4.4.3. Pembiayaan
Pembiayaan BUS sampai Februari 2005 masih didominasi oleh pembiayaan Murabahah dengan pangsa 65.44 persen dari total pembiayaan yang
diberikan. Sedangkan pembiayaan bagi hasil, Mudharabah dan Musyarakah hanya 18.42 persen dan 11.80 persen. Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa
bank syariah terlalu bermain aman risk everse dan membatasi diri terhadap pembiayaan produktif yang merupakan tulang punggung sektor riil. Padahal
prinsip dasar perbankan syariah adalah pembiayaan produktif bagi hasil, terutama untuk sekor Usaha Kecil Menengah UKM.
Tabel 4.5. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005
Trw 4-03
Trw 1-04
Trw 2-04 Trw 3-04
Trw 4-04 Trw 1-05
Pembiayaan Miliar
5,530.2 6,415.9
8,356.2 10,131.1 11,489.9
12,959.3
Pertumb. 68.8
70.0 100.8
109.7 107.8
102.0 Sumber : DPS-BI, 2005.
Gambar 4.4. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2003-2005
- 2,500
5,000 7,500
10,000 12,500
15,000
Trw 4- 03
Trw 1- 04
Trw 2- 04
Trw 3- 04
Trw 4- 04
Trw 1- 05
Milliar Rp
20 40
60 80
100 120
PembiayaanPYD Pertumb.yoy
Sebagaimana Aset dan DPK, setiap triwulan pembiayaan perbankan syariah secara nominal selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Secara persentase Pertumbuhannya cenderung meningkat dan penurunan hanya terjadi pada triwulan 1 tahun 2005. Pertumbuhan paling besar terjadi pada
triwulan 3 tahun 2004 yaitu sekitar 109.7 persen. Sedangkan pertumbuhan paling kecil terjadi pada triwulan 4 tahun 2003 yaitu sebesar 68.8 persen.
Berdasarkan data Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia BPS BI, sampai bulan Maret 2005, total aset perbankan syariah bernilai Rp 17,02 miliar.
Sementara dana pihak ketiga yang dikumpulkan sebesar Rp 12 miliar, dan pembiayaan syariah mencapai Rp 13,48 miliar.
4.4.4. Financing to Deposit Ratio FDR
Perkembangan FDR bank umum syariah mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan FDR sampai dibawah 100 persen terjadi mulai tahun 2003
dan awal tahun 2004. Penurunan FDR disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah DPK yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pembiayaan yang
disalurkan. Salah satu buktinya adalah pertumbuhan DPK pada Januari tahun 2004 jika dibandingkan dengan Desember tahun 2003 sebesar 15.7 persen
sedangkan pertumbuhan pembiayaannya hanya sebesar 6 persen. Penurunan FDR ini akan berakibat pada penurunan jumlah bagi hasil yang diterima oleh deposan
maupun oleh BUS. Penurunan jumlah bagi hasil yang diterima BUS akan menyebabkan penurunan pada tingkat laba BUS. Perkembangan FDR bank
umum syariah dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.
Sumber : DPS-BI, 2005.
Gambar 4.5. Perkembangan FDR Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2001-2005
4.4.5. Laba Bank Umum Syariah