IV. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN NILAI TUKAR RUPIAH
4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca pembayaran yang merupakan suatu catatan sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan antara penduduk suatu negara dengan
penduduk dari negara lain, telah banyak dijadikan suatu alat analisis dalam perumusan kebijakan ekonomi makro. Salah satu hal penting yang bisa diamati
dalam neraca pembayaran adalah adanya aliran dana yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing Sugiyono, 2002.
Aliran dana yang tercatat dalam neraca pembayaran dapat mencirikan keadaan ekonomi suatu negara. Aliran dana tersebut dapat disebabkan oleh
adanya kegiatan eksporimpor yang dilakukan antar negara. Dengan adanya suatu sistem pencatatan ini akan terlihat apakah suatu negara termasuk negara
pengekspor bersih atau pengimpor bersih. Selain dilihat dari sisi eksporimpor atau sisi perdagangan internasional, neraca pembayaran juga dapat mencirikan
adanya suatu aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya suatu pencatatan dari sisi modal dapat terlihat apakah negara tersebut mengalami
lebih banyak capital inflow atau capital outflow. Karakteristik neraca pembayaran Indonesia mengalami banyak perubahan
pada masa sebelum dan sesudah krisis. Perubahan itu dapat dilihat dari sisi nilai dan arah pergerakan baik pada sisi neraca berjalan maupun neraca modal.
Perubahan nilai dan arah pergerakan dari neraca berjalan dan neraca modal dapat mempengaruhi kondisi neraca pembayaran secara keseluruhan. Untuk lebih jelas
ditampilkan Gambar 4.1 yang mencirikan perkembangan neraca pembayaran Indonesia berdasarkan periode triwulanan.
8000 6000
4000 2000
2000 4000
6000
I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Periode triwulan Ju
ta US
Sumber: Bank Indonesia 19902005. Gambar 4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Pada masa sebelum krisis ekonomi terjadi, neraca pembayaran Indonesia pada umumnya mencatat surplus. Pencatatan surplus terbesar terjadi pada tahun
1995 triwulan keempat, dimana dalam periode tersebut surplus neraca pembayaran sebesar US 2871 juta. Surplusnya neraca pembayaran tersebut
merupakan andil dari pencatatan neraca modal yang cukup besar, dimana dalam periode sebelum krisis banyak dana investasi asing yang masuk. Besarnya dana
investasi yang masuk lebih disebabkan ketertarikan investor asing dan domestik atas prospek ekonomi Indonesia yang menunjukkan perkembangan dan kemajuan.
Namun pada triwulan kedua tahun 1996 nilai dan arah pergerakan neraca pembayaran mengalami pembalikan arah, pada periode tersebut neraca
pembayaran mengalami defisit yang cukup signifikan yaitu sebesar US 595 juta. Defisitnya neraca pembayaran ini dikarenakan neraca berjalan pada periode
tersebut mengalami defisit yang cukup besar yaitu US 2588 juta, sementara untuk neraca modal hanya mampu menyumbangkan surplus sebesar US 1993
juta, sehingga hal tersebut memperburuk kinerja neraca pembayaran.
Nilai dan arah pergerakan neraca pembayaran Indonesia banyak mengalami perubahan setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
pertengahan tahun 1997. Pada awal terjadinya krisis, neraca pembayaran Indonesia sempat mencatat defisit yang cukup besar. Defisit terbesar terjadi pada
triwulan keempat tahun 1997, pada periode tersebut neraca pembayaran mencatat defisit sebesar US 5644 juta. Terjadinya defisit yang besar pada neraca
pembayaran lebih disebabkan banyaknya capital flight yang terjadi akibat dari ketidakpercayaan investor akan kemampuan Indonesia dalam bertahan akibat
terjadinya krisis keuangan yang berlanjut ke krisis ekonomi. Capital flight tersebut menyebabkan neraca modal mengalami defisit sebesar US 5442 juta.
Dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia sedikit mereda setelah triwulan kedua tahun 1998, pada periode tersebut neraca pembayaran Indonesia
kembali menunjukkan perbaikan dengan pencatatan surplus sebesar 1866 juta US. Surplusnya neraca pembayaran pada periode ini terbantu dari sisi neraca
berjalan yang menunjukkan pencatatan yang cukup besar karena semakin kompetitifnya komoditi ekspor yang lebih disebabkan melemahnya nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing. Sementara itu, dari sisi neraca modal juga sudah menunjukkan pencatatan yang surplus akibat kepercayaan para investor
akan pulihnya perekonomian Indonesia. Setelah dampak krisis keuangan mulai mereda, neraca pembayaran Indonesia menunjukkan fluktuasi yang cukup rendah
dengan menunjukkan pergerakan yang lebih banyak mencatat surplus neraca pembayaran. Pada triwulan keempat tahun 2005 neraca pembayaran Indonesia
menunjukkan surplus yang besar yaitu sebesar 3398 juta US.
4.2. Perkembangan Neraca Berjalan