72
antara pihak pelaksana program dengan masyarakat sasaran yang tertuang dalam kontrak kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Dengan adanya kontrak kerjasama
tersebut maka pelaksana program harus dituntut professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengabdi.
Tanggapan masyarakat terhadap profesionalitas pelaksana program adalah hal yang penting dan akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut,
sebagaimana yang ditemukan oleh Angga Harahap pada tahun 2010 pada penelitiannya yang berjudul
“
Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional PNPM Mandiri Perdesaan Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara”. Dari hasil penelitiannya tersebut ditemukan bahwa tidak semua masyarakat berpartisipasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional,
hal ini karena ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap pelaku pelaksanaan kegiatan di perdesaan.
4.4.3 Partisipasi Masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat biasanya juga tidak terlepas dari konsep Partisipasi, karena unsur utama dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah keterlibatan atau
keikutsertaan masyarakat. Adapun kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpatisipasi
dapat dilihat melalui kategori berikut :
Universitas Sumatera Utara
73
a. Kehadiran Masyarakat Pada Kegiatan Sosialisasi
Partisipasi responden untuk mengadiri kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana program dapat dilihat melalui Tabel 4.22 :
Tabel 4.22 Kehadiran Masyarakat Pada Kegiatan Sosialisasi
No Kehadiran Masyarakat Pada
Kegiatan Sosialisasi Frekuensi
Persentase 1
Iya 50
50,00 2
Tidak 50
50,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan awal yang dilaksanakan sebelum mulainya pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak. Pada tahap ini, mahasiswa selaku pelaksana
program memberitahukan kepada masyarakat sasaran tentang apa itu Program Bina Desa, termasuk didalamnya tujuan, manfaat, serta mekanisme program yang akan dijalankan. Dari
Tabel 4.22 tersebut diketahui bahwa kehadiran masyarakat pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan sebelum program pemberdayaan masyarakat dijalankan sebesar 50. Berdasarkan
hasil wawancara dengan ketua pelaksana program Anita menjelaskan bahwa awalnya masyarakat sasaran dibatasi hanya 50 orang, namun karena berlebihnya anggaran dana maka ditambah
menjadi 100 orang. Penambahan tersebut dilakukan setelah sosialisasi pertama melalui Bapak Seksertaris Desa. Dari Bapak Seksertaris Desa tersebut masyarakat direkrut untuk ikut dalam
kegiatan pelatihan. Menurut Wibisana 1989 yang dikutip oleh Mardikanto 2010, partisipasi masyarakat
sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
74
suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Sejalan dengan itu, Slamet dalam
Mardikanto 2010, menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan tiga unsur pokok yaitu adanya kesempatan yang
diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Program Bina Desa
merupakan program pemberdayaan masyarakat yang memberikan kesempatan yang seluas- luasnya kepada masyarakat untuk berpatisipasi sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan
evaluasi program.
b. Kahadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan
Partisipasi responden yang pernah menghadiri kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.23 :
Tabel 4.23 Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan
No Pernah Hadir Dalam Kegiatan
Pelatihan Keterampilan Frekuensi
Persentase 1
Iya 100
100,00 2
Tidak 0,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Pelatihan keterampilan merupakan tahap pelaksanaan dari Program Bina Desa. Tahap pelaksanaan merupakan tahap terpenting dalam pemberdayaan, sebab inti dari pemberdayaan
adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
Universitas Sumatera Utara
75
keterlibatan sebagai anggota. Dari Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa seluruh responden pernah menghadiri kegiatan pelatihan keterampilan dalam program tersebut. Hadirnya masyarakat
dalam kegiatan pelatihan keterampilan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat secara langsung dalam bentuk keterlibatannya sebagai anggota.
c. Intensitas Kehadiran Masyarakat Mengikuti Pelatihan Keterampilan
Dalam Program Bina Desa tersebut, kegiatan pelatihan keterampilan untuk mengolah sumberdaya alam yang tersedia dilaksanakan sebanyak empat kali. Adapun intensitas kehadiran
responden dalam mengikuti pelatihan keterampilan tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.24 :
Tabel 4.24 Intensitas Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan
No Intensitas Kehadiran Responden
Frekuensi Persentase
1 Selalu 4 kali
59 59,00
2 Sering 3 kali
30 30,00
3 Jarang 2 kali
9 9,00
4 hanya sekali
2 2,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.24 tersebut diketahui bahwa 59 responden mengaku sangat sering 4 kali mengikuti pelatihan keterampilan. Kemudian 30 responden mengaku responden sering 3 kali
mengikuti pelatihan keterampilan. Selanjutnya 9 responden menyatakan jarang 2 kali mengikuti pelatihan keterampilan. Sedangkan sisanya 2 responden menyatakan hanya sekali
mengikuti pelatihan keterampilan.
