2 Melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah secara kreatif
Intellectually. 3
Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari Repetition.
Kekurangan pendekatan pembelajaran AIR yaitu dalam pendekatan pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yaitu Auditory,
Intellectually, dan Repetition sehingga sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan
kelompok pada aspek Auditory dan Intellectually.
2.1.4 Belajar Auditory
Dave Meier dalam Huda, 2013: 290 pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus
menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa kita sadari. Belajar auditoris merupakan cara belajar standar bagi masyarakat. Selanjutnya Wenger
dalam Rose dan Nicholl, 1 997 menegaskan : “Kunci belajar terletak pada
artikulasi rinci”. Tindan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi kita akan mempertajam persepsi dan memori kita tentangnya. Ketika kita membaca sesuatu
yang baru, kita harus menutup mata dan kemudian mendeskripsikan dan mengucapkan kata yang telah dibaca tadi.
Menurut Huda 2013: 290, gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan maupun
diingat. Karena siswa yang auditoris lebih mudah belajar dengan berdiskusi dengan orang lain, maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini, seperti:
1 melaksanakan diskusi kelas atau debat; 2 meminta siswa untuk presentasi; 3 meminta siswa untuk membaca teks dengan keras; 4 meminta siswa untuk
mendiskusikan ide mereka secara verbal; dan 5 melaksanakan belajar kelompok.
2.1.5 Belajar Intellectually
Menurut Meier dalam Huda, 2013: 290, intelektual bukanlah pendekatan tanpa emosi, rasionalistis, akademis, dan terkotak-
kotak. Kata „intelektual‟ menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara
internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Jadi, intelektualitas adalah sarana penciptaan makna, sarana yang digunakan untuk berpikir, menyatukan gagasan, dan menciptakan jaringan
saraf. Proses ini tentu tidak berjalan dengan sendirinya, ia dibantu oleh faktor mental, fisik, emosional, dan intuitif. Inilah sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
Untuk itulah, seorang guru, menurut Meier dalam Huda, 2013: 291, haruslah berusaha mengajak siswa terlibat dalam aktivitas-aktivitas intelektual,
seperti: 1 memecahkan masalah; 2 menganalisis pengalaman; 3 mengerjakan perencanaan strategis; 4 melahirkan gagasan kreatif; 5 mencari dan menyaring
informasi; 6 merumuskan pertanyaan; 7 menciptakan model mental; 8 menerapkan gagasan baru pada pekerjaan; 9 menciptakan makna pribadi; dan
10 meramalkan implikasi suatu gagasan.
2.1.6 Belajar Repetition