tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan, dan kekurangan buku pelajaran dapat diatasi.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ekspositori antara lain: 1 siswa pasif, bosan, dan belum tentu paham, misalnya guru hanya menerangkan
secara lisan tentang konsep lingkaran tanpa alat peraga; 2 padatnya materi, dapat membuat siswa kurang menguasai materi pelajaran; 3 pelajaran yang diperoleh
mudah terlupakan; 4 siswa cenderung menghafal bukan memahami isi pelajaran; dan 5 iniasiatif dan kreatifitas siswa kurang berkembang.
2.2 Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah matematika adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah, yang juga
merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Menurut Polya, solusi pemecahan masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian, yaitu
memahami masalah,
merencanakan penyelesaian,
menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan Suherman, 2003: 91. Pemecahan
masalah didefinisikan oleh Polya, sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai Hudojo, 2001:
96. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini merupakan suatu proses psikologi yang melibatkan
tidak haya sekedar aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari.
Suatu soal dipandang sebagai masalah merupakan hal yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang, bagi orang lain
mungkin hanya merupakan hal yang rutin. Dengan demikian guru perlu teliti dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Suatu
soal atau pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Menurut Suyitno 2004: 37, suatu soal dapat dikatakan sebagai problem bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat 1 siswa
memiliki pengetahuan prasayarat untuk mengerjakan soal tersebut; 2 diperkirakan, siswa mampu mengerjakan soal tersebut; 3 siswa belum tahu
algoritma atau cara menyelesaikan soal tersebut; 4 siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.
Menurut Dawey, langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah pada umumnya sebagai berikut: 1 siswa dihadapkan dengan masalah, 2 siswa
merumuskan masalah itu, 3 siswa merumuskan hipotesis, 4 siswa menguji hipotesis itu Nasution, 2009: 171.
Sedangkan menurut Bowen 1991 proses pemecahan masalah memuat tiga langkah penyelesaian sebagai berikut: 1 siswa menafsirkan masalah dan
membangun representasi dari permasalahan tersebut, 2 siswa mengkonstruksi solusi dari representasi masalah yang telah dibangun dan pengetahuan yang telah
dimiliknya, 3 siswa mengevaluasi kembali solusi dari pemecahan masalah tersebut.
2.3 Materi Himpunan Bagian