Universitas Sumatera Utara
76
Dari Tabel 4.24 dapat disimpulkan bahwa responden cenderung aktif dalam mengikuti pelatihan keterampilan. Hal ini berarti bahwa antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk
menghadiri pelatihan. Terkait dengan antusiame masyarakat dalam mengikuti pelatihan keterampilan, Anita mengatakan sebagai berikut :
“.. dari minggu keminggu jumlah masyarakat yang ikut serta semakin meningkat”.
Kecenderungan masyarakat yang aktif dalam mengikuti pelatihan keterampilan jugas mencerminkan bahwa Program Bina Desa tersebut benar benar dimanfaatkan oleh masyarakat.
Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Evi sebagai berikut : “
Setiap minggu saya selalu hadir mengikuti kegia tan pelatihan keterampilan, bahkan hujanpun saya tempuh demi menghadiri pelatihan itu, kalau gak datang rugi, karena
pelatihan keterampilan memberikan banyak manfaat salah satunya ya jadi tahu cara mengolah daun jeruju menjadi kerupuk, kan lumayan dapat il
mu baru”
Temuan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sastropoetro 1988 dalam Lugiarti 2004 yang menyebutkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang secara sukarela
tanpa dipaksa. Menurutnya partisipasi adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran
disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan.
d. Memberikan Bantuan Berupa Peminjaman Peralatan
Pasrtisipasi responden yang memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.25 :
Universitas Sumatera Utara
77
Tabel 4.25 Partisipasi Responden Dalam Memberikan Pinjaman Peralatan
No Pernah Memberikan Bantuan
Frekuensi Persentase
1 Iya
4 4,00
2 Tidak
96 96,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.25 tersebut diketahui bahwa hanya ada 4 responden yang ikut memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan yang akan digunakan untuk mendukung
kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan tersebut. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan guna mendukung kelancaran
kegiatan pelatihan keterampilan. Meskipun begitu, para pengabdi tetap merasa terbantu dengan bantuan yang diberikan masyarakat, hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan Anita
berikut ini : “Setiap pelatihan keterampilan kami selalu minjam tikar untuk alas duduk masyarakat
di balai desa, selain itu kami juga minjam soundsistem, dan peralatan masak lainnya, Alhamdulillah ibu ibu sangat baik, mereka mau
meminjamkannya sampai acara selesai”
Menurut Wibisana 1989 yang dikutip oleh Mardikanto 2010, partisipasi masyarakat dalam suatu program terbagi dua yakni partisipasi secara langsung dan partisipasi secara tidak
langsung. Menurutnya, partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak
langsung berupa sumbangan keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat yang turut serta memberikan bantuan berupa peminjaman
peralatan yang akan digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat secara tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
78
Ada berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana yang ditemukan oleh Yoni Yulianti pada tahun 2012 dalam penelitiannya yang
berjudul “Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat PNP M Mandiri Perko
taan Di Kota Solok”. Dalam penelitian tersebut ia mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin
dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam program tersebut diberikan dalam bentuk tenaga dan sumbangan
pikiran berupa usulan, saran maupun kritik. Apa yang ditemukan oleh Yoni Yulianti dalam penelitiannya tersebut juga sama dalam
penelitian ini, adapun partisipasi masyarakat ditemukan bukan hanya dalam bentuk tenaga namun juga memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan yang akan digunakan untuk
mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan. Namun berdasarkan hasil kuesioner dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan
berupa peminjaman peralatan masih sangat kurang.
