58
responden yang berstatus sudah menikah karena memang yang menjadi sasaran utama dari program ini adalah para ibu rumah tangga yang tidak bekerja agar nantinya mereka dapat
mandiri dalam mencari penghasilan sendiri untuk membantu perekonomian keluarga.
4.4.2 Respon Terhadap Program Bina Desa
Mengenai respon responden terhadap Program Bina Desa di Desa Bogak dikategorikan menjadi tiga bagian yang terdiri dari, tanggapan tentang adanya Program Bina Desa di desa ini,
tanggapan terhadap pelatihan keterampilan yang telah dijalankan, serta tanggapan tentang kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Hal
tersebut diukur berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif terhadap Program Pemberdayan Masyarakat yang telah dilaksanakan di Desa Bogak .
a. Adanya Program Bina Desa di Desa Bogak
Tanggapan masyarakat terhadap adanya pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.11 :
Tabel 4.11 Setuju Dengan Adanya Program Bina Desa
No Adanya Program Bina Desa
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak setuju 0,00
3 Setuju
29 29,00
4 Sangat Setuju
71 71,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Tabel 4.11 menunjukkan presentase responden yang menyatakan setuju dengan adanya Program Bina Desa di Desa Bogak sebesar 29. Selanjutnya sebesar 71 responden meyatakan
Universitas Sumatera Utara
59
sangat setuju adanya Program Bina Desa di Desa Bogak. Dari Tabel 4.11 tersebut dapat dilihat bahwa tanggapan responden terhadap adanya Program Bina Desa cenderung positif,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Azwar 1988, ia mengatakan bahwa respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dapat dalam bentuk baik atau buruk, dan positif atau negative.
Menurutnya, apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.
Respon masyarakat yang positif juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Idam yang merupakan ketua kelompok pengajian khairunissa berikut ini :
“Selama 16 tahun saya disini
ini baru pertama kalinya ada program seperti ini. Program ini sangat bermanfaat bagi saya dan para ibu-ibu lainnya karena kami diajarkan
keterampilan setiap minggu, ya kalau bisa program seperti ini terus berlanjutlah.”
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat pertama yang dilaksanakan di Desa Bogak. Respon masyarakat yang
positif terhadap adanya program tersebut mencerminkan sikap keterbukaan masyarakat terhadap inovasi atau hal hal baru yang datang dari luar. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disebut oleh
inkeles sebagai manusia modern. Dimana salah satu ciri-ciri dari manusia yang dimaksud adalah keterbukaan terhadap terhadap pengalaman dan ide baru. Dengan adanya masyarakat modern
maka proses pembangunan dapat dengan mudah dilakukan. Sebab menurut Inkeles dan Smith dalam So-Suwarsono 1991 pembangunan bukan sekedar masalah pemasokan modal dan
teknologi saja, tetapi dibutuhkan manusia atau masyarakat modern yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif.
Respon masyarakat yang positif terhadap Program Bina Desa ini juga menandakan bahwa masyarakat di desa ini menerima adanya program tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh
Sumaryadi 2005, menurutnya kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan
Universitas Sumatera Utara
60
merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa adanya
kepercayaan dari pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Dalam
Program Bina Desa ini Sekertaris Desa memberi dukungan dan kepercayaan penuh kepada pelaksana Program Bina Desa untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
didesanya. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Sekertaris Desa berikut ini : “Kegiatan mahasiswa untuk membantu masyarakat patut diancungi jempol, kegiatan
seperti inilah yang harusnya dilakukan, jangan cuma
mau dapat gelar sarjana saja”
Terkait dengan hal tersebut Anita mengatakan bahwa tidak ada kendala pada saat mengurus perizinan pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak, bahkan mereka sangat
dibantu oleh Pak Ridwan untuk mengajak dan memilih masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan.
