walau lebih baik dari portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan, karena itu diperlukan standar pengukurannya.
Investor atau pemodal adalah individu atau organisasi yang melakukan tindakan investasi. Pemodal dapat menanamkan modalnya secara langsung atau
mengikutsertakan modalnya pada individu atau organisasi lain untuk dikelola.
2.3. Risiko Investasi Saham
Memulai suatu kegiatan investasi, disamping mempertimbangkan hasil yang diperoleh, investor harus mempertimbangkan pula besarnya risiko investasi
yang akan ditanggung. Risiko investasi harus dipertimbangkan secara tepat karena investor memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam
kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga sahamnya. Jika aktivitas perusahaan menunjukkan
pertumbuhan yang prospektif maka harga sahamnya akan mengalami kenaikan. Setiap hari indeks harga saham berfluktuasi naik-turun, fluktuasi inilah yang
merupakan risiko investasi saham karena menjadikan ketidakpastian tingkat keuntungan Sulistyastuti, 2002.
Risiko investasi saham dapat diartikan sebagai variabilitas dari hasil investasi saham atau suatu penyimpangan dengan hasil investasi saham yang
sesungguhnya lebih kecil daripada hasil investasi saham yang semula diharapkan, seperti yang dikemukakan oleh Hampton 1989:”Risk may be defined as the
likelihood that the actual return from an investment will be less than forecaste return” Widjaya, 2004. Risiko juga dapat diartikan sebaga peluang bahwa
beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi Bringham dan Houston, 2001.
Jones 1994 mengatakan bahwa sumber risiko investasi dalam saham meliputi risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko
keuangan, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara Widjaya, 2004.
Konsep Model Indeks Tunggal menjelaskan bahwa variance tingkat keuntungan rate of return terdiri dari risiko unik dan risiko yang berhubungan
dengan pasar Sulistyastuti, 2002. Sesuai penjelasan model tersebut, tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi oleh tingkat keuntungan indeks
pasar. Indeks pasar dipresentasikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan investor harus
menghitung potensi risiko. Risiko di sini berupa fluktuasi volatilitas tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi perubahan IHSG.
Sebagaimana dijelaskan dalam Model Indeks Tunggal bahwa risiko investasi saham terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematik
Sulistyastuti, 2002. Risiko tidak sistematis yang juga risiko unik adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Risiko unik
disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses, kalah atau menang kontrak Bringham dan Houston,
2001. Sedangkan risiko sistematik terkait dengan kondisi pasar maka disebut juga risiko pasar. Disebut risiko pasar karena fluktuasi saham disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-
faktor tersebut misalnya kondisi perekonomian, faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama Husnan, 1998. Risiko
pasar juga dapat disebabkan oleh perang, inflasi, resesi, nilai tukar, dan suku bunga yang tinggi Bringham dan Houston, 2001. Risiko sistematik dihitung
dengan beta, yang mengukur risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan required rate of return. Secara sederhana indeks
beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual terhadap fluktuasi IHSG.
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar. Model ini mendasarkan
diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko
saham tersebut. Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linear sederhana, yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi Husnan, 1998.
R
i
= α
i
+ β
i
R
m
+ e
i
2.1 Adapun
R
mt =
IHSG
t
– IHSG
t-1
IHSG
t-1
Keterangan: R
i
: tingkat keuntungan suatu saham, R
m
: tingkat keuntungan indeks pasar, β
i
: merupakan beta sekuritas ke-i yang diperoleh dari teknik regresi,
α
i
: intercept,
e
i
: residual, IHSG
t
: IHSG pada waktu t, IHSG
t-1
: IHSG pada waktu t-1. Hasil perhitungan tersebut apabila di-plot-kan dalam suatu gambar akan
seperti gambar di bawah ini. R
it
β α
R
mt
Gambar 2.1. Penggambaran Beta
Sumber: Husnan, 1998.