e. Partisipasi Responden Dalam Mempraktekkan Kembali Keterampilan
Partisipasi responden yang pernah mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan dapat dilihat melalui Tabel 4.26 :
Universitas Sumatera Utara
79
Tabel 4.26 Mempraktekan Kembali Keterampilan Yang Telah Diajarkan
No Pernah Mempraktekan Kembali
Keterampilan Frekuensi
Persentase 1
Iya 100
100,00 2
Tidak 0,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Antusias masyarakat terhadap Program Bina Desa juga dapat dilihat usaha mereka untuk mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Dari Tabel 4.26 tersebut diketahui
bahwa 100 responden menyatakan pernah mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Temuan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Aisyah sebagai berikut :
“Setelah pelatihan keterampilan besoknya kami buat lagi, buatnya rame
-rame sama ibu
ibu lain jadi bisa sambil bercerita.. hehehe” Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Dawo berikut ini :
“D
iantara semua keterampilan saya lebih suka membuat kerupuk jeruju, bahannya mudah didapat karena ada dihalaman rumah saya, jadi kalau mau buat tinggal petik
saja”
f. Intensitas Mempraktekkan Kembali Keterampilan
Intensitas responden yang mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan dapat dilihat melalui Tabel 4.27 :
Universitas Sumatera Utara
80
Tabel 4.27 Intensitas Mempraktekan Kembali Keterampilan
No Intensitas
Frekuensi Persentase
1 Sangat sering lebih dari 5 kali
35 35,00
2 Sering 4-5 kali
23 23,00
3 Kadang-kadang 2-3 kali
28 28,00
4 Hanya sekali
14 14,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.27 tersebut diketahui bahwa dari 100 responden yang pernah mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan, sebanyak 35 responden
menyatakan sangat sering mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Kemudian 23 responden menyatakan sering mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan,
selanjutnya 28 responden menyatakan jarang mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Sedangkan 14 responden menyatakan hanya sekali mempraktekkan kembali
keterampilan yang telah diajarkan. Kemauan serta usaha masyarakat untuk memperaktekkan kembali keterampilan yang
telah diajarkan adalah hal yang sangat diharapkan oleh pelaksana program untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Terkait dengan hal tersebut Anita mengatakan bahwa ia sangat puas
setelah melihat keterampilan yang dibuat oleh masyarakat dari hasil karya tangan mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
81
g. Bekerjasama Dengan Kelompok Saat Mempraktekkan Kembali Keterampilan.
Partisipasi responden dalam mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan bersama teman-teman kelompok dapat dilihat melalui Tabel 4.28 :
Tabel 4.28 Mempraktekan Kembali Keterampilan Bersama Kelompok
No Mempraktekan Kembali Keterampilan
Bersama Kelompok Frekuensi
Persentase 1
Iya 65
65,00 2
Tidak 35
35,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Pembentukan kelompok kecil merupakan salah satu mekanisme program yang dilakukan agar masyarakat dapat berkerjasama dengan teman teman kelompoknya, dengan adanya
kerjasama tersebut diharapkan dapat menimbulkan solidaritas diantara mereka. Dari Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa sebesar 65 responden dari 100 responden yang pernah mempraktekkan
kembali keterampilan yang telah diajarkan menyatakan bahwa mereka mempraktekkannya bersama teman teman kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan agar
masyarakat dapat bekerjasama cukup berhasil. Namun tidak semua masyarakat mau bekerjasama, dari Tabel 4.2 juga dapat diketahui ada sebanyak 35 responden yang pernah
mempraktekkan kembali
keterampilan yang
telah diajarkan
menyatakan bahwa
mempraktekkannya sendiri di rumah. Menurut mereka membuat sendiri dirumah lebih praktis ketimbang bersama kelompok.
