Kriteria Mohr – Coulomb Kriteria Hoek-Brown

2-43 Junaida Wally 13010003 Gambar 2. 42 Pengujian Kuat Tarik http:eprints.undip.ac.id3382051617_chapter_II.pdf Pada uji brazilian, kuat tarik batuan dapat ditentukan berdasarkan persamaan: DL 2F T    Keterangan : T  = Kuat tarik batuan MPa F = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan KN D = Diameter contoh batuan mm L = Tebal batuan mm

2.2.3 Kriteria Keruntuhan Batuan

Kriteria keruntuhan batuan ditentukan dengan asumsi regangan bidang plane strain atau tegangan bidang plane stress agar perhitungan menjadi sederhana.

2.2.3.1 Kriteria Mohr – Coulomb

Teori Mohr menganggap bahwa untuk suatu keadaan tegangan 3 2 1      , 2  intermediate stress tidak mempengaruhi keruntuhan batuan dan kuat tarik tidak sama dengan kuat tekan. Kriteria ini dapat ditulis:   f  2-44 Junaida Wally 13010003 dan dapat digambarkan pada ,   oleh sebuah kurva pada Gambar berikut: Gambar 2. 43 Kriteria Mohr :   f  http:eprints.undip.ac.id3382051617_chapter_II.pdf Keruntuhan failure terjadi jika lingkaran Mohr menyinggung kurva Mohr kurva intrinsik dan lingkaran tersebut disebut ‗lingkaran keruntuhan‘. Kurva Mohr merupakan selubung keruntuhan dari lingkaran-lingkaran Mohr saat keruntuhan. Pada kriteria Mohr-Coulomb selubung keruntuhan dianggap sebagai garis lurus untuk mempermudah perhitungan. Kriteria ini didefinisikan sebagai berikut : C   dimana : = tegangan geser C = kohesi = tegangan normal = koefisien geser dalam batuan =  tg Faktor keamanan ditentukan berdasarkan jarak dari titik pusat lingkaran Mohr ke garis kekuatan batuan kurva intrinsik dibagi dengan jari-jari lingkaran Mohr. Faktor keamanan ini menyatakan perbandingan keadaan kekuatan batuan terhadap tegangan yang bekerja pada batuan tersebut. 2-45 Junaida Wally 13010003 Gambar 2. 44 Kriteria keruntuhan Mohr – Coulomb http:eprints.undip.ac.id3382051617_chapter_II.pdf Keterangan Gambar: r - r = bidang rupture t - t = garis kuat geser Coulomb 3 1 - = diameter lingkaran Mohr Normal stress pada bidang rupture r – r : 2 α cos 2 2 3 1 3 1 n     Shear stress pada bidang rupture r – r : 2 α sin 2 3 1    2-46 Junaida Wally 13010003 Gambar 2. 45 Penentuan Faktor Keamanan http:eprints.undip.ac.id3382051617_chapter_II.pdf Faktor keamanan = 2 sin 2 tan b a 2 1 2 1                 c Dimana     sin 2 tan 2 1          c a 2 2 1     b

2.2.3.2 Kriteria Hoek-Brown

Keruntuhan Hoek and Brown –Brown dikembangkan untuk menentukan kekuatan dari suatu massa batuan. Hoek –Brown juga memberikan persamaan yang berbeda dalam menentukan kekuatan pada batuan utuh dan batuan berkekar. Kriteria keruntuhan Hoek –Brown untuk batuan utuh: 5 . 3 3 1 1         ci i ci m      2-47 Junaida Wally 13010003 Dimana: i m : konstanta m untuk potongan batuan untuh Nilai i m dapat dipeoleh dari tabel berikut: Tabel 2. 1 Nilai i m untuk batuan utuh Hoek, 2000 Kriteria keruntuhan Hoek – Brown untuk batuan berkekar: a ci b ci s m               3 3 1 Dimana: 1  , 3  : tegangan efektif maksimum dan minimum saat runtuh ci  : uniaxial compressive strength dari sampel batuan utuh b m : konstanta m untuk massa batuan Hoek-Brown s, a : konstanta yang bergantung dari karakteristik massa batuan Coarse Very fine Conglomerate Claystone 22 4 Breccia 20 Marble 9 Migmatite 30 Gneiss Slate 33 9 Granite 33 Granodiorite 30 Diorite 28 Gabbro 27 Norite 22 Agglomerate 20 Sandstone Siltstone 19 9 These values are for intact rock specimens tested normal to bedding or foliation. The value of m i will be significantly different if failure occurs along a weakness plane. i Rock type Class Group Medium Fine Texture Greywacke Spartic 10 Gypstone 7 Chalk 18 Coal 8 to 21 16 Hornfels 19 Amphibolite 25 to 31 Schist 4 to 8 Rhyolite 16 Dolerite 19 Breccia 18 Micritic 8 Anhydrite 13 Quartzite 24 Mylonite 6 Phyllite 10 Obsidian 17 19 Dacite 17 Andesite Tuff 15 Clastic Non-clastic Organic Carbonate Chemical 19 Basalt Sedimentary Metamorphic Non foliated Slightly foliated Foliated Igneous Light Dark Extrusive pyroclastic type 2-48 Junaida Wally 13010003 Hoek et al. 2002 menyarankan persamaan berikut untuk menghitung konstanta massa batuan b m , s dan a adalah sebagai berikut:          D GSI m m i b 14 28 100 exp 3 9 100 exp          D GSI s   . e 6 1 2 1 3 20 GSI15 -     e a dimana nilai GSI Geological Stength Index yang diperkenalkan oleh Hoek, Kaiser dan Bawden akan memberikan estimasi nilai pengurangan kekuatan pada massa batuan untuk kondisi geologi yang berbeda. GSI untuk karakterisasi massa batuan blocky berdasarkan Interlocking dan kondisi joint serta perkiraan kekuatan geologi index GSI untuk massa batuan heterogen seperti Flysch dapat dilihat pada tabel berikut: 2-49 Junaida Wally 13010003 Gambar 2. 46 GSI untuk karakterisasi massa batuan blocky berdasarkan Interlocking dan kondisi joint Hoek, 2000. 2-50 Junaida Wally 13010003 Gambar 2. 47 Perkiraan Kekuatan Geologi Index GSI untuk massa batuan heterogen seperti Flysch After Marinos and Hoek, 2001. 2-51 Junaida Wally 13010003 Untuk menentukan kohesi dan sudut geser efektif dari batuan maka dapat digunakan tabel-tabel berikut: Gambar 2. 48 Grafik untuk menentukan nilai kohesi batuan Hoek, 200 Gambar 2. 49 Grafik untuk menentukan nilai sudut geser bataun Hoek, 2000 2-52 Junaida Wally 13010003 Hoek juga memberikan faktor kerusakan yang tergantung pada tingkat kerusakan massa batuan yang disebabkan oleh peledakan maupun tegangan. Pedoman untuk menentukan besarnya nilai D dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. 2 Pedoman untuk menentukan besarnya nilai D Hoek,200

2.2.3.3 Kriteria Tegangan Tarik Maksimum