Suatu saham yang memiliki indeks beta = 0 berarti saham tersebut bebas risiko, indeks beta yang normal sebesar 1, jika saham-saham yang memiliki
indeks beta kurang dari 1 termasuk kategori saham defensive yaitu jika terjadi perubahan baik naik ataupun turun tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar
10 persen, maka tingkat keuntungan saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar kurang dari 10 persen. Saham dengan indeks beta lebih dari 1
disebut saham agresive yaitu kebalikan dari saham defensive Husnan, 1998. Sedangkan saham-saham yang kategori spekulatif memiliki indeks beta lebih dari
2. Saham-saham yang spekulatif memiliki risiko yang tinggi dan sangat fluktuatif Sulistyastuti, 2002.
Return suatu saham β1 β=1
β1
Return pasar Gambar 2.2. Menunjukkan hubungan antara return saham dan return pasar.
Sumber: Husnan, 1998.
Mengukur risiko saham tidak hanya berdasarkan nilai beta, tapi juga bisa dengan deviasi standar yang disimbolkan dengan
σ dan disebut dengan sigma Bringham dan Houston, 2001. Semakin kecil deviasi standar, semakin ketat
distribusi probabilitas, dan sesuai dengan itu semakin rendah risiko saham. Deviasi standar =
σ =
i n
i i
P k
k
2 1
∧ =
−
∑
2.2 Keterangan:
σ : sigma
risiko, k
i
: saham,
∧
k : return saham tingkat pengembalian,
P
i
: probabilitas. Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam suatu jenis aset,
sudah tentu menginginkan return dengan risiko yang seminimal mungkin. Oleh karenanya, variabel risiko merupakan salah satu variabel yang diperkirakan sangat
mempengaruhi dalam aktivitas perdagangan saham di pasar bursa dan dapat meningkatkan nilai dari volume saham yang diperdagangkan.
Untuk mendapatkan parameter lain sebagai pengukur risiko bagi portofolio yang tidak efisien ataupun saham-saham individual dapat dirumuskan
dalam persamaan CAPM Capital Asset Pricing Model sebagai berikut Campbell, 1997:
f m
im f
i
R R
R R
− Ε
+ =
Ε ]
[ ]
[ β
2.3
] [
] ,
[
m m
i im
R Var
R R
Cov =
β 2.4
1
m f
i
R R
R Ε
+ −
= Ε
β β
2.5 Keterangan:
E[R
i
] : tingkat keuntungan saham i,
R
f
: tingkat keuntungan saham bebas risiko, R
m
: tingkat keuntungan pasar, E[R
m
]-R
f
: premi risiko, b
im
: beta. Hasil beta dari persamaan ini adalah kemiringan garis yang menunjukkan
hubungan antara E[R
i
]-R
f
dan E[R
m
]-R
f
. Presentasi gambar beta sama dengan yang ditunjukkan dalam model indeks tunggal Gambar 2.2.
Beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya Darmadji dan fakhruddin, 2001:
1. Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Potensi keuntungan pemodal
untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital loss.
Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain keuntungan atas saham yang dijual. Adakalanya pemodal harus
menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Menurut
Husnan 1998,
sikap pemodal terhadap risiko dapat
dikelompokkan menjadi tiga: 1. Risk averse adalah sikap investor yang tidak menyukai risiko. Investor akan
berinvestasi pada saham yang tidak berisiko atau memiliki risiko yang kecil. 2. Risk neutral adalah sikap investor yang netral terhadap risiko.
3. Risk seeker adalah sikap investor yang menyukai risiko. Investor akan berinvestasi pada saham yang memiliki risiko yang besar.
Pengelolaan risiko pasar pada bank umumnya menerapkan metode Value at Risk VaR untuk mengurangi potensi kerugian BEJ, 2003. Pengelolaan
risiko fluktuasi suku bunga menggunakan Interest Mismatch sehingga bank dapat memperkirakan jumlah maksimum risiko yang sensitif terhadap perubahan suku
bunga. Kemudian cara lain yang ditempuh bank dalam pengelolaan risiko pasar
adalah memperbaiki kebijakan perusahaan dan memastikan semua posisi harga saham berada dalam batasan selera dan toleransi risiko yang ditetapkan.
2.4. Perbankan di Pasar Modal