4. Implementasi Pelatihan Kecakapan Hidup untuk Peningkatan
Kemandirian Anak Tunalaras
Kecakapan hidup merupakan modal utama bagi anak tunalaras untuk dapat diterima oleh masyarakat sebagai seorang individu yang hidup layak
berdampingan di tengah-tengah masyarakat pada umumnya. Dengan memiliki salah satu keterampilan dari kecakapan hidup, anak tunalaras yang telah dilatih
dan diminimalisirditiadakan perilaku menyimpangnya diasumsikan dapat diterima di tengah-tengah masyarakat sebagai individu yang berpotensi. Lebih
jauhnya diharapkan anak tunalaras yang telah dibina kecakapan hidupnya dan direhabilitasi perilaku menyimpangnya, dapat memiliki suatu kemandirian dalam
hidupnya di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya.
Pelayanan pendidikan bagi anak tunalaras di Indonesia umumnya dipusatkan dalam suatu penampungan rehabilitasi sosial yang bekerja sama antara
Departemen Sosial, Departemen Pendidikan dan Departemen Kepolisian, Departemen Kehakiman dan berbagai departemen yang terkait lainnya. Oleh
karena itu implementasi sistem penyelenggaraan pendidikan anak tunalaras ditampung dalam suatu penampungan di bawah tanggung jawab Departemen
Sosial. Pagi hari dari jam 07.00 sd jam 14.00 merupakan tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional, karena mereka dididik dengan menggunakan
subsistem pendidikan formal yaitu berupa Sekolah Luar Biasa bagian E anak tunalaras atau disingkat SLBE. Sejak pagi sampai siang anak tunalaras
diberikan pendidikan yang muatannya lebih mengarah pada pendidikan yang
bersifat keterampilan akademik, sedang pendidikan yang mengarah pada keterampilan personal, sosial dan vokasional diberikan pada sore hari yaitu
pendidikan yang diselenggarakan secara ekstrakurikuler tidak masuk pada subsistem pendidikan non-formal. Pada jam 14.00 sd jam 21.00 pendidikan
yang dijalankan sebagai upaya rehabilitasi dilakukan dengan menggunakan jalur Pendidikan Luar Sekolah pendidikan nonformal dengan berbagai program dan
kegiatan yang tergabung dalam sub sistem Pendidikan Luar Sekolah. Dari kedua pendekatan pendidikan yaitu Pendidikan Sekolah dan
Pendidikan Luar Sekolah yang diberikan kepada anak tunalaras diharapkan program rehabilitasi yang diberikan sebagai upaya pemberdayaan untuk mencapai
kemandirian anak tunalaras melalui pelatihan kecakapan hidup dapat dilakukan dengan tepat guna dan berhasil guna. Dari kedua pendekatan tersebut terlihat ada
suatu penggabungan sistem dimana PLS dapat menjadi komplemen, suplemen atau substitusi bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah sesuai dengan gambar
2.1, yang akhirnya tujuan pendidikan nasional yang dicanangkan untuk mendidik anak tunalaras dapat dicapai dengan lebih baik.
C.
Model Pembelajaran Kecakapan Hidup dalam Perspektif Rehabilitasi bagi Meningkatkan Kemandirian Anak Tunalaras
1. Karakteristik Belajar Anak Tunalaras