Keterampilan yang harus dikuasai oleh instrukturpamong belajar bagi anak tunalaras minimal harus mampu 1 mengenali secara tepat berbagai jenis
pengelolaan kelas, 2 memahami berbagai pendekatan-pendekatan penanganan anak tunalaras yang tepat sesuai dengan jenis masalahnya, 3 memilih,
menetapkan dan menerapkan pendekatan yang dianggap paling tepat sesuai dengan masalahnya.
Umumnya masalah yang sering muncul dalam pembelajaran anak tunalaras adalah masalah yang bersifat individualperorangan dan masalah
kelompok. Masalah Individualperorangan berangkat dari asumsi bahwa manusia berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya. Bila individu mengalami hambatan
atau kegagalan dalam memenuhi kebutuhannya maka cenderung berperilaku menyimpang. Berdasarkan motifnya masalah-masalah pengelolaan kelas yang
bersifat individual dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
a. Motif mencari perhatian
Bentuk perilakunya seperti : bikin onar, suka pamer, bertanya terus, melawak, rewel, malas, dsb. Biasanya dilakukan anak tunalaras yang gagal dalam
menemukan kedudukan diri dalam hubungan sosialnya.
b. Motif mencari kekuasaan
Bentuk perilakunya seperti : secara terbuka dalam arti aktif misalnya menentang, mendebat, membohong, tidak patuh terang-terangan dsb. Secara
pasif atau tertutup misalnya keras kepala, tidak patuh, susah tidur dsb. Perilaku tersebut biasanya dilakukan anak tunalaras yang gagal dalam
menemukan kedudukan diri dalam hubungan sosial yang lebih parah, sehingga ingin menemukannya melalui penguasaan terhadap orang lain.
c. Motif menuntut balas
Bentuk perilakunya seperti menampakkan perilaku keganasan, penyerangan, secara psikis mapun fisik, misalnya menghina, mencela, menendang,
mencakar, memukul dsb. Perbuatan itu dilakukan anak tunalaras yang mengalami frustrasi yang amat dalam serta ingin mencari sukses dengan cara
menyakiti orang lain.
d. Motif ketidakmampuan
Bentuk perilakunya adalah memperlihatkan perilaku ketidakberdayaan, seperti pasrah apa adanya. Perbuatan itu dilakukan anak tunalaras yang
mengalami frustrasi yang amat sangat dan terus menerus yang akhirnya menyerah terhadap tantangan yang dihadapinya, merasa tidak berdaya atau
menghindar dari tuntutantanggung jawab. Seorang instrukturpamong belajar harus benar-benar memahami ke empat
kategori tersebut di atas. Bila seorang instrukturpamong belajar merasa terganggu dengan perilaku anak, artinya ada kaitan dengan masalah motif mencari perhatian,
Bila seorang instrukturpamong belajar merasa terancamdikalahkan, maka masalahnya berkaitan dengan motif mencari kekuasaan. Bila seorang
instrukturpamong belajar merasa disakiti, masalahnya berkaitan dengan motif menuntut balas. Bila seorang instrukturpamong belajar merasa tidak mampu
menolong lagi, maka masalahnya berhubungan dengan motif ketidakmampuan.
Masalah-masalah yang bersifat kelompok sering dijumpai pada anak tunalaras, perilaku yang sering muncul misalnya seperti:
a. Adanya ketidakkompakan, ditandai adanya konflik diantara anggota
kelompok. b.
Ketidakmampuan mentaati aturan kelompok, ditandai dengan ketidakpatuhan terhadap aturan kelompok yang berlaku.
c. Munculnya reaksi negatif terhadap anggota kelompok minoritas yang ditolak.
d. Penerimaan kelompok atas tingkah laku anggota kelompok yang
menyimpang, ditandai dengan pemberian dukungan terhadap anggota kelompok yang menyimpang.
e. Sensitivitas kelompok terhadap masalah yang kecil atau sederhana, ditandai
dengan penolakan terhadap kegiatan yang dianjurkan atau bahkan protes dan mogok belajar.
f. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, ditandai
dengan reaksi yang berlebihan terhadap peraturan baru yang diberlakukan. g.
Kekurangmampuan memahami suatu persoalan bersama, ditandai dengan kesalah pahaman dalam menerima suatu informasi.
Antara masalah perorangan dan masalah kelompok kadang sulit untuk dibedakan bahkan adakalanya menyatu.
3. Pendekatan Pendekatan Pembelajaran Anak Tunalaras