Respon Terhadap Program Bina Desa

58 responden yang berstatus sudah menikah karena memang yang menjadi sasaran utama dari program ini adalah para ibu rumah tangga yang tidak bekerja agar nantinya mereka dapat mandiri dalam mencari penghasilan sendiri untuk membantu perekonomian keluarga.

4.4.2 Respon Terhadap Program Bina Desa

Mengenai respon responden terhadap Program Bina Desa di Desa Bogak dikategorikan menjadi tiga bagian yang terdiri dari, tanggapan tentang adanya Program Bina Desa di desa ini, tanggapan terhadap pelatihan keterampilan yang telah dijalankan, serta tanggapan tentang kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Hal tersebut diukur berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif terhadap Program Pemberdayan Masyarakat yang telah dilaksanakan di Desa Bogak . a. Adanya Program Bina Desa di Desa Bogak Tanggapan masyarakat terhadap adanya pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.11 : Tabel 4.11 Setuju Dengan Adanya Program Bina Desa No Adanya Program Bina Desa Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak setuju 0,00 3 Setuju 29 29,00 4 Sangat Setuju 71 71,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Tabel 4.11 menunjukkan presentase responden yang menyatakan setuju dengan adanya Program Bina Desa di Desa Bogak sebesar 29. Selanjutnya sebesar 71 responden meyatakan Universitas Sumatera Utara 59 sangat setuju adanya Program Bina Desa di Desa Bogak. Dari Tabel 4.11 tersebut dapat dilihat bahwa tanggapan responden terhadap adanya Program Bina Desa cenderung positif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Azwar 1988, ia mengatakan bahwa respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dapat dalam bentuk baik atau buruk, dan positif atau negative. Menurutnya, apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut. Respon masyarakat yang positif juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Idam yang merupakan ketua kelompok pengajian khairunissa berikut ini : “Selama 16 tahun saya disini ini baru pertama kalinya ada program seperti ini. Program ini sangat bermanfaat bagi saya dan para ibu-ibu lainnya karena kami diajarkan keterampilan setiap minggu, ya kalau bisa program seperti ini terus berlanjutlah.” Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat pertama yang dilaksanakan di Desa Bogak. Respon masyarakat yang positif terhadap adanya program tersebut mencerminkan sikap keterbukaan masyarakat terhadap inovasi atau hal hal baru yang datang dari luar. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disebut oleh inkeles sebagai manusia modern. Dimana salah satu ciri-ciri dari manusia yang dimaksud adalah keterbukaan terhadap terhadap pengalaman dan ide baru. Dengan adanya masyarakat modern maka proses pembangunan dapat dengan mudah dilakukan. Sebab menurut Inkeles dan Smith dalam So-Suwarsono 1991 pembangunan bukan sekedar masalah pemasokan modal dan teknologi saja, tetapi dibutuhkan manusia atau masyarakat modern yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif. Respon masyarakat yang positif terhadap Program Bina Desa ini juga menandakan bahwa masyarakat di desa ini menerima adanya program tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Sumaryadi 2005, menurutnya kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan Universitas Sumatera Utara 60 merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa adanya kepercayaan dari pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Dalam Program Bina Desa ini Sekertaris Desa memberi dukungan dan kepercayaan penuh kepada pelaksana Program Bina Desa untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat didesanya. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Sekertaris Desa berikut ini : “Kegiatan mahasiswa untuk membantu masyarakat patut diancungi jempol, kegiatan seperti inilah yang harusnya dilakukan, jangan cuma mau dapat gelar sarjana saja” Terkait dengan hal tersebut Anita mengatakan bahwa tidak ada kendala pada saat mengurus perizinan pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak, bahkan mereka sangat dibantu oleh Pak Ridwan untuk mengajak dan memilih masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan. b. Diberikan Pelatihan Keterampilan Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.12 : Tabel 4.12 Setuju Diberikan Pelatihan Keterampilan No Diberikan Pelatihan Keterampilan Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak setuju 0,00 3 Setuju 26 26,00 4 Sangat Setuju 74 74,00 Universitas Sumatera Utara 61 No Diberikan Pelatihan Keterampilan Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak setuju 0,00 3 Setuju 26 26,00 4 Sangat Setuju 74 74,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 26 responden meyatakan setuju diberikan pelatihan keterampilan. Kemudian sisanya 74 responden meyatakan sangat setuju diberikan pelatihan keterampilan. Banyaknya responden yang sangat setuju diberikan pelatihan keterampilan memperkuat respon positif masyarakat terhadap Program Bina Desa. Terkait dengan hal tersebut Bu Aisyah yang merupakan salah satu peserta pelatihan keterampilan menyatakan : “Pelatihan keterampilan yang dilakukan mahasiswa sangat bagus,, tapi sayangnya masyarakat yang mau ikut dibatasi, padahal banyak ibu-ibu lain yang mau ikut pelatihan keterampilan” Dalam Program Bina Desa pelatihan keterampilan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas mayarakat dalam mengolah potensi alam lokal seperti tanaman mangrove dan limbah kulit kerang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rubin dalam Sumaryadi 2005: 94-96 mengemukakan beberapa prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat salah satunya yaitu dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik. c. Pelatihan Keterampilan Hanya Untuk Perempuan Universitas Sumatera Utara 62 Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang hanya untuk perempuan dapat dilihat melalui Tabel 4.13 : Tabel 4.13 Setuju Pelatihan Keterampilan Hanya Untuk Perempuan No Pelatihan Keterampilan Untuk Perempuan Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak Setuju 0,00 3 Setuju 27 27,00 4 Sangat Setuju 73 73,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa 27 dari 100 responden meyatakan setuju pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Sedangkan 73 responden meyatakan sangat setuju pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Menurut mereka pelatihan keterampilan tersebut memang cocok dilakukan oleh perempuan, karena laki-laki sudah sibuk melaut. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Program Bina Desa, Anita mengatakan bahwa Program Bina Desa juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan strategis jender. Menurutnya selama ini segala bentuk kebijakan yang berjalan adalah bias jender perempuan, sehingga kaum perempuan di sana tidak mendapat keuntungan yang konkrit dari kebijakan yang ada dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Oleh karena itu, pantaslah kiranya dilakukan pemberdayaan perempuan dengan tahap awal satu kelompok dan kemudian berkembang kepada kelompok-kelompok lain hingga akhirnya pemberdayaan yang dilakukan dapat membuat masyarakat memberdayakan dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara 63 d. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Tanaman Mangrove Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam berupa tanaman mangrove dapat dilihat melalui Tabel 4.14 : Tabel 4.14 Setuju Memanfaatkan Tanaman Mangrove No Memanfaatkan Tanaman Mangrove Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak Setuju 0,00 3 Setuju 33 33,00 4 Sangat setuju 67 67,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.14 diketahui bahwa 33 dari 100 responden meyatakan setuju terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Sedangkan sisanya 67 responden meyatakan sangat setuju terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Salah satu alasan yang menjadikan Desa Bogak menjadi desa sasaran pelaknanaan Program Bina Desa adalah banyaknya sumber daya alam seperti tanaman mangrove yang sama sekali belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidaktahuan mereka untuk mengolahnya menjadi produk makanan yang bernilai jual. Ketidaktahuan masyarakat dalam mengolah tanaman mangrove menjadi produk makanan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bu Evi seperti berikut ini : “Kami tidak tah u, selama ini tanaman mangrove dibiarkan tumbuh liar di perkarangan rumah warga, kami menggunakan daunnya untuk mengusir tikus karena karenan daunnya berduri, jadi tikus takut dengan durinya itu…” Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Nurhayati seperti berikut : “ Iya rupanya daun jeruju bisa diolah menjadi kerupuk, kami diajarkan oleh mahasiswa, rasanya enak dan gurih, anak saya suka kali…” Universitas Sumatera Utara 64 Pelatihan keterampilan mengolah tanaman mangrove merupakan hal yang baru bagi masyarakat, mereka menjadi sadar bahwa ternyata tamanan mangrove dapat diolah menjadi makanan yang dapat dikonsumsi bahkan bernilai jual. Munculnya kesadaran masyarakat dalam mengolah sumberdaya alam tersebut merupakan salah satu tujuan dari Program Bina Desa. e. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan limbah kulit kerang dapat dilihat melalui Tabel 4.15 : Tabel 4.15 Setuju Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang No Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak setuju 0,00 3 Setuju 51 51,00 4 Sangat setuju 49 49,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa Bogak untuk mengolah limbah kulit kerang menjadi aksesoris merupakan salah satu kegiatan dari Program Bina Desa yang juga direspon positif oleh masyarakat. Hal dibuktikan dari hasil kuesioner pada Tabel 4.15 dimana sebanyak 51 responden meyatakan setuju dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa limbah kulit kerang. Menurut mereka membuat aksesoris dari kulit kerang sangat menarik, namun mereka mengeluhkan sulitnya membersihkan kulit kerang agar tidak berbau. Seperti yang dikatakan oleh Bu aisyah berikut ini : Universitas Sumatera Utara 65 “Saya suka membuat aksesoris dari kulit kerang, namun saat membersihkan kulit kerangnya kan agak susah, terkadang kulit kerang yang masih berbau meski sudah di rendam berkali kali” Sedangkan sisanya 49 responden meyatakan sangat setuju dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa limbah kulit kerang. Menurut mereka kulit kerang banyak terdapat dipinggir pantai sehingga mudah dicari. Selain tanaman mangrove, kerang atau tiram yang biasa disebut oleh masyarakat di Desa Bogak juga merupakan sumberdaya alam pesisir yang sangat berlimpah di Desa Bogak, sehingga tak heran jika banyak ditemukan kulit kerang yang berserakan di tepi pantai. Limbah kulit kerang tersebut seyogianya dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bernilai guna untuk masyarakat. f. Pelatihan Keterampilan Yang Diselengarakan Diakhir Pekan Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan diakhir pekan dapat dilihat melalui Tabel 4.16 : Tabel 4.16 Setuju Pelatihan Keterampilan Dilaksanakan Diakhir Pekan No Kegiatan Pelatihan Keterampilan Yang Dilaksanakan Diakhir Pekan Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak Setuju 13 13,00 3 Setuju 37 37,00 4 Sangat setuju 30 30,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.16 diketahui bahwa 13 responden meyatakan tidak setuju kegiatan pelatihan keterampilan dilaksanakan diakhir pekan. Sedangkan 37 responden meyatakan Universitas Sumatera Utara 66 setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir pekan. Kemudian sisanya sebesar 30 responden sangat setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir pekan. Masyarakat yang tidak setuju pelatihan dilaksanakan diakhir pekan karena menurut mereka di akhir pekan biasanya digunakan untuk menghadiri acara pesta. Temuan ini didukung dari hasil wawancara dengan Bu Nurhayati sebagai berikut : “Saya pernah satu kali gak hadir mengikuti pelatihan karena ada acara perta pernikahan saudara saya, padahal waktu itu pertama kalinya pelatihan keterampilan diadakan” Menurut Sumaryadi 2005 dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu. Dalam kegiatan pemberdayaan ini waktu yang dibutuhkan memang cukup banyak, sebab perjalanan menuju desa binaan cukup jauh sehingga memakan waktu hingga 5 jam, terlebih lagi para pengabdi yang masih berstatus sebagai mahasiswa sehingga harus membagi waktu untuk perkuliahan dan mengabdi pada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Anita berikut ini: “tidak ada kesulitan dalam melaksanakan program ini, hanya saja kami sedikit kesulit an dalam membagi waktu. Teman-teman pengabdi bisanya hanya di akhir pekan, karna tidak ada perkuliahan, sehingga pelatihan keterampilanpun hanya dilakukan diakhir pekan” Universitas Sumatera Utara 67 g. Minat masyarakat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan Minat masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui tabel 4.17: Tabel 4.17 Minat Masyarakat Untuk Ikut Serta Dalam Pelatihan Keterampilan No Minat Masyarakat Frekuensi Persentase 1 Iya 100 100,00 2 Tidak 0,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah Respon positif masyarakat juga dapat dilihat dari minat mereka untuk mengikuti kegiatan keterampilan. Dari tabel 4.17 diketahui bahwa 100 atau seluruh respoden berminat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat benar benar membutuhkan program ini. Selain hasil kuesioner, minat masyarakat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan tersebut juga dapat diketahui dari wasil wawancara dengan Yaser yang merupakan salah satu anggota pelaksana program sebagai berikut : “S aat pertama kali melakukan sosialisasi Program Bina Desa respon masyarakat sangatlah antusiaa, mereka mendesak kami untuk segera melaksanakan pelatihan keterampilan, bahkan mereka juga langsung menandatanga i kontrak kerja sama Program Bina Desa untuk mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan. Adanya Program Bina Desa dimaksudkan untuk membawa perubahan bagi masyarakat pesisir di Desa Bogak khususnya bagi perempuan agar menjadi kreatif, berdaya dan mandiri supaya dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Sehingga dalam program ini masyarakat diajarkan berbagai keterampilan dalam mengolah sumberdaya alam yang selama ini belum dimanfaatkan. Minat masyarakat yang positif untuk mengikuti pelatihan keterampilan tersebut Universitas Sumatera Utara 68 mencerminkan bahwa mereka bersedia untuk melakukan perubahan yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka khususnya dalam bidang ekonomi. Temuan ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Panayotou 1982 dalam Nikijuluw 2001, ia menekankan bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu. h. Kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak Tanggapan masyarakat tentang kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.18 : Tabel 4.18 Setuju Dengan Kelanjutan Program Bina Desa No Kelanjutan Program Bina Desa Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak setuju 0,00 2 Tidak Setuju 0,00 3 Setuju 21 21,00 4 Sangat setuju 79 79,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.18 tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 21 responden menyatakan setuju dengan adanya kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak. Kemudian sebanyak 79 responden menyatakan sangat setuju dengan kelanjutan Program Bina Desa tersebut. Temuan tersebut sesuai dengan apa yg dikemukakan oleh Azwar 1988 yang menyebutkan bahwa respon Universitas Sumatera Utara 69 seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk dan mendukung atau menolak. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk mendukung objek tersebut, sedangkan respon negatif cenderung untuk menolak objek tersebut. Dari Tabel 4.20 tersebut terlihat bahwa masyarakat cenderung mendukung kelanjutan Program Bina Desa. Terkait dengan dukungan masyarakat untuk kelanjutan Program Bina Desa, Anita mengatakan sebagai berikut : “M asyarakat sangat ingin ada kegiatan selanjutnya agar mereka lebih berkembang, mereka juga mengusulkan agar kegiatan program seperti ini dapat dilakukan di desa lainnya, namun untuk saat ini kami belum bisa melanjutkan lagi karena terkendala masalah dana” i. Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Pelaksana Program Respon masyarakat terhadap kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara dapat dilihat melalui Tabel 4.19 : Tabel 4.19 Menyukai Kehadiran Pelaksana Program No Menyukai Kehadiran Pelaksana Program Frekuensi Persentase 1 Iya 100 100,00 2 Tidak 0,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah Dari Tabel 4.19 diketahui bahwa 100 dari seluruh responden yang berjumlah 100 orang menyukai kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera utara. Mereka mngatakan bahwa mahasiswa yang datang sangat baik dan ramah kepada masyarakat. Masyarakat yang menyukai kehadiran mahasiswa dari Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara 70 juga dapat dilihat dari sambutan baik mereka sejak pertama sosialisasi Program Bina Desa. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Yaser berikut ini : “S aat pertama kali kami datang melakukan sosialisasi Program Bina Desa dengan ibu- ibu kelompok pengajian khairunnisa kami disambut baik, mereka sangatlah antusias dan ingin agar program ini segera dilaksanakan. ” j. Jumlah Pelatih Keterampilan mahasiswa Telah Memadai Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang jumlah mahasiswa yang mengajarkan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.20 : Tabel 4.20 Jumlah Mahasiswa Yang Melatih Keterampilan Telah Memadai No Jumlah Mahasiswa yang Melatih Keterampilan Telah Memadai Frekuensi Persentase 1 Iya 86 86,00 2 Tidak 14 14,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Dari Tabel 4.20 tersebut diketahui bahwa 86 responden menyatakan bahwa jumlah pelaksana program yang melatih keterampilan telah memadai. Namun ada 14 responden yang menyatakan bahwa jumlah pelaksana program mahasiswa tidak memadai atau sedikit. Anita selaku ketua pelaksana program juga mengakui bahwa teman teman mahasiswa yang mengabdi hanya sedikit, hal tersebut dikarenakan banyak teman teman mahasiswa yang sibuk dan jarak desa binaaan yang cukup jauh memakan waktu hingga 5 jam, serta penghematan biaya transportasi juga menjadi salah satu alasan sedikitnya mahasiswa dibawa untuk mengabdi. Apa yang dikemukakan oleh Anita tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sumaryadi 2005 yang menyebutkan bahwa dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi Universitas Sumatera Utara 71 pembiayaan, tenaga, maupun waktu juga merupakan salah satu factor berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Jika tidak ada dukungan sumber daya yang besar maka pelaksanaan pemberdayaan sulit untuk dijalankan. Dari pernyataan Anita tersebut maka jelaslah bahwa pelaksanaan Program Bina Desa ini memerlukan dana, tenaga dan juga waktu yang cukup banyak. Terlebih lagi jarak lokasi pemberdayaan cukup jauh dari pusat kota. k. Profesionalitas Pelaksana Program Profesionalitas pelaksana program dalam hal ini merupakan tanggung jawab pelaksana program mahasiswa dalam mejalankan tugasnya sebagai pengabdi. Hal tersebut diukur berdasarkan terselenggaranya seluruh kegiatan yang telah direncanakan dari tahap awal hingga akhir. Pernyataan responden tentang profesionalitas pelaksana program dapat dilihat melalui Tabel 4.21 : Tabel 4.21 Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Mengabdi No Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Mengabdi Frekuensi Persentase 1 Iya 100 100,00 2 Tidak 0,00 Total 100 100,00 Sumber: data primer diolah 2015 Tabel 4.21 menunjukkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 100 orang menyatakan bahwa mahasiswa telah bertangung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengabdi. Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat yang kegiatannya terstruktur secara sistematis. Terselenggaranya program ini juga merupakan hasil kesepakatan Universitas Sumatera Utara 72 antara pihak pelaksana program dengan masyarakat sasaran yang tertuang dalam kontrak kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Dengan adanya kontrak kerjasama tersebut maka pelaksana program harus dituntut professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengabdi. Tanggapan masyarakat terhadap profesionalitas pelaksana program adalah hal yang penting dan akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut, sebagaimana yang ditemukan oleh Angga Harahap pada tahun 2010 pada penelitiannya yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional PNPM Mandiri Perdesaan Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten

Dokumen yang terkait

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

1 55 78

Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir Pantai (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

9 121 115

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

DESENTRALISASI PENGELOLAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS POTENSI DAN KEARIFAN LOKAL

0 3 1

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 4 97

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 1 5

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 2 10

STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT UNTUK PROGRAM RESTORASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) SKRIPSI

0 0 11