b. Diberikan Pelatihan Keterampilan
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.12 :
Tabel 4.12 Setuju Diberikan Pelatihan Keterampilan
No Diberikan Pelatihan Keterampilan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak setuju 0,00
3 Setuju
26 26,00
4 Sangat Setuju
74 74,00
Universitas Sumatera Utara
61
No Diberikan Pelatihan Keterampilan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak setuju 0,00
3 Setuju
26 26,00
4 Sangat Setuju
74 74,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 26 responden meyatakan setuju diberikan pelatihan keterampilan. Kemudian sisanya 74 responden meyatakan sangat setuju diberikan
pelatihan keterampilan. Banyaknya responden yang sangat setuju diberikan pelatihan keterampilan memperkuat respon positif masyarakat terhadap Program Bina Desa. Terkait
dengan hal tersebut Bu Aisyah yang merupakan salah satu peserta pelatihan keterampilan menyatakan :
“Pelatihan keterampilan yang dilakukan mahasiswa sangat bagus,, tapi sayangnya
masyarakat yang mau ikut dibatasi, padahal banyak ibu-ibu lain yang mau ikut pelatihan
keterampilan”
Dalam Program Bina Desa pelatihan keterampilan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas mayarakat dalam mengolah potensi alam lokal seperti
tanaman mangrove dan limbah kulit kerang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rubin dalam Sumaryadi 2005: 94-96 mengemukakan beberapa prinsip dasar dari konsep pemberdayaan
masyarakat salah satunya yaitu dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.
c. Pelatihan Keterampilan Hanya Untuk Perempuan
Universitas Sumatera Utara
62
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang hanya untuk perempuan dapat dilihat melalui Tabel 4.13 :
Tabel 4.13
Setuju Pelatihan Keterampilan Hanya Untuk Perempuan
No Pelatihan Keterampilan Untuk Perempuan
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak Setuju 0,00
3 Setuju
27 27,00
4 Sangat Setuju
73 73,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa 27 dari 100 responden meyatakan setuju pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Sedangkan 73 responden meyatakan sangat setuju
pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Menurut mereka pelatihan keterampilan tersebut memang cocok dilakukan oleh perempuan, karena laki-laki sudah sibuk melaut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Program Bina Desa, Anita mengatakan bahwa Program Bina Desa juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan strategis
jender. Menurutnya selama ini segala bentuk kebijakan yang berjalan adalah bias jender perempuan, sehingga kaum perempuan di sana tidak mendapat keuntungan yang konkrit dari
kebijakan yang ada dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Oleh karena itu, pantaslah kiranya dilakukan pemberdayaan perempuan dengan tahap awal satu kelompok dan kemudian
berkembang kepada kelompok-kelompok lain hingga akhirnya pemberdayaan yang dilakukan dapat membuat masyarakat memberdayakan dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
63
d. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Tanaman Mangrove
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan
sumberdaya alam berupa tanaman mangrove dapat dilihat melalui Tabel 4.14 : Tabel 4.14
Setuju Memanfaatkan Tanaman Mangrove
No Memanfaatkan Tanaman Mangrove
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak Setuju 0,00
3 Setuju
33 33,00
4 Sangat setuju
67 67,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.14 diketahui bahwa 33 dari 100 responden meyatakan setuju terhadap
kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Sedangkan sisanya 67 responden meyatakan sangat setuju terhadap kegiatan
pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Salah satu alasan yang menjadikan Desa Bogak menjadi desa sasaran pelaknanaan Program Bina
Desa adalah banyaknya sumber daya alam seperti tanaman mangrove yang sama sekali belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidaktahuan mereka untuk mengolahnya menjadi produk
makanan yang bernilai jual. Ketidaktahuan masyarakat dalam mengolah tanaman mangrove menjadi produk makanan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bu Evi seperti berikut ini :
“Kami tidak tah
u, selama ini tanaman mangrove dibiarkan tumbuh liar di perkarangan rumah warga, kami menggunakan daunnya untuk mengusir tikus karena karenan
daunnya berduri, jadi tikus takut dengan durinya itu…” Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Nurhayati seperti berikut :
“
Iya rupanya daun jeruju bisa diolah menjadi kerupuk, kami diajarkan oleh mahasiswa,
rasanya enak dan gurih, anak saya suka kali…”
Universitas Sumatera Utara
64
Pelatihan keterampilan mengolah tanaman mangrove merupakan hal yang baru bagi
masyarakat, mereka menjadi sadar bahwa ternyata tamanan mangrove dapat diolah menjadi makanan yang dapat dikonsumsi bahkan bernilai jual. Munculnya kesadaran masyarakat dalam
mengolah sumberdaya alam tersebut merupakan salah satu tujuan dari Program Bina Desa.
e. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan limbah kulit kerang dapat dilihat melalui Tabel 4.15 :
Tabel 4.15 Setuju Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang
No Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak setuju 0,00
3 Setuju
51 51,00
4 Sangat setuju
49 49,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa Bogak untuk mengolah limbah kulit
kerang menjadi aksesoris merupakan salah satu kegiatan dari Program Bina Desa yang juga direspon positif oleh masyarakat. Hal dibuktikan dari hasil kuesioner pada Tabel 4.15 dimana
sebanyak 51 responden meyatakan setuju dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa limbah kulit kerang. Menurut mereka membuat aksesoris dari kulit kerang sangat menarik,
namun mereka mengeluhkan sulitnya membersihkan kulit kerang agar tidak berbau. Seperti yang dikatakan oleh Bu aisyah berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
65
“Saya
suka membuat aksesoris dari kulit kerang, namun saat membersihkan kulit kerangnya kan agak susah, terkadang kulit kerang yang masih berbau meski sudah di
rendam berkali kali”
Sedangkan sisanya 49 responden meyatakan sangat setuju dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa limbah kulit kerang. Menurut mereka kulit kerang banyak
terdapat dipinggir pantai sehingga mudah dicari. Selain tanaman mangrove, kerang atau tiram yang biasa disebut oleh masyarakat di Desa Bogak juga merupakan sumberdaya alam pesisir
yang sangat berlimpah di Desa Bogak, sehingga tak heran jika banyak ditemukan kulit kerang yang berserakan di tepi pantai. Limbah kulit kerang tersebut seyogianya dapat dimanfaatkan
menjadi sesuatu yang bernilai guna untuk masyarakat.
f. Pelatihan Keterampilan Yang Diselengarakan Diakhir Pekan
Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan diakhir pekan dapat dilihat melalui Tabel 4.16 :
Tabel 4.16 Setuju Pelatihan Keterampilan Dilaksanakan Diakhir Pekan
No Kegiatan Pelatihan Keterampilan Yang
Dilaksanakan Diakhir Pekan Frekuensi
Persentase 1
Sangat Tidak setuju 0,00
2 Tidak Setuju
13 13,00
3 Setuju
37 37,00
4 Sangat setuju
30 30,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.16 diketahui bahwa 13 responden meyatakan tidak setuju kegiatan
pelatihan keterampilan dilaksanakan diakhir pekan. Sedangkan 37 responden meyatakan
Universitas Sumatera Utara
66
setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir pekan. Kemudian sisanya sebesar 30 responden sangat setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir
pekan. Masyarakat yang tidak setuju pelatihan dilaksanakan diakhir pekan karena menurut
mereka di akhir pekan biasanya digunakan untuk menghadiri acara pesta. Temuan ini didukung dari hasil wawancara dengan Bu Nurhayati sebagai berikut :
“Saya
pernah satu kali gak hadir mengikuti pelatihan karena ada acara perta pernikahan saudara saya, padahal waktu itu pertama kalinya pelatihan keterampilan
diadakan”
Menurut Sumaryadi 2005 dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu. Dalam kegiatan
pemberdayaan ini waktu yang dibutuhkan memang cukup banyak, sebab perjalanan menuju desa binaan cukup jauh sehingga memakan waktu hingga 5 jam, terlebih lagi para pengabdi yang
masih berstatus sebagai mahasiswa sehingga harus membagi waktu untuk perkuliahan dan mengabdi pada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Anita berikut ini:
“tidak ada kesulitan dalam melaksanakan program ini, hanya saja kami sedikit kesulit
an dalam membagi waktu. Teman-teman pengabdi bisanya hanya di akhir pekan, karna
tidak ada perkuliahan, sehingga pelatihan keterampilanpun hanya dilakukan diakhir
pekan”
Universitas Sumatera Utara
67
g. Minat masyarakat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan
Minat masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui tabel 4.17:
Tabel 4.17 Minat Masyarakat Untuk Ikut Serta Dalam Pelatihan Keterampilan
No Minat Masyarakat
Frekuensi Persentase
