Fenomena Munculnya Window System di Bank Konvensional Perkembangan Jumlah Bank

keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani kegiatan ekonomi yang lebih imun terhadap krisis. Seiring dengan hal itu, ternyata telah tumbuh sebuah kecenderungan spiritual yang mulai melihat mudharatnya sistem bunga Interest rate banking. Bersamaan dengan hal tersebut, telah tumbuh pula kerinduan akan pelayanan bank yang memberikan solusi sesuai keyakinan bahwa bunga bank adalah haram.

4.2. Fenomena Munculnya Window System di Bank Konvensional

Fenomena munculnya window system pada berbagai bank konvensional tidak terlepas dari keluarnya UU No.101998. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa sebenarnya arsitektur perbankan Indonesia telah berubah dari single banking system menjadi dual banking system. Hal itu berarti bahwa dari satu sistem perbankan yaitu konvensional menjadi dua, yaitu perbankan dengan sistem konvensional dan sistem syariah. Kondisi ini semakin diperjelas oleh Peraturan Bank Indonesia PBI No.41PBI2002 tanggal 27 Maret 2002. sesuai dengan PBI tersebut, maka dikenal pula adanya dual system bank. Hal ini berarti bahwa sebuah bank dapat melakukan operasional perbankan baik secara konvensional maupun dengan prinsip syariah. Pada bagian ketiga PBI No.41PBI2002 tentang pembukaan kantor cabang syariah, mengatur bahwa pembukaan unit syariah hanya dapat dilakukan dengan ijin Dewan Gubernur Bank Indonesia, dilakukan dalam rangka mengubah Kantor Cabang KC dan atau meningkatkan status Kantor Cabang Pembantu KCP bank menjadi Kantor Cabang Syariah. Rencana pembukaan unit syariah wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan bank. Pembukaan Unit Syariah hanya dapat dibuka setelah bank memiliki Unit Usaha Syariah UUS. Ketentuan BI tersebut oleh beberapa bank konvensional dipahami sebagai dasar diperkenankannya window system. Artinya, bank konvensional dapat membuka counter di Kantor CabangKantor Cabang Pembantu konvensional. Tetapi sebenarnya, ketentuan BI tersebut diperuntukkan bagi bank konvensional yang akan merubah atau meningkatkan Kantor CabangKantor Cabang Pembantu Konvensional.

4.3. Perkembangan Jumlah Bank

Perkembangan jaringan kantor bank syariah semakin hari terus semakin bertambah. Hal ini setidaknya mengindikasikan bahwa prospek perkembangan bank syariah di Indonesia cukup baik. Jumlah jaringan kantor bank syariah sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini. Tabel 4.1. Jumlah jaringan Kantor Bank Syariah di Indonesia Tahun 1992-2004 Kelompok Bank 1992 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor BPRS TOTAL 1 1 9 10 2 1 40 78 118 2 3 62 78 140 2 3 96 81 177 2 6 127 83 210 2 8 253 84 337 3 15 355 88 443 Sumber : DPS-BI, 2005. Jika ditampilkan dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Jaringan Kantor Bank Syariah di Indonesia Tahun 1992-2004 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah jaringan kantor bank Syariah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah jaringan kantor bank syariah sampai bulan Maret 2005 secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini. 100 200 300 400 199 2 199 9 200 20 01 200 2 20 03 200 4 Jumlah Kantor BUS dan UUS Jumlah BPRS Tabel 4.2. Jumlah Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia Maret 2005 Kelompok Bank KPUUS KPOKC KCP KK Bank Umum Syariah 1. PT Bank Muamalat Indonesia 2. PT Bank Syariah Indonesia 3. PT Bank Mega Syariah 3 1 1 1 94 40 51 3 45 10 33 2 133 80 53 Unit Usaha Syariah 1. PT Bank IFI 2. PT Bank Negara Indonesia 3. PT Bank Jabar 4. PT Bank Rakyat Indonesia 5. PT Bank Danamon 6. PT Bank Bukopin 7. PT Bank Internasional Indonesia 8. HSBC,Ltd. 9. PT Bank DKI 10. BPD Riau 11. BPD Kalsel 12. PT Bank Niaga 13. BPD Sumut 14. BPD Aceh 15. Bank Permata 16. Bank Tabungan Negara 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 62 1 14 4 17 7 2 3 1 1 1 1 2 1 2 4 21 11 2 3 1 4 1 1 BPRS 89 TOTAL 108 156 66 134 Sumber : BPS-BI Data per Maret 2005. Keterangan : KP : Kantor Pusat, KC : Kantor Cabang, UUS : Unit Usaha Syariah, KCP : Kantor Cabang Pembantu, KPO : Kantor Pusat Operasional, KK : Kantor Kas. Sampai bulan Maret 2005, di Indonesia telah terdapat 3 Bank Umum Syariah BUS, 16 Unit Usaha Syariah UUS, dengan 156 Kantor Cabang KC, 66 Kantor Cabang Pembantu KCP, 134 kantor kas, dan 89 Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS. Perkembangan jumlah jaringan kantor bank syariah yang relatif lebih cepat disebabkan oleh kinerjanya yang cukup menakjubkan dan kekebalannya terhadap badai krisis moneter. Fatwa MUI pada akhir Desember 2003 juga ikut menjadi katalisator perkembangan tersebut.

4.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah