namun ternyata tubuhnya mengecil, dan dia berhasil kabur dari organisasi tersebut.
Dia kemudian bersekolah di SD Teitan dengan nama samaran Ai Haibara. Dia mengetahui identitas asli Conan dan membantunya dalam
perjuangan Conan untuk menjatuhkan Organisasi Hitam.Kemudian, Conan terlibat dengan Biro Investigasi Federal FBI, dan mereka berhasil menangkap
Kir seorang anggota Organisasi Hitam. Kir kemudian diketahui merupakan seorang agen CIA yang menyamar, dan berjanji akan memberi informasi tentang
Organisasi Hitam kepada FBI. Mereka kemudian mengembalikan Kir ke organisasi tersebut. Kemudian, dia memberitahukan kepada FBI bahwa di
Organisasi Hitam ada seorang anggota baru dengan nama sandi Bourbon.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
2.2.1 Pragmatik
Leech dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8 pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar speech
situations.Sedangkan I Dewa Putu Wijana 1996: 1 mengatakan bahwa “pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi”.
2.2.2 Aspek Situasi Tutur
Pragmatik adalah ilmu yang sangat berkaitan dengan adanya situasi yang ditafsirkan. Inilah yang membedakan antara pragmatik dengan ilmu-ilmu lainnya,
seperti halnya semantik, yang dapat memperoleh makna tanpa harus menggunakan konteks atau situasi. Adapun pragmatik adalah ilmu yang
memerlukan konteks atau situasi, karena tanpa adanya situasi maka kita tidak dapat menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini Leech dalam edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993: 19-20 membedakan fenomena ilmu pragmatik
dengan ilmu lainnya, yaitu menggunakan salah satu dari beberapa aspek situasi ujar berikut ini.
a. Yang menyapa penutur atau yang disapa lawan tutur
Percakapan dilakukan oleh penutur dan mitra tutur yang berkomunikasi satu sama lain. Penutur mengujarkan tuturannya kepada lawan tutur,
kemudian tuturan atau isi pesan yang terdapat dalam tuturan itu ditangkap
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
oleh lawan tutur.Maka lawan tutur harus mampu menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.
b. Konteks sebuah tuturan
Konteks diartikan sebagai aspek yang bergayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks juga merupakan suatu pengetahuan
latar belakang yang sama, yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur, dan membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.
c. Tujuan sebuah tuturan
Sebuah tuturan memiliki tujuan tertentu untuk mendapatkan kesepakatan antara penutur dan lawan tutur. Hal tersebut tentu saja memerlukan latar
belakang atau pengetahuan yang sama, yang dimiliki antara si penutur dan lawan tutur dengan menggunakan kerja sama antara penutur dengan lawan
tutur untuk mencapai kesepakatan bersama. Tujuannya sendiri dapat berarti sebuah maksud, karena dalam ilmu pragmatik satu tuturan berarti
mempunyai berbagai maksud, dan satu maksud dapat diujarkan melalui berbagai tuturan.
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan maksud ilokusi, yaitu saying something doing something.Dalam hal ini
sebuah tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu tindakan dari lawan tutur atau pendengar.Seperti dikatakan oleh Leech dalam edisi
terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20 bahwa pragmatik berurusan dengan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.
e. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Produk tindak verbal sama halnya seperti tindakan atau kegiatan tindak ujar. Maka tuturan pun dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu
sebagai produk suatu tindak verbal.
2.2.3 Tindak tutur
Teori tindak tutur sendiri speech acts berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris yaitu John L. Austin, pada tahun
1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How To Do Things With Word. Kemudian dikembangkan oleh Searle secara
mantap dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language. Menurutnya, dalam semua interaksi lingual terdapat tindak tutur.
Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata atau kalimat, melainkan lebih tepatnya bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang
berwujud perilaku tindak tutur. Dalam bukunya How To Do Things With Words, Austin membedakan
tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu
yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur
yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar tetapi sahih atau tidak.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Berdasarkan ilmu pragmatik ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu: 1 lokusi, 2 ilokusi, dan 3 perlokusi.
Ketiga jenis tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1
Lokusi dari suatu ucapan adalah makna dasar dan referensi dari ucapan itu Austin dalam Siregar, 1997: 38.
2 Ilokusi dari suatu ucapan adalah daya yang ditimbulkan oleh pemakainya
sebagai suatu perintah, ejekan, keluhan, pujian, dan sebagainya Austin dalam Siregar, 1997: 38.
3 Perlokusi dari suatu ucapan adalah hasil dari apa yang diucapkan pada
pendengarnya Austin dalam Siregar, 1997: 38.
Apabila Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka Searle dalam Tarigan, 1990:
47-48 mengembangkan berdasarkan kategorinya menjadi lima. Ia membagi tindak ilokusi menjadi lima kategori berikut ini.
1 Asertif
Tindak tutur asertif melibatkan penutur pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini,
misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan.
2 Direktif
Tindak tutur direktif merupakan usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan sesuatu. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
tindak tutur ini, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan.
3 Komisif
Tindak tutur komisif melibatkan penutur pada beberapa tindakan yang akan datang. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini,
misalnya: menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan doa. 4
Ekspresif Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan,
mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis penutur. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, misalnya: mengucapkan
terima kasih,
mengucapkan selamat,
memaafkan, mengampuni,
menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. 5
Deklaratif Leach dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:328-329 mengatakan deklarasi
Tuturan deklarasi mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisional dengan realitas.Isi pernyataan dari tuturan deklarasi ini
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai wewenang khusus dalam lembaga tertentu.Contoh klasik adalah hakim yang menjatuhkan hukuman,
pendeta yang membabtis anak-anak, orang yang terkemuka yang menamai kapal dan sebagainya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur
ini, misalnya: menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membabtis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk,
menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.2.4 Konteks
Dell Hymes dalam Chaer, 1995: 62, seorang pakar sosiolinguistik terkenal mengatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen,
yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah:
S = Setting and Scene P = Participants
E = Ends: purpose and goal A = Act sequence
K = Key: tone or spirit of act I = Instrumentalities
N = Norms of interactions and interpretation G = Genres
Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, dan
situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.Berbicara di
lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu
banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi.Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tetapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin.
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim atau penerima
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi sebagai pengkotbah di mesjid, kothib sebagai pembicara
dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran.Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya seorang anak akan
menggunakan ragam bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus perkara.Namun
para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda.Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa
terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil.Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah, dosen yang cantik itu berusaha untuk
menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya.Namun, barang kali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah
dosen yang cantik itu. Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran
dalam perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda.Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.Instrumentalities ini juga mengacu
pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran
dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa, dan sebagainya.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari KBBI, 2005:1198. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon
KBBI, 2005: 912. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk ditinjau dalam penelitian ini, adapun sumber
tersebut adalah sebagai berikut. Maharani 2007 dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur
Percakapan Dalam Komik Asterix.Ia membahas tentang jenis-jenis tindak tutur percakapan berdasarkan teori J.L. Austin yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi
serta analisis pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan komik Asterix seri ke-20.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Farida Malau 2009 dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan Diri Karya NH.Dini.Ia
membahas tentang jenis-jenis tindaktutur berdasarkan teori Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur
deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya terdapat empat jenis tindak
tutur saja yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif dan tindak tutur deklaratif sedangkan tindak tutur ekspresif tidak ada ditemukan.
Nelly Yani 2006 dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Dalam Wacana Komik di Majalah Annida.Ia membahas tentang tindak tutur
ilokusi berdasarkan pendapat Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa penelitian Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conanbelum pernah diteliti.Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khususnya jenis tindak
tutur dan kategori tindak tutur.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data dan Data