1 Iya
100 100,00
2 Tidak
0,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah
Respon positif masyarakat juga dapat dilihat dari minat mereka untuk mengikuti kegiatan keterampilan. Dari tabel 4.17 diketahui bahwa 100 atau seluruh respoden berminat untuk ikut
serta dalam pelatihan keterampilan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat benar benar membutuhkan program ini. Selain hasil kuesioner, minat masyarakat untuk ikut serta
dalam pelatihan keterampilan tersebut juga dapat diketahui dari wasil wawancara dengan Yaser yang merupakan salah satu anggota pelaksana program sebagai berikut :
“S
aat pertama kali melakukan sosialisasi Program Bina Desa respon masyarakat sangatlah antusiaa, mereka mendesak kami untuk segera melaksanakan pelatihan
keterampilan, bahkan mereka juga langsung menandatanga i kontrak kerja sama Program Bina Desa untuk mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan.
Adanya Program Bina Desa dimaksudkan untuk membawa perubahan bagi masyarakat pesisir di Desa Bogak khususnya bagi perempuan agar menjadi kreatif, berdaya dan mandiri
supaya dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Sehingga dalam program ini masyarakat diajarkan berbagai keterampilan dalam mengolah sumberdaya alam yang selama ini belum
dimanfaatkan. Minat masyarakat yang positif untuk mengikuti pelatihan keterampilan tersebut
Universitas Sumatera Utara
68
mencerminkan bahwa mereka bersedia untuk melakukan perubahan yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka khususnya dalam bidang ekonomi.
Temuan ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Panayotou 1982 dalam Nikijuluw 2001, ia menekankan bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang
diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk
melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu.
h. Kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak
Tanggapan masyarakat tentang kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.18 :
Tabel 4.18 Setuju Dengan Kelanjutan Program Bina Desa
No Kelanjutan Program Bina Desa
Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak setuju
0,00 2
Tidak Setuju 0,00
3 Setuju
21 21,00
4 Sangat setuju
79 79,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.18 tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 21 responden menyatakan
setuju dengan adanya kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak. Kemudian sebanyak 79 responden menyatakan sangat setuju dengan kelanjutan Program Bina Desa tersebut. Temuan
tersebut sesuai dengan apa yg dikemukakan oleh Azwar 1988 yang menyebutkan bahwa respon
Universitas Sumatera Utara
69
seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk dan mendukung atau menolak. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk mendukung objek tersebut, sedangkan
respon negatif cenderung untuk menolak objek tersebut. Dari Tabel 4.20 tersebut terlihat bahwa masyarakat cenderung mendukung kelanjutan Program Bina Desa. Terkait dengan dukungan
masyarakat untuk kelanjutan Program Bina Desa, Anita mengatakan sebagai berikut : “M
asyarakat sangat ingin ada kegiatan selanjutnya agar mereka lebih berkembang, mereka juga mengusulkan agar kegiatan program seperti ini dapat dilakukan di desa
lainnya, namun untuk saat ini kami belum bisa melanjutkan lagi karena terkendala
masalah dana”
i. Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Pelaksana Program
Respon masyarakat terhadap kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara dapat dilihat melalui Tabel 4.19 :
Tabel 4.19 Menyukai Kehadiran Pelaksana Program
No Menyukai Kehadiran Pelaksana Program
Frekuensi Persentase
1 Iya 100
100,00 2 Tidak
0,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah
Dari Tabel 4.19 diketahui bahwa 100 dari seluruh responden yang berjumlah 100 orang menyukai kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera
utara. Mereka mngatakan bahwa mahasiswa yang datang sangat baik dan ramah kepada masyarakat. Masyarakat yang menyukai kehadiran mahasiswa dari Universitas Sumatera utara
Universitas Sumatera Utara
70
juga dapat dilihat dari sambutan baik mereka sejak pertama sosialisasi Program Bina Desa. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Yaser berikut ini :
“S
aat pertama kali kami datang melakukan sosialisasi Program Bina Desa dengan ibu- ibu kelompok pengajian khairunnisa kami disambut baik, mereka sangatlah antusias dan
ingin agar program ini segera dilaksanakan. ”
j. Jumlah Pelatih Keterampilan mahasiswa Telah Memadai
Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang jumlah mahasiswa yang mengajarkan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.20 :
Tabel 4.20 Jumlah Mahasiswa Yang Melatih Keterampilan Telah Memadai
No Jumlah Mahasiswa yang Melatih
Keterampilan Telah Memadai Frekuensi
Persentase 1
Iya 86
86,00 2
Tidak 14
14,00 Total
100 100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Dari Tabel 4.20 tersebut diketahui bahwa 86 responden menyatakan bahwa jumlah
pelaksana program yang melatih keterampilan telah memadai. Namun ada 14 responden yang menyatakan bahwa jumlah pelaksana program mahasiswa tidak memadai atau sedikit. Anita
selaku ketua pelaksana program juga mengakui bahwa teman teman mahasiswa yang mengabdi hanya sedikit, hal tersebut dikarenakan banyak teman teman mahasiswa yang sibuk dan jarak
desa binaaan yang cukup jauh memakan waktu hingga 5 jam, serta penghematan biaya transportasi juga menjadi salah satu alasan sedikitnya mahasiswa dibawa untuk mengabdi.
Apa yang dikemukakan oleh Anita tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sumaryadi 2005 yang menyebutkan bahwa dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi
Universitas Sumatera Utara
71
pembiayaan, tenaga, maupun waktu juga merupakan salah satu factor berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Jika tidak ada
dukungan sumber daya yang besar maka pelaksanaan pemberdayaan sulit untuk dijalankan. Dari pernyataan Anita tersebut maka jelaslah bahwa pelaksanaan Program Bina Desa ini memerlukan
dana, tenaga dan juga waktu yang cukup banyak. Terlebih lagi jarak lokasi pemberdayaan cukup jauh dari pusat kota.
k. Profesionalitas Pelaksana Program
Profesionalitas pelaksana program dalam hal ini merupakan tanggung jawab pelaksana program mahasiswa dalam mejalankan tugasnya sebagai pengabdi. Hal tersebut diukur
berdasarkan terselenggaranya seluruh kegiatan yang telah direncanakan dari tahap awal hingga akhir. Pernyataan responden tentang profesionalitas pelaksana program dapat dilihat melalui
Tabel 4.21 :
Tabel 4.21 Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Mengabdi
No Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam
Mengabdi Frekuensi
Persentase 1
Iya 100
100,00 2
Tidak 0,00
Total 100
100,00
Sumber: data primer diolah 2015
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 100 orang menyatakan bahwa mahasiswa telah bertangung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengabdi. Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat yang kegiatannya terstruktur secara sistematis. Terselenggaranya program ini juga merupakan hasil kesepakatan
Universitas Sumatera Utara
72
antara pihak pelaksana program dengan masyarakat sasaran yang tertuang dalam kontrak kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Dengan adanya kontrak kerjasama
tersebut maka pelaksana program harus dituntut professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengabdi.
Tanggapan masyarakat terhadap profesionalitas pelaksana program adalah hal yang penting dan akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut,
sebagaimana yang ditemukan oleh Angga Harahap pada tahun 2010 pada penelitiannya yang berjudul
“
Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional PNPM Mandiri Perdesaan Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten