Belajar Repetition Model Pembelajaran Ekspositori

2.1.6 Belajar Repetition

Menurut Huda 2013: 291, repetisi bermakna pengulangan. Dalam konteks pembelajaran, ia merujuk pada pendalaman, perluasan, dan pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, ia harus mengulangnya dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan siswa tidak selalu stabil, Mereka tak jarang mudah lupa. Untuk itulah, guru perlu membantu mereka dengan mengulangi pelajaran yang sedang atau sudah dijelaskan. Menurut Slamet dalam Huda, 2013: 292, pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah memecahkan masalah. Ulangan semacam ini bisa diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau tiap unit diberikan, maupun secara insidental jika diaggap perlu.

2.1.7 Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Meskipun begitu, siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga mengerjakan soal latihan dan bertanya jika belum mengerti. Selain itu siswa juga dimungkinkan saling berdiskusi, mengerjakan bersama, atau mengerjakan di papan tulis Suherman, 2003: 203. Penggunaan model pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Penggunaan model pembelajaran ekspositori siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Model pembelajaran ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi. Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau belum paham. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam terpusatnya kegiatan belajar mengajarnya masih kepada guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang. Menurut Suherman 2003: 202, kelebihan pada model pembelajaran ekspositori diantaranya dapat menampung kelas yang besar, bahan pelajaran dapat disampaikan secara urut, guru dapat menekankan hal-hal yang dianggap penting, tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan, dan kekurangan buku pelajaran dapat diatasi. Sedangkan kelemahan model pembelajaran ekspositori antara lain: 1 siswa pasif, bosan, dan belum tentu paham, misalnya guru hanya menerangkan secara lisan tentang konsep lingkaran tanpa alat peraga; 2 padatnya materi, dapat membuat siswa kurang menguasai materi pelajaran; 3 pelajaran yang diperoleh mudah terlupakan; 4 siswa cenderung menghafal bukan memahami isi pelajaran; dan 5 iniasiatif dan kreatifitas siswa kurang berkembang.

2.2 Pemecahan Masalah Matematika