Konsep Dasar Ketunalarasan Konsep Pendidikan Anak Luar Biasa dalam Perspektif PLS

sekolah dalam bentuk Sekolah Luar Biasa bagi anak Tunalaras SLBE atau sekolah inclusive yang bersatu dengan sekolah reguler; maupun pendidikan yang diselengarakan oleh pendidikan luar sekolah melalui berbagai satuan atau jenis pendidikan luar sekolah.

1. Konsep Dasar Ketunalarasan

Dari sekian anak luar biasa salah satunya adalah anak tunalaras, yang pada dasarnya anak tersebut memiliki gangguan emosi dan perilaku menyimpang. Istilah anak tunalaras berasal dari kata tuna dan laras, yang memiliki makna tuna berarti kurang dan laras berarti sesuai. Jadi anak tunalaras dapat diartikan sebagai anak yang bertingkah laku kurang bahkan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkungannya dimana anak tersebut tinggal. Perilakunya cenderung bertolak belakang dengan norma yang berlaku dalam lingkungannya, sehingga akibat perbuatannya sering orang menjadi marah karena merasa terganggu dan dirugikan. Sebagai akibat dari perilakunya tidak jarang mereka berurusan dengan pihak yang berwajib atau otoritas, baik itu orang tua, polisi, gurukepala sekolah, bahkan sampai berujung pada pengadilan. Secara psikologis anak tunalaras umumnya tidak merasa bahagia dan di sekolah umumnya mereka tergolong anak yang tidak berhasil dalam prestasi akademis. Perilaku yang umum muncul dari anak tunalaras antara lain seperti agresif, hiperaktif, menutup diri, tidak peduli terhadap lingkungannya dalam arti sering melakukan hal-hal yang melanggar terhadap norma yang berlaku di masyarakat. Uraian di atas mengisyaratkan bahwa penyimpangan perilaku itu sulit untuk diambil suatu patokan, karena begitu kompleks. Nafsiah Ibrahim Rohana Aldi 1995: 4 berpendapat : Ini disebabkan bahwa jenis kelainan atau penyimpangan itu mencakup populasi yang beraneka ragam dan tipe penyimpangan yang berbeda-beda. Selain itu merumuskan suatu definisi tunalaras yang mencakup semua populasi sangatlah sulit. Penggunaan istilahpun berbeda-beda serta bersifat subyektif. Penggunaan istilah yang berbeda-beda pada anak yang melakukan penyimpangan perilaku umumnya didasarkan pada sudut pandang tiap-tiap ahli yang berbeda dalam menangani anak tersebut, misalkan saja seorang psikiater dan psycholog menyebutnya dengan istilah emotional disturbance, seorang pekerja sosial menyebutnya dengan istilah social maladjustment sedangkan ahli hukum menyebutnya dengan juvenile delinquency, masyarakat awam menyebutnya dengan istilah “anak nakal”. Walaupun pemberian istilah untuk menyebut terhadap penyimpangan perilaku berbeda-beda, kami tetap menggunakan istilah tunalaras sesuai dengan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Junto PP No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa yang berbunyi : “Tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat”. Belum adanya istilah dan definisi yang baku yang dapat diterima oleh semua ahli di bidang tunalaras, disebabkan oleh adanya perbedaan konsep, perbedaan tujuan dalam merumuskan definisi, merumuskan pengukuran, sangat bervariasinya gejala tingkah laku normal perkembangan ilmu tentang ganguan tingkah laku pada anak-anak dan pemberian label terhadap anak tunalaras. Hal ini menyebabkan sampai saat ini istilah dan definisi ketunalarasan masih bervariasi, tergantung sudut pandang dan latar belakang keilmuan dari yang menyebutnya atau mendefinisikannya.

2. Klasifikasi dan Karakteristik Ketunalarasan