Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran

Maksimisasi laba sebuah perusahaan dapat dilihat dari sisi penawarannya. Jumlah komoditi yang diproduksi dan ditawarkan untuk dijual dipengaruhi oleh beberapa variabel Lipsey, at al., 2005. 1 Harga komoditi itu Sendiri Satu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama. Dengan kata lain, semakin tinggi harga suatu komoditi, semakin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan. Dalam konteks bank syariah, harga dari komoditinya adalah nisbah bagi hasil yang akan diterima oleh deposan atau biasa disebut dengan nisbah bagi hasil Dana Pihak Ketiga DPK. Keputusan untuk menyimpan dana bagi nasabah rasional , ditentukan oleh tingkat pengembalian yang paling besar yang akan diterimanya apakah dari bank syariah atau bank konvensional. Oleh karena itu, tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan oleh bank konvensional akan menjadi substitusi bagi bank syariah. 2 Harga-harga Masukan Prices of Input Semua jenis barang yang digunakan perusahaan untuk memproduksi keluaran, disebut sebagai masukan input perusahaan. Masukan input perusahaan biasanya dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja dan mesin. Jika harga lainnya tetap sama, semakin tinggi harga setiap masukan maka semakin kecil keuntungan yang akan diperoleh dari suatu komoditi tertentu. Masukan input bank syariah meliputi bahan baku berupa modal dan tenaga kerja. Modal bank syariah biasanya diperoleh dari para investor dan dari laba yang diperoleh BUS pada periode sebelumnya. 3 Tujuan Perusahaan Dalam teori dasar ilmu ekonomi, perusahaan diasumsikan memiliki satu tujuan tunggal yaitu memaksimumkan laba. Perusahaan bisa saja memiliki tujuan lainnya atau tujuan sebagai substitusi untuk memaksimumkan laba. Selama perusahaan memilih laba besar ketimbang lebih kecil, maka perusahaan akan memberikan respon terhadap perubahan dalam kemampulabaan arah tindakan alternatif. Bank syariah termasuk perusahaan yang tidak terlalu profit oriented, karena dalam usianya yang masih baru, bank syariah lebih berkonsentrasi pada upaya pelayanan dan sosialisasi. Hal ini berarti bahwa pelayanan dan sosialisasi yang dilakukan bank syariah juga merupakan sebuah upaya peningkatan laba dalam jangka panjang. 4 Teknologi Perubahan teknologi apa pun yang dapat menurunkan biaya produksi akan menaikan keuntungan yang dapat dihasilkan pada harga tertentu dari komoditi itu. Selama kenaikan keuntungan ini diikuti oleh kenaikan produksi, maka perubahan ini akan meningkatkan jumlah kooditas yang ditawarkan. Teknologi yang dipakai oleh bank syariah hampir sama dengan teknologi yang dipakai oleh bank konvensional. Perubahan teknologi yang dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan pelayanan, akan mampu menaikan laba yang akan diperoleh bank syariah. Teori tersebut bersifat mikro yang berlaku untuk sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini teori tersebut dikonversikan pada sebuah industri dalam bentuk bank dengan sistem syariah. Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi laba BUS dalam penelitian ini adalah : 1 Laba BUS Satu Periode Sebelumnya Tingkat laba BUS pada satu periode bulan sebelumnya dapat digunakan untuk menambah modal bagi kelancaran operasional BUS. Tingkat laba BUS satu periode sebelumnya juga akan mempengaruhi nasabah rasional untuk melihat prospek dari BUS. Jika prospektif, maka ia akan memilih menjadi nasabah BUS dan sebaliknya. Tingkat laba BUS satu periode sebelumnya merupakan proksi dari harga input perusahaan. Artinya, jika tingkat laba BUS satu periode sebelumnya mngalami peningkatan, maka hal itu akan menambah modal BUS dan berarti mengurangi harga input BUS. 2 Nisbah laba Dana Pihak Ketiga DPK Nisbah laba DPK merupakan proksi dari harga komoditi harga output dari bank syariah. Nisbah laba per DPK merupakan besarnya tingkat pengembalian yang dapat BUS berikan kepada para deposannya. Jika besarnya nisbah per DPK yang diberikan BUS cukup besar, maka nasabah rasional akan menyimpan dananya di BUS, dan sebaliknya. 3 Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional IDEP Tingkat suku bunga deposito bank konvensional IDEP akan menjadi sebuah landasan bagi nasabah rasional untuk menentukan apakah ia akan menyimpan dananya di BUS atau di bank konvensional. Dengan kata lain, bagi nasabah rasional, IDEP akan menjadi substitusi dari nisbah bagi hasil DPK BUS. Jika IDEP bank konvensional lebih kecil daripada nisbah bagi hasil DPK BUS, maka nasabah rasional akan memilih menyimpan dananya di bank syariah, dan sebaliknya. 4 Non Performing Financing NPF Non Performing Financing NPF ini menunjukkan jumlah pembiayaan bermasalah pada BUS. Pembiayaan bermasalah memberikan disinsentif kepada BUS, karena semakin tinggi tingkat NPF, maka semakin besar dana penghapusan yang harus dikeluarkan. Non Performing Financing NPF merupakan proksi dari harga input perusahaan. Jika NPF meningkat, maka modal harus ditambah karena harus menyisihkan dana penghapusan akan meningkat, dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa NPF menyebabkan harga input BUS menjadi meningkat. 5 Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI Fatwa MUI mengenai keharaman bunga bank merupakan variabel dummy dalam penelitian ini. Fatwa MUI merupakan variabel kualitatif yang dikuantitatifkan yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh fatwa tersebut terhadap laba BUS. Fatwa MUI diduga akan mempengaruhi nasabah emosional untuk mengalihkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah. Meningkatnya pengalihan dana tersebut akan meningkatkan jumlah dana Pihak ketiga DPK yang dihimpun BUS. Peningkatan DPK akan memperbesar peluang BUS untuk dapat meningkatkan penyaluran pembiayaannya, dan peningkatan pembiayan diduga akan meningkatkan jumlah laba yang akan diperoleh BUS.

2.2.6. Laporan Laba Rugi Bank Syariah