Universitas Sumatera Utara
82
h. Berwirausaha Memproduksi Aksesoris atau Makanan
Responden yang sudah memulai berwirausaha memproduksi aksesoris dari kulit kerang atau makanan dapat dilihat melalui Tabel 4.29 :
Tabel 4.29 Berwirausaha
No Berwirausaha
Frekuensi Persentase
1 Iya
58 58,00
2 Tidak
42 42,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.29 tersebut diketahui bahwa 58 responden menyatakan telah berwirausaha memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove. Temuan ini diperkuat dari hasil
wawancara dengan Bu Evi berikut ini : “saya jual sendiri kerupuk jeruju dan kerupuk ikan, menerima pesanan orang juga,
keuntungannya bisa mencapai tiga puluh ribu dalam satu pesanan yang ukuran satu kilo,
kan lumayan untuk nambah uang belanja”
Keberanian masyarakat untuk memulai berwirausaha adalah hal yang sangat diharapkan oleh pelaksanaan Program Bina Desa untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Keberanian
masyarakat memulai berwirausaha menandakan bahwa masyarakat mulai sadar dan mau berusaha untuk melepaskan diri dari ketidakberdayaan.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suharto 2005, menurutnya pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun
sosial. Hal yang sama juga ditemukan oleh Sutiyono 2009 dalam penelitiannya yang berjudul
Universitas Sumatera Utara
83
“Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Program Desa Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta”, menemukan bahwa pemberdayaan masyarakat desa memberikan kontribusi
peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun hasil kuesioner dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak semua
masyarakat berani berwirausaha. Dari Tabel 4.29 juga dapat dilihat ada sebanyak 42 responden yang menyatakan belum berwirausaha memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan
mangrove. Mereka mengeluhkan masalah pemasaran, menurut mereka sudah banyak yang menjual kerupuk jeruju dan aksesoris dari kulit kerang, sehingga mereka bingung dan tidak tau
harus menjual kemana. Seperti yang dikatakan oleh Bu Nurhayati berikut ini : “Tidak saya jual, karena teman teman lain sudah banyak yang jual, jadi kerupuk jeruju
yang saya buat hanya untuk saya makan sendiri bersama keluarga, anak saya suka
dengan rasanya yag gurih”
Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Naimah berikut ini : “Awalnya sih banyak teman
-teman yang jual aksesoris, yang beli juga banyak, tapi makin lama makin berkurang peminatnya, sekarang udah gak saya jual lagi, mereka
ajalah yang masih buat”
i. Bekerja Sama Dengan Kelompok Dalam Berwirausaha
Responden yang bekerja sama dengan kelompok dalam berwirausaha memproduksi aksesoris kerang atau jenis makanan yang dibuat dari bahan dasar tanaman mangrove dapat
diketahui melalui Tabel 4.30 :
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 4.30 Bekerjasama dengan Kelompok Berwirausaha
No Bekerjasama dengan Kelompok Berwirausaha Frekuensi
Persentase 1
Iya 40
68,96 2
Tidak 18
31.04 Total
58 100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.30 tersebut diketahui bahwa dari 58 responden yang telah memulai usahabisnis memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove 68,96
diantaranya menyatakan bekerjasama dengan kelompok. Masyarakat yang bekerjasama dalam berwirausaha juga dibuktikan dari hasil wawancara dengan Bu Idam berikut ini :
“Kami bekerjasama membuat aksesoris dari kulit kerang. Jadi kalau ada yang gak tau
bisa diajari dengan yang lain, aksesoris itu ada yang kami pakai sendiri da nada juga yang kami jual, keuntungan dari hasil penjualan kami simpan untuk tabungan kelompok
dan akan digunakan untuk modal selanjutnya”
Namun tidak semua masyarakat yang bekerja sama dalam berwirausaha. Berdasarkan hasil kuesioner yang tertuang dalam tabel 4.31 terlihat bahwa ada sebanyak 18 responden
menyatakan tidak berkerjasama dengan kelompok dalam memulai usahabisnis memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove. Temuan ini diperkuat dari hasil wawancara
dengan Bu Evi sebagai berikut : “sa
ya lebih sering buat kerupuk jeruju dan kerupuk ikan sendiri di rumah, kerupuk itu
saya jual seharga 5000 sampai 40.0000 tergantung beratnya”
Universitas Sumatera Utara
85
j. Hubungan Sosial Responden Dengan Sesama Anggota Kelompok
Hubungan sosial yang baik merupakan iklim yang bagus untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakat, karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat
membutuhkan orang lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan sosial responden dengan sesama anggota kelompok pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.31 :
Tabel 4.31 Hubungan Sosial Responden Dengan Sesama Anggota Kelompok
No Hubungan Sosial Responden Dengan
Sesama Anggota Kelompok Frekuensi
Persentase 1
Sangat baik 59
59,00 2
Baik 41
41,00 3
Kurang baik 0,00
4 Tidak baik
0,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.31 tersebut diketahui bahwa 59 responden menyatakan hubungan sosial
dengan teman kelompoknya sangat baik. Menurut mereka pelatihan keterampilan tersebut meningkatkan keakraban mereka dengan bekerjasama membuat kreatifitas, mereka juga jadi bisa
bertukar pikiran untuk membuat karya yang lebih bagus dan mencari solusi bersama saat mengalami kendala. Selanjutnya 41 responden menyatakan hubungan sosial dengan teman
kelompoknya baik. Menurut mereka sebelum adanya pelatihan hubungan sosial dengan sesama anggota kelompok memang sudah baik, setiap hari mereka bertegur sapa satu sama lain dan
mengikuti kegiatan bersama seperti pengajian setiap minggunya.
4.4 Analisis Chi-Square