Konsep Dasar Pemberdayaan Pelatihan Kecakapan Hidup dalam Perspektif Pendidikan Luar

kedua belah pihak, kemauan yang keras dari anak tunalaras dan menghilangkan ketergantungan, agar tujuan yang hendak dicapai dalam program rehabilitasi berupa pemulihan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran dan tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya, serta pemulihan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dapat tercapai dengan baik. Anak tunalaras pada hakekatnya sangat membutuhkan suatu program rehabilitasi guna pemulihan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran dan tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya, serta pemulihan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, sehingga dikemudian hari mereka dapat diterima secara wajar di masyarakat. Salah satu program rehabilitasi yang dibutuhkan oleh anak tunalaras adalah pelatihan keterampilan hidup, pelatihan ini sangat berguna untuk anak tunalaras dalam mencapai tujuan rehabilitasi. Pelatihan keterampilan hidup bagi anak tunalaras merupakan salah satu dari gerakan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan kepada para pemuda.

1. Konsep Dasar Pemberdayaan

Makna pemberdayaan empowerment dapat diterjemahkan sebagai upaya untuk melepaskan belenggu dari keterbelakangan atau ketertinggalan melalui penyelenggaraan pendidikan. Pemberdayaan dapat juga diterjemahkan sebagai upaya untuk memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan pemerintah maupun budaya. Pernyataan tersebut didukung oleh Kindervatter 1979: 62 yang mengemukakan bahwa pemberdayaan merupakan peningkatan kemampuan, atau dengan dicapainya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atau politik yang mungkin diperankannya sehingga dapat memperbaiki kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Kemampuan seseorang dalam bidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga ia mampu menunjukkan eksistensinya dan dapat berpartisipasi serta memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat dapat ditingkatkan melalui proses pemberdayaan empowerment. Mengembangkan kesadaran dan potensi yang dimiliki oleh manusia, sehingga mereka siap dan dapat melakukan atau tidak melakukan sesuatu kegiatan merupakan proses yang utama dalam pemberdayaan. Setelah potensi dan kesadaran dapat berkembang, selanjutnya perlu menumbuhkan rasa percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang sudah ada pada dirinya. Kemudian menumbuhkan keyakinan diri untuk melakukan kegiatan atau tindakan, belajar melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk keperluan hidupnya. Kindervatter, 1979. Selanjutnya Kindervatter 1979: 245 menegaskan tentang pemberdayaan melalui pendidikan non formal sebagai berikut: Non formal education for empowerment is an approach which enable learner to again greater understanding of and control over social, economic, andor political forces through: 1 exercising process a high degree of control over all aspects of the learning process, 2 learning both content and process skills responsive to their needs to and problems, and 3 working collaboratively to solve mutual problems. Proses pemberdayaan merupakan paradigma baru dalam pembangunan manusia seutuhnya dan berkelanjutan, mengingat proses pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial dan terjadi penanaman nilai- nilai budaya maju; seperti sikap hemat, keterbukaan, berperilaku jujur pada diri sendiri dan mau kerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab. Proses pemberdayaan akan berkaitan dengan perasaan individu, harga diri dan keyakinan diri yang tidak dapat dipisahkan dari segenap aspek kehidupan manusia secara psikologis, sosial, ekonomi dan politik. Pemberdayaan bagi individu merupakan proses guna memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan peranan serta kedudukannya dalam masyarakat. Ketidakberdayaan seseorang dalam suatu masyarakat dapat terlihat dalam bentuk interaksinya dalam kehidupan sehariannya di masyarakat. Rapparport dalam Sudarman 2007: 41 mengatakan bahwa: Bentuk interaksi merupakan kombinasi dari sikap menyalahkan diri sendiri, ketidakpercayaan diri, perasaan terasing dari sumber-sumber pengaruh sosial, pengalaman tidak memiliki akses atau suara dalam menentukan suatu keadaan secara ekonomis rentan atau juga perasaan tidak memiliki harapan dalam pergolakan-pergolakan sosial politik. Keberadaan ketidakberdayaan tersebut merupakan satu fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan anak tunalaras, mereka merasa dirinya sudah diasingkan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu upaya pemberdayaan bagi anak-anak tunalaras sangat dibutuhkan agar mereka kelak dapat menjadi bagian dari masyarakat yang berpotensi dan berguna bagi semua pihak. Untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berkembang berkelanjutan menurut Kartasasmita 1997: 5 dapat dilihat dari tiga sisi: Pertama, menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, pada prinsipnya setiap individu, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Maksudnya tidak ada seorang individupun yang potensinya tidak dapat dikembangkan, begitupula senakal apapun anak tunalaras masih memiliki potensi, peluang dan kesempatan untuk berkembang dan berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat pada umumnya. Kedua, dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki. Sudah barang tentu langkah ini mengarah kepada memperkuat potensi dan daya yang dimiliki anak tunalaras yang bersifat positif agar mereka lebih memiliki perilaku yang diharapkan masyarakat. Ketiga, kegiatan memberdayakan mengandung arti melingdungi. Makna dari melindungi mencegah agar yang memiliki potensi dan perilaku lemahtidak baik tersebut tidak lebih terpuruk, tetapi berupaya untuk mencoba bangkit dari keterpurukan tersebut. Uraian dari pemberdayaan tersebut di atas memiliki makna bahwa pemberdayaan dapat diterapkan kepada individu maupun kelompok, baik itu individu yang dikategorikan normal maupun individu yang dikategorikan tidak normal seperti Anak Luar Biasa yang memiliki kelainan perilaku menyimpang anak tunalaras. Anak semacam ini berada dalam kondisi yang tidak berdaya, sehingga mereka perlu bimbingan rehabilitasi serta perlu pelatihan-pelatihan yang mengarah kepada kecakapan hidup agar mereka dapat menjadi orang yang berguna di masyarakat; yaitu dengan jalan memberdayakan segala potensi yang dimiliki untuk dapat berkembang ke arah yang lebih positif.

2. Konsep Dasar Kemandirian Anak Tunalaras