Klasifikasi dan Karakteristik Ketunalarasan

Belum adanya istilah dan definisi yang baku yang dapat diterima oleh semua ahli di bidang tunalaras, disebabkan oleh adanya perbedaan konsep, perbedaan tujuan dalam merumuskan definisi, merumuskan pengukuran, sangat bervariasinya gejala tingkah laku normal perkembangan ilmu tentang ganguan tingkah laku pada anak-anak dan pemberian label terhadap anak tunalaras. Hal ini menyebabkan sampai saat ini istilah dan definisi ketunalarasan masih bervariasi, tergantung sudut pandang dan latar belakang keilmuan dari yang menyebutnya atau mendefinisikannya.

2. Klasifikasi dan Karakteristik Ketunalarasan

Klasifikasi dan karakteristik ketunalarasan merupakan suatu hal yang sulit dipisahkan dalam pembahasannya, mengingat setiap membicarakan klasifikasi agar lebih jelas harus diikuti bagaimana karakteristiknya. Untuk mengklasifikasikan anak tunalaras dibuat berdasarkan fenomena yang dapat diamati secara terpercaya yang mempunyai hubungan erat dan jelas dengan keadaan asal-usul atau perkembangannya. Menurut Kauffman 1985 dalam Sunardi 1995: 28” Sistem klasifikasi yang baru, yaitu klasifikasi behavioral atau dimensional, disusun berdasarkan pengamatan langsung atas perilaku tertentu. Oleh karena itu, klasifikasi ini lebih dapat dipercaya”. Selanjutnya menurut Quay 1979 dalam Sunardi 1995: 32 kriteria sistem klasifikasi yang baik yaitu : a. Kategori harus didefinisikan secara operasional, artinya perilaku yang mendukung kategori tersebut harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga dapat diukur. b. Sistemnya harus reliabel, artinya seorang individual harus secara konsisten masuk dalam kategori yang sama, meskipun diamati oleh orang yang berbeda pada waktu yang berbeda pula. c. Kategori harus valid, artinya penentuan kategori dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya bermacam-macam sistem observasi dan skala dan penentuan kategori harus mempunyai daya prediksi yang tinggi atas perilaku tertentu. d. Klasifikasi harus mempunyai implikasi penyembuhan dan penanganan yang jelas. e. Klasifikasi harus dibuat dengan jumlah kategori sekecil mungkin tanpa ada yang tumpang tindih, tetapi mencakup semua kasus yang ada. Berdasarkan hasil penelitian Quay 1979 maka klasifikasi ketunalarasan terbagi menjadi empat bagian yaitu : Conduct disorder, Socialized Aggression, Anxiety-withdrawal, Immaturity, atau disebut juga inadequacy. Conduct disorder yang memiliki makna ketidakmampuan mengendalikan diri serta memiliki karakteristik seperti : cenderung sering berkelahi, menyerang dan memukul orang lain. Sikapnya pemarah, tidak patuh, menentang dan sering merusak barang milik orang lain. Kurang ajar dalam arti nakal, tidak kooperatif menolak arahan, tidak pernah diam, gaduh, ramai, mencari perhatian dan sombong. Hiperaktif, tidak percaya diri, pembohong, bicaranya kasar, iri hati, tidak bertanggung jawab dan tidak memperhatikan. Sering mencuri, perhatiannya mudah terganggu, mengganggu dan mengejek orang lain, cenderung menolak kesalahan, dan menyalahkan orang lain, kejam, mendongkol dan pendendam. Socialized Aggression, yang memiliki makna perilaku yang dilakukan secara berkelompok, dengan karakteristik cenderung berteman dengan anak-anak jahat, mencuri secara berkelompok, setia pada teman seprofesi, menjadi anggota gank, keluar rumah sampai larut malam, bolos dari sekolah, lari dari rumah. Anxiety-withdrawal, yang disebut personality problem, memiliki makna berperilaku yang berkaitan dengan kepribadian, dengan karakteristik : berperilaku cemas, tegang, takut, pemalu, menyendiri, depresi, sedih, sensitif, mudah tersinggung, rendah diri, kurang percaya diri, mudah bingung, menyembunyikan diri, sering menangis, sangat tertutup. Immaturity, disebut juga inadequacy memiliki makna kelompok anak yang menunjukkan perilakusikap kurang dewasa, dengan karakteristik : Tidak dapat berkonsentrasi, kemampuan memperhatikan pendek, sering melamun, kaku, lemah koordinasi, pandangan kosong, pasif tak berinisiatif, mudah dipengaruhi, kesulitan memperhatikan, sering mengantuk, mudah bosan, kurang berusaha keras, gagal menyelesaikan sesuatu, ceroboh dan tidak rapi. Berdasarkan penelitian Quay 1979 dari keempat klasifikasi yang sering ditemukan pada anak-anak tunalaras di sekolah adalah kelompok ketidakmampuan pengendalian diri conduct disorders dan kelompok kurang matang Immaturity. Begitu pula anak yang ditampung di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani umumnya termasuk pada kelompok Conduct disorders dan Immaturity.

3. Etiologi Ketunalarasan