Model Pendekatan Pendidikan Luar Sekolah bagi Anak Luar Biasa

4. Model Pendekatan Pendidikan Luar Sekolah bagi Anak Luar Biasa

Berdasarkan PP 73 Bab II Pasal 2 tentang tujuan PLS, menyatakan bahwa tujuan PLS memiliki makna melayani warga belajar supaya tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan pendidikan ke tingkat danatau jenjang yang lebih tinggi . Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Menurut The South East Asian Ministry Education Organization SEAMEO.1977 bahwa tujuan PLS tiada lain untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat dan bahkan negaranya. Salah satu dari Anak Luar Biasa adalah anak tunalaras. Merujuk pada tujuan PLS, mereka merupakan satu komunitas warga belajar yang memiliki hak dan kesempatan yang sama seperti warga belajar pada umumnya untuk memperoleh PLS. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang menggabungkan pendidikan sekolah untuk Anak Luar Biasa dan pendidikan luar sekolah seperti yang terlihat dalam gambar 2.1 berikut ini. GAMBAR 2.1 PENDEKATAN MODEL INTEGRETED Praktek Pendidikan Luar Sekolah bagi Anak Luar Biasa yang difokuskan pada jenis anak tunalaras dalam sebuah Panti Sosial perlu dilaksanakan sejalan dengan azas dan fungsi PLS, sehingga tujuan suatu pendidikan bagi anak tunalaras sebagai salah satu anak dari Anak Luar Biasa dapat dicapai dengan maksimal melalui pembelajaran dalam sistem pendidikan luar sekolah. Sistem penggabungan antara PLS dan PS bagi anak tunalaras ini disebut model pendekatan yang integrated yang memiliki indikator sebagai berikut : a. Mempelajari bahan tertulis seperti modul. b. Belajar melalui berbagai media informasi. c. Mengerjakan tugas-tugas dan menerapkan pengalaman belajar dalam kegiatan pembangunan masyarakat. d. Mengikuti pelajaran langsung dengan tatap muka yang sifatnya berkala. e. Melakukan diskusi dan belajar secara berkelompok dengan bimbingan fasilitator. Pelayanan pendidikan bagi anak tunalaras di Indonesia umumnya dipusatkan dalam suatu penampungan rehabilitasi sosial yang bekerja sama PS ALB PLS PLS ALB antara departemen sosial, departemen pendidikan dan departemen kepolisian, departemen kehakiman dan berbagai departemen yang terkait lainnya. Oleh karena itu dalam sistem penyelenggaraan pendidikannya pun anak ditampung dalam suatu penampungan pagi hari dari jam 07.00 sd jam 14.00 merupakan tanggung jawab departemen pendidikan nasional, karena mereka dididik dengan menggunakan sub sistem pendidikan formal yaitu berupa Sekolah Luar Biasa bagian E anak tunalaras atau disingkat SLBE . Pada jam 14.00 sd jam 21.00 pendidikan yang dijalankan sebagai upaya rehabilitasi dilakukan dengan menggunakan jalur pendidikan Luar Sekolah pendidikan non formal dengan berbagai program dan kegiatan yang tergabung dalam sub sistem pendidikan luar sekolah. Dari kedua pendekatan pendidikan yang diberikan kepada anak tunalaras diharapkan program rehabilitasi yang diberikan sebagai upaya pemberdayaan untuk mencapai kemandirian anak tunalaras melalui pelatihan kecakapan hidup dapat dilakukan dengan tepat guna dan berhasil guna. Dari kedua pendekatan tersebut terlihat ada suatu penggabungan sistem dimana PLS dapat menjadi komplemen, suplemen atau substitusi bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah. yang akhirnya tujuan pendidikan nasional yang dicanangkan untuk mendidik anak tuna laras dapat dicapai dengan lebih baik. Pengertian lebih baik dapat diterjemahkan secara luas, tetapi pada dasarnya, anak tunalaras mampu beradaptasi di masyarakat dengan dan berkehidupan yang adaptif dengan norma-norma masyarakat.

B. Pelatihan Kecakapan Hidup dalam Perspektif Pendidikan Luar