Penutupan Lahan Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan

E. Penutupan Lahan

Tabel 4. Penutupan Lahan Propinsi Jambi tahun 2002 dan tahun 2003 Kode Keterangan Luas tahun 2002 Ribu Ha Luas tahun 2003 Ribu Ha A. Hutan 2001 Hutan Lahan Kering Primer 378 111 2002 Hutan Lahan Kering Sekunder 624 879 2005 Hutan Rawa Primer 125 147 20051 Hutan Rawa Sekunder 237 132 2004 Hutan Mangrove Primer 20041 Hutan Mangrove Sekunder 2 5 2006 Hhutan Tanaman 96 108 Jumlah Hutan 1463 1380 B. Non Hutan 2007 Belukar 66 180 20071 Belukar Rawa 133 308 3000 Savana 2010 perkebunan 288 421 20091 Pertanian Lahan Kering 65 162 20092 Pertanian Lahan Kering Campur 1447 1496 20093 Sawah 298 52 20094 Tambak 2 20121 Pelabuhan Udara Laut 20122 Transmigrasi 28 11 2014 Tanah Terbuka 27 65 5001 Pemukiman 17 30 50011 Tubuh Air 5 Rawa 1 20 Jumlah Non Hutan 2377 2747 C. Tidak Ada Data Awan 2500 Awan 970 Tidak Ada Data 687 Jumlah Tidak Ada Data 970 687 Jumlah Total 4810 4814 Sumber : Departemen Kehutanan Pada tabel 4 dapat terlihat kondisi penutupan lahan dari tahun 2002-2003. Pada areal kawasan hutan terjadi pengurangan luas kawasan hutan dari tahun 2002-2003, sedangkan untuk areal luar kawasan hutan terjadi penambahan luas kawasan. Hal ini menandakan dari tahun 2002-2003 terjadi pengkonversian areal kawasan hutan menjadi areal bukan kawasan hutan.

F. Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan

Penyebab terjadinya kebakaran dibagi menjadi 2 bagian yaitu alami dan buatan. Penyebab alami dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari penyimpangan iklim seperti El Nino maupun osilasi atmosfer di atas Samudera Hindia yang menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi SSFMP, 2004. Penyebab buatan kebanyakan dilakukan oleh masyarakat dan pengelola HTI untuk pembukaan lahan WARSI, 2003. Selain itu juga karena adanya illegal logging, degredasi lahan, pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian serta perkebunan oleh masyarakat setempat dengan jalan membakar hutan FFPMP, 2000 dan Syaipul Bakhori, 2004. Problem tersebut merupakan problem utama yang ada dan berkembang di masyarakat sekitar hutan di Propinsi Jambi. Problem utama yang kedua adalah kurang adanya kerjasama antara instansi pemerintah, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, tentara dan organisasi massa dalam hal menanggulangi bahaya kebakaran yang nantinya akan terjadi.

G. Upaya-upaya Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Dokumen yang terkait

Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Indeks Kekeringan dan Titik Panas di Kabupaten Samosir

1 46 75

Determinasi Tingkat Kebakaran Hutan dan Lahan Melalui Studi Sebaran Data Titik Panas dan Bentuk Penggunaan Lahan Dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu

1 35 110

Studi Tentang Sebaran Titik Panas (Hotspot) Bulanan Sebagai Penduga Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2001 dan 2002

0 8 92

Hubungan Antara Curah Hujan Dengan Titik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator Terjadinya Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat

0 13 104

Studi tentang sebaran titik panas (HOTSPOT) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004

3 26 78

Pola Sebaran Titik panas (hotspot) dan Keterkaitannya dengan Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus Provinsi Kalimantan Barat)

3 8 176

Spatial Clustering Berbasis Densitas untuk Persebaran Titik Panas sebagai Indikator Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Sumatera

0 4 116

Analisis Pola Sebaran Titik Panas dan Pemodelan Spasial Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

0 6 52

Hubungan Curah Hujan dan Titik Panas (Hotspot) dalam Kaitannya dengan Terjadinya Kebakaran di Provinsi Riau Tahun 2013

0 9 24

Studi Tentang Sebaran Titik Panas (Hotspot) Bulanan Sebagai Penduga Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2001 dan Tahun 2002

0 4 80